"Duduk." Yose bahkan menarikkan kursi untuk Reina. Padahal wanita itu masih belum pulih dari rasa keterkejutannya.
Mengapa Yose seperti itu? Tidak marah sama sekali padanya? Malah membuat Reina semakin tak enak hati dan semakin menyukai lelaki menyebalkan tersebut.
"Kamu cukup duduk di sini, aku akan menyelesaikannya sebentar lagi. Karena aku pikir kamu akan sampai setengah jam lagi, jadi aku belum menyelesaikan semuanya."
Reina tanpa sadar tersenyum, tapi ketika Yose melirik ke arahnya. Senyum itu berubah menjadi garis datar di bibirnya.
"Banyak bicara," desis Reina.
"Apa? Kamu butuh apa?" tanya Yose.
"Tidak." Reina menggelengkan kepalanya. "Aku tidak butuh apa-apa, aku hanya lapar. Sudah hanya itu," jawab Reina pelan.
Dia memandangi makanan yang satu persatu mulai matang di depannya. Menu yang menurutnya sangat rumahan sekali. Jauh terkesan dari mewah dan mahal.
Ia pun tak protes karena Yose selalu bisa memasakkan makanan yang membuat lidahnya ketagihan memakannya.