Entah kenapa dari pertama kali bertemu dengan derektur NEW YORK, beban shyaya mulai berat ntah itu dari perusahaannya maupun kerja sama dengan perusahaan Raka.
"uhhhh" ketus shyaya kesal dengan kerjaanya yang belum kelar sejak tadi.
untungnya kemarin berjalan dengan lancar kalau tidak mungkin pekerjaan Shyaya akan menggunung.
"KRUK KRUK KRUK"
Bunyi perut shyaya, tidak terasa jam menunjukkan makan siang "umm apa baiknya aku makan disini aja yaa" guman shyaya yang mempertimbangkan aspek-aspek yang harus diselesaikan secepatnya.
tidak ada pilihan shyaya langsung memesan makanan dari restoran terdekat, tidak jadi masalah baginya bila makan sambil kerja itu hal yang menjengkelkan sih tapi apa boleh buat waktu yang telah mengejar Shyaya.
tidak lama menunggu akhirnya apa yang diingin sang pemilik perut tiba dihadapannya.
"terimakasih"
"sama-sama mbak"
ucap salah satu karyawan yang bertugas mengantar barang ke sang pemilik. shyaya membuka penutup makananya dan melahapnya dengan mantap sesekali dia bergumam memuji makanan kesukaannya yang dibuat oleh restoran terdekat.
padahal dalam ruang yang sepi lainya, pria tampan sedang fokus dengan dokumen yang telah menumpuk dia sesekali memicingkan matanya untuk memastikan penglihatannya memang bagus.
"siapa yang telah merombak isi dokumen ini" gerutunya.
sepertinya tidak ada masalah sih dengan isinya cuma Shevan tidak menyangka bahwa ini jauh dari jangkauannya.
"BAGUS"
tatapnya beralih pada ponselnya yang baru saja berdering. melihat nama yang ada dilayar dia langsung menekan tombol hijau.
📞"halo"
📞"apa kamu telah menyelesaikannya"
Shevan mulai memutar isi kepalanya mengingat apa yang telah di perintahkan Stevan.
📞"umm, apa sebaiknya kita tak membahas itu dulu ka"
📞"aku tidak suka penolakan, bila kamu tidak sanggup maka aku yang bertindak" suara Stevan mulai meninggi dia tidak suka dengan alasan yang keluar dari mulut shevan.
📞"baik, akan aku selesaikan secepatnya." setelah shevan selesai berbicara telepon seluler berakhir.
Sheva mulai berpikir keras ini bukan hal mudah baginya bila menjatuhkan lawan tampa ada kesalah sedikit pun baginya.
Shevan tidak memiliki pilihan lain dia harus mencari informasi tentang perusahaan ini serta hubungannya dengan kakak.
segera Shevan memerintah anak buahnya untuk mencari informasi dari perusahaan GLOW.
shevan tetap fokus dengan pekerjaannya hingga dia lupa untuk memberi jatah sang perut.
Shyaya yang telah siap menyantap makanan lezat itu habis tidak ada yang tersisa, menyadari tidak ada perintah yang akan menyusahkan dirinya hari ini membuat dia merasa heran dengan big bos menyebalkan itu "tidak biasanya aku hidup setentram ini" (ucap dalam hati). merasa ada sesuatu yang salah dari sikap CEO ya hari ini Shyaya raguh dengan pikirannya salah satu dia ingin memastikan sang CEO dalam keadaan baik dipihak lain dia tidak ingin bertemu dengan mounster itu.
"tidak ada salahnya bukan, jika aku memastikan dia disana?" rasa penasaran Shyaya telah diubun-ubun ntah apa yang dikerjakan Shevan diruang itu hingga dia tidak berkutip dari ruangannya.
Shyaya menarik napas panjang serta mengembuskan pelan dia segera mengketuk pintu sang CEO.
"Tok Tok Tok" suara ketukan tiga kali di balik pintu.
Menunggu beberapa detik tidak ada suara yang mengijinkan untuk seseorang untuk masuk, Shyaya merasa ada yang aneh dari sikap CEO dia mengulang kembali mengetuk pintu tetap sama tidak ada sautan dari dalam.
penasaran shyaya yang cukup besar dia meniatkan melangkah masuk tampa injin dari sang pemilik, membuka pintu pelan serta menutupnya kembali seperti biasa.
Shyaya terbelalak melihat pria dihadapannya menyangkal kepala dengan tangan besar itu menunduk. tab tab tab langkah kaki Shyaya pelan mendekat kearah shevan, melihatnya seperti ini seperti ada beban berat, enggang melihat shevan seperti ini berlahan shyaya menunduk melihat wajah sang CEO pucat pesat dari samping dia memanggil namanya sambil menepuk bahu tegap itu pelan untuk menyadarkannya.
Shevan terkejut dari pikirannya dia tidak menyadari seseorang disampingnya sejak tadi.
"aihhh" ucap shevan marah hampir aja jantungnya copot. shevan melirik kesamping ternyata shyaya yang menepuk pundaknya, walau pelan tapi tetap saja jantung pria itu hampir copot.
"ngapain kamu ada disini?" bentak Shevan marah kearahnya, tatapan tajam shevan membuat shyaya bergetar dia tidak ada maksud mengganggu sang CEO dia hanya khawatir melihat wajah pucat kertas itu.
"Aa...aku"
'Bruukk'. belum Shyaya menseleksi kata-katanya dia terjatuh diatas sofa.
"ahk...sakit" shyaya.
Shevan mendorong shyaya ke sofa mencakram rahangnya kuat "lepaskan apa yang kamu lakukan" Shyaya memberontak berkali kali sayangnya tenaga yang dia keluarkan tidak ada apa-apanya bagi shevan.
"ini yang kamu inginkan WANITA" bentak Shevan tepat di wajah cantik itu.
shyaya hanya menatap wajah shevan begitu juga sebaliknya, disela itu shyaya tidak sanggup berbicara lagi, mata yang berkaca-kaca menghambat penglihatan shyaya menjadi kabur.
tembungan butiran berlian itu ambruk di wajah cantiknya tepat saat shevan terjatuh di pelukan shyaya "BRUKK"
shyaya kaget melihat shevan jatuh menimpanya "shevan lepaskan aku" ketus shyaya tidak ada sautan dari tubuh besar yang menimpa dirinya. sekuat tenaga shyaya mendorong bahu shevan bukan malah lepas malah makin jatuh didadanya.
shyaya menangis tersedu-sedu kekuatannya tidak ada apa-apanya Shyaya memiringkan kepalanya berusaha melihat wajah tampan shevan "JEDARRR" shyaya membelalak mata'yang memerah wajah tampan itu sangat pucat kertas dan mata tertutup.
"shevan buka matamu" hiks hiks hiks "shevan bangun" katanya lagi menepuk wajah dingin itu.
hiks hiks hiks "Shevan" lanjutnya lagi.
ntah kenapa shyaya sangat khawatir keadaan shevan setiap kali shevan ada masalah pasti shyaya tempat pelampiasan bagi dirinya ntah itu masalah kecil maupun besar. shevan selalu melampiaskan amarahnya ke shyaya walau shyaya yang akan terluka.
"kenapa kamu tidak pernah berubah, kamu selalu melukai ku" hiks hiks hiks "apa salahku hingga kamu selalu membuatku sakit? " hiks hiks hiks.
shyaya berbicara sendiri diatas wajah tampan itu, butiran bening itu jatuh di pipi pucat shevan, shyaya yang sangat khawatir meraba-raba sakunya dia ingin mengambil handphone miliknya seingat shyaya dia membawa ponselnya dalam saku ternyata handphone miliknya tidak ada disana. "Sial, kenapa jadi begini disaat perlu" ketus shyaya kesal
shyaya menarik napas panjang ini bukan pertama kalinya shevan begini tapi sejak mereka kecil pun shevan dan dia pernah tidur bersama hanya untuk menemani pria itu. keringat bercucuran di kening Shevan, Shyaya yang menyadari itu dia segera mengusap lembut dengan jemarinya "kenapa kamu sangat berkeringat, ruangan disini cukup dingin apa kamu sedang sakit" guman shyaya pelan.
shyaya memastikan suku tubuh sang tubuh besar tidak ada yang perlu di khawatirkan tapi kenapa bisa berkeringat gini. 'Ting' Shyaya baru sadar sejak tadi malam pulang dari kantor shevan belum makan apa-apa. "kenapa kamu sangat keras kepala" guman shyaya menangis.
Maaf kakak masih baru update 🙏😇 jangan lupa votenya kakak biar sang penulis semangat updatenya 🙏☺️