Dalam kegelapan, Namara merasa dadanya menjadi begitu sesak. Itu disebabkan oleh akar pohon yang menggulung tubuhnya dengan begitu kuat. Bahkan dia merasa tulangnya bisa remuk kapan saja.
Wajahnya kini berubah menjadi pucat. Jujur saja dia merasa ngeri. Tempat itu terlalu gelap. Dia tidak bisa melihat apa yang ada di sekitar dengan baik.
Di mana Eros? Apa pria itu akan mau menyelamatkannya? Dia meragukan ini. Lagi pula dia hanya budak yang tidak berguna. Mungkin pria itu tidak akan repot-repot menyelamatkannya.
Perasaan Namara menjadi cemas. Dia mencoba berontak, kedua tangannya yang terbebas mencoba menarik-narik dan memukul-mukul akar. Namun, usahanya tidak membuahkan hasil. Justru ikatan akar itu terasa semakin kuat saja.
Keringat dingin mengucur di punggungnya. Tiba-tiba saja dia mendengar suara seorang wanita yang tidak begitu jauh darinya. "Jangan memberontak, kau hanya akan membuat akar itu semakin kuat."