shevan melirik kiri kanan tapi dia tidak melihat shyaya, "kamu dimana gadis setan, kamu selalu merepotkanku" gumannya dalam hati.
melihat sekeliling pemukiman Holden premier league shyaya tidak terlihat juga tampa banyak pikir shevan mengambil handponenya.
📱"kamu dimana" kirimnya singkat.
shevan menunggu lama tidak ada balasannya apapun "sialan" suara shevan marah.
handphone shyaya berbunyi dia melirik nama yang ada dilayar "shevan". dia mengabaikan pesan singkat shevan dia tau kakaknya yang mengirim shevan mengejarnya.
sesampainya di perusahaan besar mewah alah Korea tersebut dia terkagum "ini kah tempat kerja shyaya nanti" ucupnya senang.
shyaya hanya tinggal menyebarang dan segera masuk ke perusahaan itu. tapi belum sempat melangkah dia ada yang menghambat dengan mobil mewah putih. shevan turun dan melangkah arah shyaya dengan langkah berat,
"ayok kita pulang" dia menarik tangan shyaya.
"tidak, aku ingin bekerja" jawabnya lagi dengan menarik lengannya.
"apa kamu pikir segampang itu bekerja di perusahaan ini" balasnya dengan marah.
"aku tau" gumanya lagi "apa kakak yang menyuruh mu kesini".
"kalau sudah tau kenapa nanya lagi" shevan marah melihat kepolosan shyaya.
"tapi, kenapa aku tid.." belom siap shyaya bicara shevan memotong omongannya.
"nanti kamu juga tau" dan menarik lengannya shyaya kearah mobil mewah itu.
dalam perjalanan pulang semua hening shyaya menoleh kearah kaca melihat alam yang indah diluar sana, yang disana dia tidak sikitpun menoleh ke arah shevan, tidak tahan dengan kediaman shyaya shevan mulai bicara.
"apa kamu sudah gila ngelawan perintah kakak" ucapnya dengan dingin.
"...."
shyaya hanya diam tidak ingin bicara.
"atau kamu memiliki kekasih dikantor itu?" ucapnya dengan licik sekilas dia melirik shyaya.
"kamu membawaku kemana?"ucapnya tampa menjawab pertanyaan shevan.
"perusahaanku" dengan dingin.
shyaya terkejut "apa-apaan ke perusahaan shevan" gumamnya dalam hati, shyaya tidak ingin melanjutkan bicara lagi, tiba-tiba handphone shyaya berbunyi ada nama Steven dilayar monitor.
📞"halo" ucap shyaya lembut. dia tidak ingin kakaknya marah lagi.
📞"kamu dimana" ucapnya dengan marah.
shyaya gemetar mendengar suara kakaknya dia sangat panik, melihat wajah shyaya yang pucat shevan tau siapa yang nelpon, dia segera mengambil ponsel di genggamnya.
📞"aku bersama dia sekarang" ucap shevan dengan datar, shyaya kaget dengan reaksi shevan yang mengambil handpone di genggamnya.
📞"bawa dia ke kantor"ucapnya lagi.
📞"baik" dan segera mematikan telponnya.
shyaya melihat shevan dan sedih menunduk, biasanya shyaya tidak pernah takut dengannya tapi kalau soal kakaknya dia tidak bisa melawan, shyaya selalu nurut apa perintahnya baik itu shevan juga.
"apa kakak marah?" ucapnya dengan pelan dan terdengar lembut.
"sepertinya iya" balas shevan dingin.
shyaya menunduk dia merasa bersalah melawan kakaknya tadi pagi, tapi dia ingin membuktikan kalau kerja disana tidak ada masalah apapun, tapi dia tidak menyangka akan berakhir seperti ini.
melihat shyaya menunduk bersalah shevan senyum melihat shyaya menunduk seperti ini dia merasa lucu yang biasanya dia sangat lantang dan melotot kearahnya sekarang malah dia seperti gadis kecil yang sedang dimarahi.
tiba di parkiran shevan melangkah keluar dan berjalan masuk kedalam kantor, shyaya hanya mengikuti dia dari belakang, tiba-tiba dia menambrak pegawai yang sedang membawa air panas.
"ahhk" ucapnya dengan kaget.
"maaf nona" ucap pengawai dengan khawatir.
"tidak apa-apa" balasnya shyaya sambil mengusap lengan yang kenak.
"biar aku bersihkan non" ucapnya gugup
"aku tidak apa-apa kok"
shevan menolak ke belakang, melihat shyaya kesakit dengan air panas itu yang kenak di lengan putih salju yang telah memerah, pakaian shyaya jadi basah yang kenak percikan air ke arah dadanya menampakkan bagian dalam shyaya yang indah tampak jelas dimata shevan.
"ada apa ini" ucapnya dan melangkah kesamping shyaya, melihat kejadian itu shevan mulai panik dengan luka bakar di lengan shyaya.
"maaf, pak CEO saya tidak sengaja" ucapnya dengan gemetar.
"aku tidak apa-apa" ucap shyaya lagi.
"belikan obat luka bakar sekarang dan juga pakaian". dengan lantang
"baik tuan" pegawai itu segera menunduk dan pergi.
"ikut aku" shevan menarik lengan shyaya menuju kamar kecil, memutar keran air meletakkan lengan shyaya dipancuran air tersebut.
"apa sakit" ucap shevan.
"..."
shyaya tidak menjawabnya dia hanya melihat shevan.
"aku nanya, apa masih sakit" ucapnya lagi dengan gemes.
"tidak" balasya dan menarik tangannya.
"aku tidak apa" ucapnya lagi.
"aku pulang aja" menoleh segera pergi, tapi shevan menahannya.
"apa kamu mau pergi seperti ini" ucapnya dengan dingin.
"tentu"
shevan melirik kearah dada shyaya yang terlihat jelas bagian dalamnya yang indah.
"apa yang kamu liat" mengkerut keningnya, shyaya belum sadar apa yang terlihat didadanya.
shyaya mengikuti arah pandangan shevan dan kelihatan bentuk bagian dalamnya dia langsung menyilangkan tangan.
"bajingan" dengan marah.
"hahah, kamu aja tidak liat"
dengan santainya shevan membuka jas hitam yang di pakainya dan menutupi tubuh shyaya.
"pake ini, jangan ada yang melihat" ucapnya dengan datar "cukup aku saja" shevan mengoda shyaya lagi dengan membisikannya ketelinga.
shyaya melotot tidak terima apa yang diucapkan shevan "brengsek" ucapnya dengan lantang.
shevan hanya senyum licik melihat tingkah lalu shyaya yang lucu, dia menarik lengan shyaya dan pergi keruangannya.
"mau kemana lagi"
"keruanganku" dengan dingin.
"tapi aku mau pulang"
"diam" ucap shevan marah.
sesampainya di lantai 72 tepat di ruangannya shevan, shyaya takjub dengan keindahan ruangan shevan, luas dan bermotif alah Amerika itu membuat suasa keindahan kota terlihat jelas dan sangat indah di balik kaca.
"apa kamu tetap mau berdiri?"
"oh, apa ini ruangan kamu?" shyaya malah bertanya balik.
"menurutmu"
"tidak salah lagi" senyum shevan melihat ekspresi wajah shyaya yang tidak berkedip "ini bukan ruanganmu" lanjutnya lagi.
shevan mengerutkan keningnya dan berubah menjadi dingin "kamu pikir aku numpang disini" ucapnya marah.
"benar" balasnya singkat.
"kamm" belum sempat shevan melanjutkan kata-katanya ada yang mengetuk pintu dari luar.
"masuk"
terlihat pengawai membawa salep luka bakar ditangannya dan juga keresek.
"ini obatnya pak CEO" ucapnya dengan gemetar, pegawai tersebut belum pernah berhadapan langsung dengan shevan dia terlihat gugup dan takut akan ada yang menyerangnya.
"letakkan diatas meja dan turunlah kebawah" dengan suara dingin stevan memerintahkan karyawannya.
"baik pak CEO, saya permisi dulu" dia mengangguk dan melangkah pergi. shyaya melotot melihat tanggapan karyawan tersebut "benar ini ruangan shevan" gumanya dalam hati dan segera tersadar oleh perhatian Shevan.
shevan mengambil salep luka bakar itu ingin mengoles ke lengan Shyaya.
"sini dekatkan padaku" ucap shevan
"aku bisa sendiri" balasnya lagi.
segera shyaya mengambil salep dari tangan shevan dan mengolesnya dengan lembut dengan sedikit sakit tapi dia kelihatan tenang di depan shevan.
"aku mau kerja, kalau mau ganti baju disana ada kamar kecil yang bisa kamu gunakan" ucap shevan dengan dingin.
"baik"
***