#NAD_30HariMenulis2020
#Hari_ke_18
#NomorAbsen_144
Jumlah kata : 742 kata
Judul : Tragic Love
Isi :
Cinta. Aku tidak pernah berharap orang akan memahami cinta yang kumiliki kepadanya. Karena jika bisa kuulang waktu, aku masih tetap memilih untuk mencintai dia, meski semua bilang cinta kami adalah cinta terlarang.
Hari ini mungkin adalah hari terakhir aku merasakan kehidupan. Para pria bertampang seram itu datang untuk mengambil nyawaku.
"Kumohon selamatkan dia," pintaku sambil memeluk dan mencium putraku yang masih kecil. Mereka mengangguk setuju. Tentu saja bagaimanapun juga putraku adalah keturunan dari sang pangeran.
Orang selalu bilang kilasan kehidupanmu akan terlihat saat di akhir kehidupan. Kala mereka menebas pedang untuk mengakhiri kehidupanku, kilasan masa lalu tersebut seolah berputar di benakku.
***
Namaku Ines de Castro. Meski terlahir memiliki darah biru, nasib justru membawaku menjadi seorang pelayan Putri Constanca dari Kerajaan Kastilia. Meski begitu, aku dan sang putri sudah seperti sahabat. Ia sering bercerita padaku tentang kekaguman pada sosok Pangeran Pedro yang adalah calon suaminya. Pernikahan antara putri dan pangeran tersebut telah diatur oleh kedua kerajaan.
Sang pangeran datang ke kerajaan untuk mempersunting junjunganku tersebut secara resmi. Aku sempat terpesona saat melihat. Senyum manis yang terlukis di wajah tampan itu sungguh mempesona. Dia balas menatapku, buru-buru kutundukkan kepala dengan gugup. Detak jantungku yang berdebar kencang membuatku bergegas pergi dari sana.
Tidak disangka ia kembali datang menemuiku. Mengajakku berkenalan. Ingin aku menolak, tetapi sekali lagi hatiku tidak berdaya di bawah pesonanya.
***
Pernikahan Pangeran Pedro dan Putri Constanca telah berlangsung. Setelah itu, Putri Constanca dibawa ke kerajaan Portugal, tempat sang pangeran tinggal. Putri Constanca juga membawaku serta. Di tempat itu pula, justru aku semakin tidak berdaya. Aku benar-benar jatuh cinta pada Pangeran Pedro.
"Aku hanya mencintaimu. Aku berjanji hanya dirimu yang akan menjadi ratu di kerajaanku. Hanya kau yang berhak memiliki cintaku dan menjadi istriku," ucapnya berulang kali.
Aku hanya mengangguk saja. Kutahu hal itu tidak mungkin. Seorang pelayan tidak akan bisa menjadi ratu. Itu sama seperti bermimpi di siang bolong, terutama dengan keberadaan Putri Constanca.
Lambat laun, sang putri tahu hubungan yang terjalin antara aku dan suaminya. Ia marah dan menginginkan aku mengakhiri hubungan itu, tetapi aku tidak mampu. Aku sudah masuk terlalu dalam pada jerat cinta sang pangeran.
Tidak lama, Putri Constanca meninggal setelah melahirkan. Aku berduka dan dilanda rasa bersalah. Akan tetapi, perasaan yang kumiliki pada Pangeran Pedro justru semakin dekat. Jalinan cinta kami seolah tidak lagi memiliki hambatan. Dia bahkan menemui dan melamarku. Aku tidak bisa menolak. Inilah yang kunantikan dan kuimpikan selama ini.
***
Raja Afonso, ayah Pangeran Pedro marah besar mendengar hubungan kami.
"Dia itu hanya pelayan. Gadis rendahan. Mana bisa bersanding dengan keluarga raja?" teriaknya keras. Kata-kata tersebut terdengar jelas di telingaku yang juga berada di istana.
"Dia tidak pantas berada di sini. Pasti ia sengaja merayumu hanya untuk menjadi seorang ratu!"
Air mataku mulai menitik tidak tertahan. Apa aku memang serendah itu di mata beliau? Tidak bisakah seorang gadis pelayan mengecap cinta dari seseorang yang berkedudukan lebih tinggi darinya? Mungkin memang hubungan kami sudah salah sejak awal. Mungkin seharusnya aku tahu diri dan menghilangkan rasa untuk sang pangeran.
"Hanya dia yang aku cintai. Aku akan menjadikan dia ratu kerajaan ini!" tegas Pangeran Pedro tidak mau mengalah.
"Aku tidak setuju. Sampai kapanpun jangan berharap aku menerima dia sebagai bagian keluarga dari kerajaan ini!"
***
"Apa kita telah berbuat salah?" tanyaku saat bersama dengan Pangeran Pedro. Dia menggeleng dan menggenggam erat tanganku.
"Cinta kita tidak salah. Aku mencintaimu dan kau juga mencintaiku. Itu sudah cukup untuk membuatku bahagia. Jangan memikirkan perkataan Raja. Suatu saat dia pasti bisa menerimamu. Apalagi kau sudah memberikan cucu padanya."
Aku mengangguk dan mempercayai kata-katanya. Akan tetapi, seharusnya aku tahu itu semua hanya harapan kosong. Sang raja tidak akan pernah menerimaku.
Semua terbukti sewaktu Pangeran Pedro pergi, orang-orang suruhannya datang menyekapku. Mereka adalah kerabat istana yang kukenal. Tentunya berharap penghargaan dan hadiah dari raja karena bisa menyingkirkanku.
***
Tempat ini begitu indah. Tempat yang menjadi tempat terakhir yang kulihat. Aku tersenyum miris. Tidak pernah kusesali cinta yang pernah kurasakan karena begitu indah. Aku merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya saat bersama sang pangeran. Yang kusesalkan hanyalah aku tidak sempat melihat dia di saat menjemput ajal. Aku juga tidak bisa melihat anak-anakku tumbuh dewasa. Menjadi pemuda gagah dan gadis jelita yang mengejar mimpi serta cinta mereka.
Kupejamkan mata untuk terakhir kali. Timbul pertanyaan dalam hati. Apa Pangeran Pedro akan terus mengingatku? Apa dia akan mencintaiku selamanya seperti janji yang pernah terucap? Akankah dia marah kehilangan diriku dan menusuhi ayahnya? Aku tidak pernah tahu. Aku hanya bisa berharap kami akan dipertemukan lagi suatu saat nanti di keabadian.
Tamat