Samar-samar...aku menatap dari kejauhan, nampak punggung seseorang membelakangiku. Orang dengan tubuh tingginya itu membungkukkan badannya sembari menyentuh sesuatu di tanah, aku hanya menebak-nebak sembari mendekat. Pelan dan pasti langkah kakiku membawa pada sang lelaki itu...,
"Permisi..., bisakah aku menanyakan sesuatu?? Apakah anda yang memiliki rumah ini??"
Lelaki dengan baju berwarna abu-abu itu memalingkan wajahnya menatap dengan penuh tanya kearahku, pun tangannya yang memegang sekrop menghentikan pekerjaannya.
"Apa yang ingin anda ketahui?? Ini bukanlah tempat dimana anda bisa keluar dan masuk dengan seenaknya...,"
Sungguh jawaban diluar dugaan, aku tak lantas membalas perkataannya. Aku mencoba memahami maksud lelaki itu,
"Maafkan saya..., saya hanya bertanya. Karena saya sedang mencari orang. Mungkin anda tahu dimana orang yang saya maksudkan. Bukan berarti saya lancang memasuki area rumah ini...tetapi..."
Belum sempat aku melanjutkan...lelaki itu memotong kata-kataku sambil membalas...
"Maaf...mungkin anda tidak mengerti tetapi di sini kami dilarang berbicara dengan orang asing jadi keinginan anda itu akan sia-sia lebih baik anda pergi dan tinggalkan tempat ini...!"
Sambil menaikkan nada bicaranya berusaha mendorongku untuk pergi dari hadapannya. Namun...bukan Soodam namaku, apabila aku tidak mengetahui apa yang disembunyikan sang lelaki itu,
"Baiklah...saya akan pergi, tetapi saya akan selalu datang kemari sampai saya mendapatkan jawaban,"
Tiba-tiba saja...cahaya putih terlihat dari seberang taman bunga dekat rumah, nampak begitu jelas. Sepertinya aku mengenali sosoknya itu...itu...sepertinya...
"Jinyoung...??"
Jantungku berdebar kencang...sesaat aku hanya membuka mata dan menghela nafas panjang. Mimpi yang tak dapat aku mengerti... siapa lelaki yang aku lihat di mimpiku itu?? Dan...kenapa aku melihat Jinyoung dengan baju kotor dan keadaannya begitu buruk?? Apa arti mimpi ini??
***
"Soodam...ayo cepat bangun!! Bukankah hari ini kita harus pergi ke Busan?? Ini adalah hari minggu kau sudah janji akan menemaniku hari ini", Ji hee menyeru padaku,
"Ahh...iya aku hampir lupa kalau hari ini kita ada janji dengan orang properti. Setidaknya aku masih bisa bersiap-siap sebelum berangkat...kau sudah bersiap ya??", sahutku sambil memandang ke arah Ji hee,
"Tentu saja, aku tidak mau tertinggal bus nanti. Jadi...lebih baik kau cepat bangun dan bersiap sekarang!"
Aku masih termenung dan duduk di atas ranjang sambil memperhatikan Ji hee yg sedang menata rambutnya. Sungguh mimpi ku yang sangat aneh, dan begitu jelas aku melihat wajah yang tidak asing.
Kami duduk di halte bus sambil menunggu bus menuju Busan. Di sampingku nampak seorang ibu-ibu dengan membawa beberapa barang belanjaan yang cukup banyak. Aku hanya memperhatikan ibu itu tengah sibuk membenahi tas belanjaannya.
Akhirnya kami berdua tiba di Busan, namun mataku tertuju pada sosok ibu-ibu tadi, dia nampak begitu kerepotan membawa belanjaannya. Jadi aku beranikan diri untuk menyapa dan mencoba membantunya membawakan barang belanjaannya. Namun belum sampai aku menawarkan bantuanku tiba-tiba seorang pria paruh baya dengan perawakan sedikit kekar menghampiri wanita tersebut.
"Heiii...apa yang kau lihat??" ji hee menepuk bahuku dan mencoba mencari tahu,
"Ohh...itu..." sambil menunjukkan tanganku ke arah ibu-ibu dan pria dengan tubuh kekar,
"Kenapa...?? Kau tidak tega melihatnya??", tanya ji hee lagi,
"Yahh...begitulah...aku hanya teringat ibuku, aku merindukannya entah sudah berapa lama aku belum sempat berkunjung ke makam ibu",
sambil menahan sedikit air mata yang hampir keluar membasahi pipi, ji hee hanya mengelus punggungku dan memberiku semangat,
"Ayo...saatnya kita turun, kita sudah sampai di tempat tujuan kita. Sudahlah...jangan terlalu memikirkan hal-hal yang belum tentu akn terjadi...tenanglah",
Aku hanya menatap ke arah ji hee sambil melangkah meninggalkan bus yang kami naiki. Kami berdua disambut seseorang dengan tubuh kurus dan tinggi dengan baju rapi dan membawa tas berisi berkas - berkas akta penjualan rumah,
"Hallo...selamat datang, saya kira anda akan datang sendiri kemari. Jadi...sebaiknya kita cepat masuk, kita telah ditunggu di dalam. Silahkan lewat sebelah sini", sambil menunjukkan jalan,
Aku dan ji hee mengikuti pria itu dari belakang, sedikit orang yang datang kemari. Nampaknya aku datang tepat waktu, setidaknya aku tidak terlambat.
"Silahkan...nona menunggu disini, sebentar lagi giliran anda. Karena hari ini kami banyak membuat janji",
Aku hanya mengiyakan perkataan pria itu, dan mengambil tempat duduk. Dari seberang ruangan nampak seseorang yang tidak asing menatapku dari balik kaca jendela yang memisahkan ruangan kami. Aku merasa mengenali sosoknya...
"Ji hee...kenapa aku merasa bahwa aku mengenali orang itu?? Sepertinya aku pernah bertemu dengannya", sambil menunjukkan padanya sosok pria yang aku maksud,
"Ahh...kau ini, sepertinya kau telah banyak mencurigai orang akhir-akhir ini. Bukankah kau bilang beberapa hari yang lalu kau juga bertemu seseorang yang kau kenal",
Aku merasa bahwa dia seperti seseorang yang familiar bagiku...tapi...ahh..entahlah mungkin hanya perasaanku saja,
"Silahkan nona Soodam...anda dipersilahkan masuk",
Aku dan Ji hee memasuki ruangan yang tak jauh dari tempat kami menunggu, disan aku melihat beberapa orang tengah duduk sambil mengamati sekumpulan lembaran akta penjualan bangunan dan tanah,
"Nona...benarkah anda berniat menjual seluruh bagian dari bangunan rumah ini??", sambil menunjukkan sertifikat tanah dan bangunan,
" Ahh...itu sebenarnya saya tidak ingin menjualnya, tapi...karena sudah tidak ada yang menempati dan juga telah lama terbangkalai dan juga karena pihak Bank telah banyak memperingatkan saya...jadi itu adalah jalan yang terbaik. Meski dalam hati saya menolak...",
"Baiklah...sepertinya anda telah mengambil keputusan, tetapi...dana yang akan anda terima tentunya akan di kurangi dari beban hutang orang tua anda yang telah lama menunggak. Apakah anda akan baik-baik saja dengan ini??",
Aku sesaat menatap ji hee, dan dia memberikan tangannya dan menggenggam erat seraya melempar senyum dan berucap lirih...,
"Tenanglah...semua akan berakhir baik-baik saja...kau tidak sendirian Soodam...",
Lalu aku membalasnya dengan senyuman, dan dengan penuh percaya diri aku melepas aset peninggalan keluargaku yang sudah lama aku coba untuk pertahankan. Namun...pada kenyataannya aku tak mampu menahannya,
"Ahhh...akhirnya selesai juga...aku merasa seperti kehilangan sesuatu, bahkan untuk sekarang...", aku menghela nafas panjang sambil menatap kearah langit sore,
"Sudahlah...mungkin lebih baik seperti ini, kau tidak akan terbebani dengan hutang-hutang ayahmu lagi. Tetapi...kenapa aku tidak pernah mendengar kau membicarakan ini?? Lalu...tiba-tiba saja kau melepaskan warisan ayahmu...",
"Kau tahu?? Aku...sebenarnya tidak pernah melihat seperti apa rupa ayahku. Dia bahkan tidak mengunjungiku sekalipun, meski saat ibu dan aku masih tinggal dirumah itu. Aku hanya mengingat sedikit masa kecilku...tapi aku tidak pernah ingat seperti apa wajah ayahku itu. Dia bahkan pergi meninggalkan aku dan ibu jauh sebelum aku bisa berjalan",
"Ahhh...maafkan aku, aku tidak bermaksud menyinggung ini", ji hee membalas...
"Tidak...kau memang benar, aku tidak pernah menceritakan hal ini. Karena aku merasa kesal dan marah setiap kali aku mengingatnya, dulu ibu hanya memberitahuku bahwa ayah meninggalkan sesuatu untukku. Tapi aku tidak menyangka bahwa rumah yang kami tempati ternyata harus menjadi milik orang lain",
"Aku turut menyesal Soodam, kau memang gadis yang kuat...",
"Aku hanya mengingat bahwa ayahku memberiku seekor burung kenari kecil dan selama itu ibuku lah yang mengurusnya...hingga suatu hari burung itu mati...aku hanya ingat ibu menyuruhku untuk menguburkannya di taman belakang rumah. Aku mengira waktu itu burung kenari itu hanyalah peliharaan milik ibuku, tapi ternyata burung itu memiliki makna yang lain...",
***
continue...