Lara duduk di tepi ranjang, sambil menatap pintu yang baru saja ditutup kasar oleh ayahnya.
Ayahnya telah tahu jika kini dia tengah hamil, meski ayahnya belum tahu siapa lelaki yang telah membuatnya menjadi seperti ini.
"Kamu harus menikah dengan lelaki lain, kalau kamu mau mempertahankan bayi yang ada di dalam kandunganmu," putus ayahnya tadi.
Ayahnya mengerti bagaimana sifat Lara, yang tak akan mau menggugurkan kandungannya. Mungkin dia akan bertindak nekat dengan kabur dari rumah.
Meski ragu, ayahnya terpaksa memberikannya pilihan seperti itu. Agar Lara tidak hidup dalam rasa malu dan rendah diri.
Lara tak mengiyakan ataupun menolak. Dia hanya diam dan masuk ke dalam kamarnya. Merenungi apa keputusan yang tepat untuk hidupnya setelah ini.
"Lebih baik kamu dengarkan apa kata ayahmu." Yovita membuka pintu kemudian masuk ke dalam kamar Lara.
Ia ikut duduk di sampingnya dan mengenggam erat anaknya itu.
"Tapi—"