Dua Lelaki dengan pakaian yang cukup aneh memasuki area pasar malam. Setiap mata yang menandang pasti akan tertawa melihat dua orang memakai kacamata hitam malam malam begini.
Mata indah Amanda berbinar dari balik kacamata hitamnya. Senyum terukir dari balik maskernya. Ya suatu kebahagiaan tersendiri bagi Amanda yang baru pertama kali ke pasar malam. Suara suara musik yang mengalun dari aneka stand makanan dan stand permainan, gemerlap lampu kelap kelip disana sini. Aroma aneka jajanan yang membuatnya lapar. Semua ini membuatnya lupa dengan nyeri pada perutnya yang sedang haid.
Keduanya berjalan mengitari area pasar malam. Amanda tertarik pada sebuah permainan lempar gelang, dimana gelang di lempar pada sebuah nomer yang sudah terpasang dan ada hadiah pada setiap nomer tapi ada juga yang tak bisa mengenai nomer tak akan mendapat apapun.
"Dirga kita coba yang itu." Dirga melihat arah yang di tunjuk Amanda.
"Ayo.."
Dirga pun memberikan sejumlah uang pada penjaga stand dan mendapat beberapa gelang yang di bagi pada Amanda.
Percobaan pertama amanda gagal tapi dia masih penasaran dan berusaha melempar gelang pada nomer yang di tuju. Hasilnya nihil tak ada satupun gelang Amanda yang nyangkut.
Begitu pula dengan Dirga pada percobaan pertama memang gagal, tapi dari lima gelang rupanya tiga gelangnya berhasil tepat sasaran. Setelah mendapat hadiah mereka malah tertawa karna hadiahnya rupanya hanya lah snack seribuan. Yang lumayan adalah salah satu nomer dirga mendapat gayung. Ya lumayan lah.
Berikutnya adalah permainan lempar bola. Hampir sama dengan yang tadi hanya saja kini medianya adalah yang di lempar adalah bola. Dan hadiahnya lebih menarik yaitu boneka. Dan benar saja tubuh Dirga yang tinggi Dan tangannya yang panjang berhasil mengenai sasaran walaupun sempat gagal di awal. Dirga berhasil mendapatkan sebuah boneka teddi kecil berwarna biru.
Saat berhasil mendapat boneka Amanda malah memberikan boneka itu pada anak kecil yang menangis di sampingnya.
"Hei kenapa hadiahnya kau berikan pada anak itu..?" Dirga protes.
"Kasian dia menangis dan ayahnya tak berhasil dapat hadiah.." Amanda membela diri.
"Apa kau tak menghargai hasil jerih payahku..?" Dirga merajuk.
"Ayo lah aku sudah besar.. tak sepantasnya juga aku dapat boneka.. sepertinya lebih bermanfaat gayung ini dari pada boneka tadi.."
"Huufft." Dirga membuang nafas tanda mengalah.
Karna tadi Amanda sudah memilih permainan kini giliran Dirga yang memilih. Karna tadi bonekanya malah di berikan pada orang lain kini Dirga meminta pertanggung jawaban. Dirga memaksa Amanda untuk memasuki wahana rumah berhantu. Amanda mau tak mau akhirnya menurut pada dirga.
Saat memasuki ruangan gelap itu mereka diminta melepas kacamata agar bisa melihat dengan jelas. Amanda yang takut memegang ujung jaket Dirga. Saat hantu hantu mulai bermunculan amanda berteriak sekeras kerasnya dan memeluk Dirga dari belakang. Dirga yang di peluk tentu saja senyam senyum dan malah memperlambat langkahnya, mencari kesempatan dalam kesempitan hahaha.
Amanda yang tak tahan akhirnya berlari duluan dan malah meninggalkan Dirga di belakang. Dirga pun akhirnya juga berlari menyusul takut kalau kalau di depan Amanda pingsan lihat hantu. Faktanya malah Amanda yang berhasil keluar duluan dari arena rumah hantu, sedangkan Dirga malah berputar putar di dalam mencari Amanda yang sudah keluar.
"Kamu lama banget sih keluarnya.." Dirga yang baru keluar tampak ngosngosan.
"Kamu sih ninggalin aku. .."
"Lagian ngapain lama lama di dalam.. di ajak kenalan sama mbak kunti..? hahaha."
"Enak aja.. ganteng ganteng gini seleraku tinggi tau. Masa mbak kunti di ajak kenalan." Dirga membela diri. "Sekarang mau main apa lagi. .?"
"Kayaknya yang itu seru.." Amanda nenunjuk pada permainan yang paling tinggi. Yaitu bianglala. Amanda sudah sering melihatnya tapi belum pernah menaikinya.
"Yang lain aja deh.."
"Kenapa..mumpung sudah sampai sini masak gak naik itu ayolah..." Amanda menarik dirga paksa.
Langkah Amanda terhenti seketika sesaat sampai di depan loket.
"Kenapa..? takut kann.. udah di bilangin yang lain aja."
"Bukan gitu..tuh lihat." Amanda menunjuk ke arah segerombol gadis gadis yang sedang antri menaiki wahana tersebut.
Dirga pun melihat ternyata gadis gadis itu adalah Dinar adiknya, Lina dan teman temannya. Akhirnya sambil menunggu mereka turun.Dirga dan Amanda memilih untuk makan jagung bakar di pojokan sambil menikmati angin malam.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat mereka dari kejauhan. Mata yang menyimpan rasa kecewa dan amarah yang di pendam.
Setelah melihat gerombolam gadis gadis itu pergi akhirnya Amanda dan Dirga bisa naik Bianglala. Amanda terlihat sangat senang sekali.
"Ternyata begini ya rasanya naik bianglala, tak pernah ku duga akhirnya aku bisa menaiki wahana ini.."
"Sekarang udah seneng kan, bilang apa coba..?"
" Terimakasih Dirga.. Berkat kamu aku bisa menikmati hidupku." Amanda tersenyum manis yang membuat Dirga meleleh.
"Lihat pemandangan dari atas sini bagus banget dirga.. eh lihat deh rumah kamu kayaknya kelihatan dari sini." Amanda benar benar senang dan heboh sendiri.
Saking senangnya Amanda malah tampak katrok. Bagaimana tidak Amanda sampai tak mau turun dan naik bianglala sampai tiga kali berturut turut. Dan saat menaikinya ekspresi dan kata kata yang keluar dari mulutnya juga sama saat berada pada puncak tertinggi Amanda selalu bilang. "Dirga pemandangannya bagus banget. Lihat rumahmu yang besar terlihat dari sini." Dirga serasa mengajak anak anak dalam tubuh dewasa.
Saat hendak pulang Amanda sangat tertarik pada sesuatu yang seperti kapas dan berwarna warni.
"Dirga itu apa..?"
"Itu kembang kapas.."
"Rasanya seperti apa..?"
"Kau juga belum pernah memakannya..?" Dirga menepuk jidatnya. Amanda hanya menggeleng "Kau ini sebenarnya serasal dari planet mana..?"
"Hehehe..tolong belikan yang berwarna biru.."
Saking penasarannya Amanda langsung memakannya saat memakannya ada ekspresi unik yang tergambar di wajahnya yang membuat dirga geli.
"Enak..?"
"Rasanya manis tapi lembut seperti kapas dan langsung hilang dimulut.." Amanda sangat menikmatinya tanpa terasa satu bungkus langsung habis.
Amanda mau lagi. Akhirnya tak tanggung tanggung Dirga membelikan lima bungkus sekaligus agar Amanda puas.
"Nih.. jangan dihabisin sekaligus nanti gigimu ompong."
"Memangnya aku anak kecil..."
"Hei kau bahkan lebih parah dari anak anak.."
Merekapun akhirnya pulang naik motor dengan bawaan yang cukup unik. Bagaimana tidak Lima bungkus kembang kapas yang separuh bungkusnya saja berisi angin. Belum lagi gayung yang digantung di bagian stang motor trail berwarna hijau itu kehilangan jati dirinya sebagai motor yang macho. Siapa lagi pelakunya kalau bukan amanda yang membuat empunya motor hanya bisa pasrah.