Chereads / Setelah Malam Itu / Chapter 13 - 13. Pertemuan yang Tidak Terduga

Chapter 13 - 13. Pertemuan yang Tidak Terduga

Karen memilih pekerjaan tersebut bukan tanpa sebab. Semenjak dia lulus sekolah. Dia hanya tak ingin merepotkan keluarganya. Karena bagi Karen adalah bisa bekerja dan mencari uang saja sudah cukup baginya.

" Aku pikir kau pemilih masalah pekerjaan." Ruri mengambil kembali sup yang masih tersisa di panci.

" Memang menurutmu aku akan mengambil pekerjaan seperti apa?" Karen penasaran seperti apa dirinya di mata orang lain.

" Mungkin seperti sekertaris. Kau cocok dengan gambaran seperti itu."

Karen terkekeh bahkan ia tak pernah terpikirkan dengan pekerjaan tersebut.

Dulu dia pernah ditawari bekerja di pabrik. Tapi dia harus keluar dari pulau itu. Namun ia tak mau karena tidak ingin meninggalkan ayah dan ibunya. Namun semuanya berbalik ketika dia mengalami suatu hal dengan Rafael.

Drrrt... Drrttt

Ponsel Karen terus bergetar di atas nakas samping tempat tidurnya. Makanan yang ada di mangkuknya belum habis namun ia harus mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata dari Nana.

" Halo..?" sapa Karen.

" Kenapa tak balas pesanku?!!!" Suara Nana terdengar setengah berteriak membuat Karen terkejut dan menjauhkan ponselnya dari telinganya untuk sesaat.

"Aku sedang makan. Ada apa memangnya?"

" Ken sudah siuman!!"

Karen kini benar-benar terkejut. Ken telah siuman dari komanya. Namun ia tak tau harus mengucapkan apa pada Nana.

" Benarkah?"

" Kenapa suaramu terdengar tidak senang sama sekali?"

" Bukan seperti itu," sambar Karen cepat agar Nana tidak berpikir buruk tentangnya.

Karen takut jika Ken nantinya akan menanyakannya dan menyusulnya ke kota lalu mengetahui keadaan dia yang sebenarnya.

" Apa dia menanyakanku?" tanya Karen ragu.

" Tentu saja. Yang pertama ia tanyakan adalah di mana Karen? Dia terus seperti itu hingga aku mengatakan bahwa kau baik-baik saja. Dan ... Maaf aku tak sengaja mengatakan jika kau berada di kota. Karena dia terus berkata ingin melihatmu."

Karen menghembuskan napas beratnya, hari di mana Ken akan menanyakannya akhirnya sudah tiba. Ken, laki-laki yang menyukainya sudah lama. Yang bisa berperan sebagai kakak, teman bahkan pacar Karen. Namun ia terlalu posesif pada Karen hingga membuat gadis itu terkadang merasa takut padanya.

" Lalu...? "

" Dia akan ke kota nantinya, jika ia sudah benar-benar sembuh. Dia tak meneruskan pekerjaan di sini lagi melainkan membantu ayahnya mengelola restoran di sana."

"Haruskah aku jujur saja pada Ken? Karena tak mungkin jika aku terus menyembunyikan hal ini."

" Tapi apa kau sudah siap?"

Karen diam.

" Nanti biar aku beritahu Ken sedikit demi sedikit agar dia tidak terkejut."

" Hmm.. Baiklah." Suara Karen melemas sejak Naeun mengatakan jika Ken akan pergi ke kota.

Orang tua Ken bercerai ketika ia masih kecil. Ia ikut dengan ibunya hingga sekarang karena ibunya hanya tinggal sendiri dan memutuskan untuk tidak menikah lagi. Sedang ayahnya dua tahun setelah mereka bercerai ia menikah lagi dengan seorang istri yang memiliki restoran di kota.

Ken seringkali ditawari oleh ayahnya agar ikut dengannya namun terus menolaknya. Lalu karena sekarang Karen sudah berada di kota, akhirnya ia memutuskan untuk tinggal bersama dengan ayah dan ibu tirinya untuk membantu mengelola restorannya yang terbilang sukses di sana.

" Aku akan terus mengikutimu ke manapun kau pergi," ucap Ken beberapa tahun yang lalu.

Sejujurnya kata-kata tersebut membuat Karen merasa takut. Obsesi Ken pada Karen terkadang di atas normal.

" Alih-alih membuatku risih kenapa kau tak bisa membuatku untuk nyaman denganmu?"

" Apa kau tak nyaman dengan apa yang aku lakukan selama ini."

Karen mengangguk, " Kau terkadang seperti stalker. Aku takut jika kau akan menjadi lebih parah dari ini."

" Makanya terima saja aku. Aku berjanji akan berubah."

Janji Ken hanya sebatas di bibirnya. Ia akan terus mengulangi kesalahan yang sama hingga membuat Karen terkadang jenuh kepadanya.

Ia kemudian ragu akan mengatakan hal yang sedang menimpanya sekarang. Kemudian dengan cepat ia mengetik pesan pada Nana.

Karen: Jangan katakan apapun pada Ken. Dan jangan beritahu alamatku disini. Bilang saja kau tidak tau. Aku mohon.

Nana: Kau serius?

Karen: Iya, aku sudah memikirkannya. Sepertinya akan gawat jika dia menemukanku disini.

Nana: Baiklah.

***

Sebuah mobil van berhenti di sebuah restoran sate yang terkenal di daerah perkotaan.

" Di mana kita?" tanya Rafael setelah mobil berhenti di sebuah restoran.

" Sate kambing?!" gumam Liam.

Rafael dan Liam saling bertatapan karena mereka pikir akan langsung pulang ke dorm mereka.

" Hadiah dari perusahaan. Katanya kalian ingin makan sate kambing. Untuk malam ini kalian bisa melupakan diet kalian," ucap manajer mereka lalu membukakan pintu mobil untuk Liam dan Rafael.

" Tapi aku kan tak bisa makan sate kambing." Yuna mendengus kesal karena hanya dia yang tak bisa makan sate demi menjaga berat idealnya.

" Ini memang bukan untukmu. Jika kau tak bisa makan kau tunggu saja disini," ucap Liam ketus lalu menutup pintu mobil dengan keras.

Perusahaan mereka memberikan sebuah hadiah malam karena comeback mereka kali ini sesuai dengan ekspetasi. Album mereka terjual lebih dari satu juta copy. Dan sudah menjadi peraturan dari agensi tersebut untuk memberikan hadiah pada Idol yang berhasil dalam comebacknya.

Meskipun terhitung sangat sederhana. Namun bagi Rafael dan Liam hal itu membuat mereka sangat bahagia. Diet menjelang comeback membuat mereka tersiksa karena hanya bisa memakan makanan dari manajernya. Mereka bisa makan seperti ayam goreng saat Rafael membawakan untuk Liam waktu itu, namun itu juga harus sembunyi sembunyi agar tidak ketauan oleh manajer. Setelah itu mereka harus menurunkan berat badan mereka kembali jika tak ingin diketahui oleh manajernya.

Akhirnya Yuna masuk ke dalam restoran setelah manajer mereka selesai mengkonfirmasi sebuah meja yang sudah ia pesan sebelumnya.

"Kak, kau sudah memesan meja ini sebelumnya?" tanya Liam saat mereka duduk.

Sang manajer mengangguk lalu seorang pelayan datang dengan daging segar dan beberapa bir dan soda.

"Wah malam ini kita akan berpesta." Liam bertepuk tangan layaknya anak kecil yang diberikan hadiah oleh orangtuanya.

Namun mata Rafael menangkap bayangan seorang pelayan wanita yang sedang melayani di meja seberang. Wanita itu tampak tak asing di matanya.

"Merry..??" gumamnya ia lalu mengikuti Merry yang masuk ke dalam dapur.

"Kak kau mau ke mana?" tanya Liam namun matanya terus menatap daging yang sedang di panggang di atas mejanya.

" Aku akan ke toilet sebentar." Rafael menoleh ke arah meja dimana Liam dan manajer mereka sedang makan.

Mereka begitu asik dengan makanannya hingga tak tau jika Rafael sedang mengejar seorang wanita yang pernah ada di masa lalunya.

" Merry?!!" panggil Rafael.

Sedang yang dipanggil terkejut melihat siapa yang ada di depannya saat ini.