"shyaya ikut aku sekarang" perintah CEO sesudah rapat selesai.
"uhhhk, apa lagi ini Tuhan" batin shyaya yang hanya mengikuti bos besarnya dari belakang.
setiba di kantor megah itu shevan berdiri membelakangi shyaya yang sadari tadi mengikuti langkah kaki panjang tersebut.
"ada apa" tanya shyaya tidak sabaran, ingin tau apa salah yang dia buat, hingga harus menghadapi CEO ya langsung.
"kamu masih nanya ada apa" ucap shevan dingin yang telah memutar tubuhnya 90°.
"kalau aku tau mana mungkin aku nanya balek" jawab shyaya menunduk.
"aku pikir kamu pintar untuk menghadapi masalah".
"aku pikir kamu sangat jenius memimpin, ternyata aku salah" balas shyaya datar, tidak ada yang salah yang dia lakukan kenapa harus dipojokkan macam tuh.
shevan mencibir serta amarahnya telah dipuncak ubun-ubun ini pertama kali karyawannya menantang dan menginjak harga dirinya, tepat pertama kali diumur hidupnya.
"kamu..." wajah Shevan muram dengan tingkah berbangkang Shyaya yang tidak ada habisnya.
"kalau tidak ada urusan lagi, saya undur diri" tampa menunggu jawaban dari bossnya shyaya membuka pintu lebar-lebar dan menutupnya lumayan keras.
tatapan shevan tajam kearah pintu yang telah tertutup, rasanya ingin membunuh orang yang telah menginjak injak harga dirinya.
shyaya yang sedari tadi sibuk dengan pikiran menghilang begitu aja saat ada seseorang yang memanggil dirinya. shyaya menoleh arah suara terdapat gadis lucu yang sedang melambaikan tangannya.
"ada apa" tanya shyaya yang ikut tersenyum kagum melihat tingkah laku kitty.
"apa kamu sibuk? ini telah menunjukkan bahwa waktu pulang! apa kamu terlalu betah dikantor ini, hingga tidak ingin meranjak dari sini" tanya ketty yang to the points.
"apakah aku bisa pulang lebih awal? bukankah aku harus menunggu CEO dulu?" jawab shyaya yang heran dengan peraturan perusahaan shevan. setau shyaya sekertaris boleh pulang setelah perintah dari atasan. lain dengan karyawan lainnya yang telah dijadwalkan pulang sesuai peraturan.
"Tidak juga, kamu bisa minta untuk pulang lebih awal ke CEO dengan berbagai alasan, mungkin CEO akan mengerti" balasnya cepat.
shyaya tak ingin melihat singa ganas itu lagi lebih baik dia pergi tanpa harus memberi tau "kitty, aku tidak ingin ada masalah disini lagian aku masih pertama kali masuk kerja, bagaimana juga aku harus menunggu CEO pulang dulu" menyakinkan teman baik shyaya dengan membujuk.
"baiklah, jangan lama-lama dikantor banyak hantunya" goda ketty membuat shyaya jengkel.
"hm, udah puas godainnya nona landak" jawab shyaya tertawa kecil
"Apa, kamu panggil aku nona landak?" tanya kitty kesal.
"tentu, jauh dari apa yang aku pikirkan tentang mu landak mini" balasnya tertawa terbahak-bahak.
"shyaya menyebalkan sekali" wajah ketty murung dengan panggilan yang tak bersahabat itu.
shyaya hanya membalasnya dengan tawan sedikit memicingkan matanya kearah landak mini dihadapan, hingga keheningan mulai meraba dirinya.
satu persatu karyawan telah berpulangan dengan menyambut kedatangan gelap gulita yang diiringi dengan bulan terang benderang serta bintang yang menunjukkan keindahannya.
Shyaya panik dengan situasi yang sepi bahkan shevan pun belom ada tanda-tanda ingin segera pulang, berkas" yang megudung dimejanya telah rapi dan akan segera diserahkan besok pagi kepada CEO, kali ini tenaganya dikuras oleh pekerjaan yang menumpuk "kenapa pekerjaan sebanyak ini, apa sekertaris selena juga melakukan hal yang sama?" batin shyaya.
Shyaya tidak petah lama-lama di kursinya dia sekali-kali curik pandang kearah pintu kokoh itu sedikit pun tidak ada tanda-tanda kehidupan. dengan terpaksa dia bergerak dari kursinya dan menuju kearah pintu tersebut, Shyaya menarik napas dalam-dalam "siapkan hati dan juga telingamu shyaya" gumannya pelan.
"tok tok tok" suara ketukan dari balik pintu yang menyadarkan sang pemilik dari rangkaian kerjanya.
"siapa? jam segini ketuk pintu" batinnya
"masuk" jawabnya pelan, tapi masih bisa didengar oleh telinga shyaya.
shyaya masuk dengan langkah pelan serta menutup pintu pelan nyaris tak terdengar, sang pemilik ruangan masih tetap asyik dengan rangkaian yang ia kerjakan.
"Aa_apa aku bisa pulang?" tanya shyaya to the points.
Tidak ada jawaban dari pertanyaan shyaya yang membuat hati shyaya semakin buruk.
"apa kau dengar" tanyanya lagi.
Shevan menatap tajam kearah shyaya, pena yang ia pake diletakkan dengan santai diatas meja. berdiri melangkah berat kearah shyaya.
shyaya terdiam terpaku seperti ada yang telah meletakkan lem diujung kakinya membuat dia tidak dapat bergerak.
"Apa kamu tidak liat, aku sedang apa?" jawabannya menatap wajah mungil shyaya tepat didepannya tidak terlalu jauh tidak juga terlalu dekat.
"justru aku tau kamu lagi apa, makanya aku minta pulang" jawab shyaya tanpa dosa.
emosional Shevan naik drastis melihat wanita perbangkang dihadapannya "apa kamu sebodoh yang aku pikirkan, hingga kamu tidak tau dengan tugas yang aku beri?" shevan mengangkat dagu shyaya keatas, tatapan tajam yang bisa saja mematikan mangsanya seketika.
"apa lagi yang bisa aku kerjakan" tanya shyaya mengeruk kecurigaan.
"bantu aku menyelesaikan pekerjaan ini sekarang juga" jawab pelan berjalan menuju kursi kebanggaannya.
"uhhhk" guman shyaya pelan.
Shyaya duduk berhadapan dengan shevan, buku serta alat tulis lainnya berserakan diatas meja bidang itu dengan senyuman melintas kearah bangunan yang tergambar di kertas putih salju yang diukir sedemikian rupa, tidak hanya bangunan yang terlihat bagus bentuk desainernya tertatah rapi.
Walau belum siap tapi lengkung dan paras proyek itu tampak jelas dimata Shyaya walau sedikit dingin tidak ada kehangatan diutarakan pada gambar Dimata siapapun akan tertarik dengan desain modern ini.
shyaya mulai memecahkan keheningan diantara mereka, belum pernah rasanya diam selama ini "bisakah kamu memberi petunjuk kepadaku" shyaya tidak tau apa yang ingin dia lakukan dengan desainer grafis di meja bidang itu.
"apa yang bisa kamu lakukan, lakukanlah" jawab shevan yang tampa menatap wajah shyaya.
dengan lihai memainkan pensil, shyaya mulai menggambar yang ada diotaknya, rancangan yang telah dia diukir dari muka depan mulai terlihat dengan kehangatan serta keindahan, lekukan yang tertata rapi dari atas hingga lantai bahwa membuahkan hasil yang sempurna.
tidak hanya itu pemandangan diperankan sebagai tema yang unik, membuat siapa saja yang melihat lihaian tangan shyaya akan kagum dengan keryanya.
Shevan yang telah menyadari ukiran tangan shyaya dibidang desainer sangat kagum apa yang telah dia lihat sekarang, memang benar Shevan telah mengetahui kemampuan Shyaya dibidang disain tapi kali ini dia terpaku melihat lihaian tangannya, sangat unik dan memikat hati yang melihatnya.
"kamu sangat lihai memainkannya" ucap Stevan mencibir.
"apa masih ada yang kurang?" shyaya menatap seluk beluk karyanya dan Stevan.
"menurutmu" bukan malah dijawab malah nanya balik.
"kesan serta lembut yang kurang digambar ini" jawab shyaya lembut nyaris tak terdengar tapi dengan tajamnya pendengaran Shevan masih jelas didaun telinga miliknya.
pemikiran shyaya buyar seketika ketika nada dering handphone milik shevan terdengar di telinga mereka. shevan yang mengambil ponsel yang ada diatas nakas miliknya tampak nama seorang familiar diingatnya.
📞"halo, ka" sapaan akrab terhadap kakak sulungnya.
📞"apa kamu tidak pulang?"
📞"bentar lagi, kerjaanku belum siap"
📞"shyaya tidak bersamamu, tidak biasanya di.."
Shevan memotong cepat membicaraan kakaknya, melirik wajah shyaya yang disambut baik oleh tatapan shyaya.
📞"dia bersamaku, tidak usah khawatir" tatapan shevan Belum teralih dari mata shyaya.
📞"jangan siska dia dalam pekerjaan" perintah Stevan kepada junior lebih tepat adek kesayangannya.
📞"tentu" jawab shevan dan sambungan telepon seluler berakhir ditangan Stevan.
"aku lapar" ucap shyaya menahan perut kecilnya yang ingin segera diisi oleh sang pemilik.
"kita akan makan diluar" jawab shevan yang telah bergegas merapikan meja kerjanya.
"ini belum selesai"
"besok kita lanjutkan, masih ada waktu satu hari lagi untuk menyelesaikannya" guman stevan yang telah melipat kertas putih media including.
"kenapa harus besok, kalau sekarang bisa kita selesaikan" cemas shyaya "besok tidak akan sempat menyempurnakan gambarnya" lanjut shyaya murung.
shevan menarik ulang ponselnya dan membuat panggilan kepada seseorang. "pesan makanan untuk porsi dua orang, begitu juga dengan pemanis serta hidangan penutup" sambungan telepon berakhir ditangan Stevan.
shyaya tidak sabaran lagi menahan perut kecilnya dengan cacing yang diminta paksa untuk memberi jatah mereka.
***
jangan lula votenya kakak abg☺️biar makin semangat lagi nulisnya😇🙏