1 bulan berlalu. Manuel kembali ke Villa, ia menghubungi orangtuanya.
"Hi pah. Mah"
"Hi nak, setelah 1 bulan akhirnya ada kabar juga"
"Hehehe maaf pah mah"
"Pah, Mah, Manuel menyukai seorang wanita"
"Sudah tau papa mama"
"Dari Rey sama Vellycia pasti"
"Iya hehehe, Wahh akhirnya setelah menunggu sekian lama" gurau ibu Manuel di panggilan video yang sedang berlangsung.
"Siapakah wanita itu?" tanya ayah Manuel
"Dia bernama Dewi, dia seorang muslim pah"
"Baiklah sayang, apa kamu bahagia?"
"Sangat bahagia pah"
"Jika kamu bahagia nikahilah dia"
"Apa mama papa memberi izin, dan Manuel akan berpindah agama pah!" ucap Manuel sedikit takut
"Apa kau menyukai agamanya?"
"Iya pah mah, agamanya sungguh membuat ku merasa damai"
"Maka peluklah agamanya sayang, yakini agamanya, sebaik engkau menyukai gadis itu, maka kau harus bersungguh-sungguh saat memeluk agamanya, jangan pernah melakukan segala sesuatu yang menurut mu itu baik dengan cara setengah-setengah sayang."
"Apa mamah tidak keberatan?"
"Mengapa mamah harus keberatan?, bukankah sedari kecil kamu selalu menolak jika disuruh ke gereja atau membaca Alkitab" ucap Mamah Manuel.
"Jika menurutmu keyakinan mu akan agama gadis itu sangat kuat dan agama itu membuatmu merasa tenang dan damai, maka papa mama merestuimu nak"
"Terimakasih banyak pah mah, berarti kapan papa mama akan ke Indonesia?"
"Mungkin besok papa mama akan terbang kesana"
"Baik pah mah. Biar anak buahku menjemput papa mama di Bandara."
"Baik sayang, suruh Rey dan Vellycia datang kerumah yang di Jakarta ya"
"Baik pah mah, ini Manuel masih di Bandung, mungkin besok malam Manuel baru berangkat ke Jakarta pah"
"Baik sayang, yasudah papah mamah mau siap-siapin semua dulu''
"Iya pah mah. Terimakasih" ucap Manuel lega.
Manuel di villa seorang diri hanya di temani oleh beberapa pengawal dan asisten rumah tangga. Nay dan Rey serta Vellycia sudah di Jakarta. Sejak 3 minggu yang lalu. Manuel merindukan ketiga sahabatnya itu, Manuel pun melakukan panggilan group kepada ketiga manusia yang sangat dirindukan oleh Manuel.
"Hallo" ucap Rey yang sedang duduk santai bersama sang istri yang mulai terlihat gendut.
"Rey, orangtuaku besok akan tiba di jakarta, entah jam berapa tibanya, mereka tadi bilang jika mereka sudah dirumah kamu sama Vellycia disuruh datang kerumah begitu"
"Oh ok, ada perlu apa paman dan tante datang ke Indonesia?"
"Hmm In Syaa Allah aku mau nikah"
"Haaaaa yeeee tuh kan bener apa kata aku kalo kak Manuel pasti bakal nikah lebih dulu dibanding kak Vellyc" Vellycia yang saat itu sedang membuat laporan langsung menatap ponselnya memasang wajah marah kepada Nay, dan Nay hanya tersenyum manis kepada wanita yang sudah di anggap seperti kakaknya yang sangat galak itu.
"Hahaha, ia nih kayanya duluan gue kalah lu Vel" gurau Manuel
"Apaan sih, kapan acaranya?" tanya Vellycia
"Nanti aku akan kerumah nya Dewi, besok malam aku akan ke Jakarta. Nanti saja aku jelaskan ketika aku sudah berada di Jakarta.
"Ok, kami tunggu" jawab vellycia
"Yaudah ok, Nay jangan banyak makan kamu udah kayag bola tu"
Nay yang sedang makan buah sambil bersandar di dada Rey pun langsung berhenti mengunyah dan menangis, sambil merengek kepada Rey dia berkata, "Rey aku dibilang seperti bola" ucap Nay manja. Rey melihat itu langsung melotot kearaah Manuel, dan Vellycia pun ketawa terbahak-bahak sangat senang.
"Yaudah-yaudah, nggak usah nangis. Makan ghi makan ghi, nggak usah dengerin Manuel" ucap Rey,
"Yaudah nyet, tutup dulu馃槅, buruan sana beresin urusanmu disana'' ucap Rey sambil tersenyum
"Hmmmm dasar, yaudah bye semua" ucap Manuel mengakhiri panggilan tersebut.
Sore pun tiba, Manuel sudah menunggu Dewi di depan masjid sambil melihat Dewi selesai mengajar, Manuel pun mengucapkan salam kepada Dewi dan beberapa temannya yang bercadar pula.
"Assalamu'alaikum" ucap Manuel
"Wa'alaikumussalaam Warrahmatullahi Wabarokatuh" jawab ketiga gadis bercadar itu.
"Boleh saya berbincang-bincang denganmu Dewi?" tanya Manuel
"Baiklah, kita berbincang disana saja, sambil menunjuk sebuah warung kopi, namun harus dengan kedua temanku ini"
"Baiklah" ucap Manuel
Dewi pun memesan 4 kopi, dan Dewi mengatur duduk nya, sungguh unik melihat mereka. Dewi dan Manuel duduk dengan 2 kursi yang berbeda sambil membalikan badan satu sama lain, dan kedua temannya, melihat mereka, namun tidak bisa mendengar pembicaraan mereka, Dewi meminta kedua temannya duduk agak jauh dari mereka namun tetap di warung tersebut dan tetap melihat Dewi dan Manuel.
"Katakanlah" ucap Dewi
"Bagaimana caraku menikahimu?" tanya Manuel
"Apa kau tau cara pelafadzan kalimat syahadat?" tanya Dewi
"Iya aku tau, itu adalah kalimat yang akan aku ucapkan ketika aku ingin menjadi mualaf"
"Apak kau ingin bersungguh-sungguh memeluk agama ini?, adakah paksaan ? Apakah kau mempercayai Allah itu Tuhan kita, dan tiada Tuhan selain Allah, Tuhan hanya satu yakni Allah SWT, dan apakah kamu mempercayai Muhammad itu utusan Allah"
"Aku mempercayainya"
"Sesungguhnya jika kau sudah mempercayainya, maka kau sudah masuk Islam, namun lebih baik lagi ketika kau bersyahadat nanti disaksikan banyak orang, setelah memeluk agama Islam kamu sudah boleh menikahiku"
"Pernikahan seperti apa yang kamu mau?" tanya Manuel
"Pernikahan resmi yang sah di mata agama dan dimata hukum"
"Mahar apa yang kau minta?"
"Surat Ar-rahman"
"Baik akan aku lakukan, bolehkah saat ini aku mendatangi orangtuamu karena besok malam aku harus ke Jakarta menjemput orangtuaku dan mengajaknya untuk menemuimu"
"Baiklah, aku akan berjalan lebih dulu," ucap Dewi yang langsung berdiri dan menghampiri temannya, di balik cadar Dewi sangat bahagia sangat senang berkali-kali dia mengucap Syukur. Setelah Dewi dan teman-temannya pergi. Manuel segera menyusul. Dan berjalan di belakang mereka lalu tibalah Manuel dirumah Dewi dan Dewipun langsung masuk kerumah.
Tidak lama Manuel mengetuk pintu, ia mengucapkan salam dan yang membuka kan pintu adalah ibu Dewi. Manuel dipersilahkan masuk, dan Ibu Dewi memanggil suaminya.
"Abi ini ada nak Manuel" kata sang istri
"Baik, istriku persilahkan Manuel masuk"
Tak lama ayah Dewi pun keluar, dan duduk di depan Manuel.
"Bagaimana nak?"
"Paman saya ingin mengucapkan kalimat syahadat." ucap Manuel yakin
"Itu artinya kau siap masuk agama Islam?"
"Ia paman, saya siap masuk agama Islam"
"Apa kau bersungguh-sungguh?"
"Iya paman, saya sungguh-sungguh"
"Sudah kau sampaikan keinginanmu ini kepada kedua orangtuamu?"
"Sudah paman, dan mereka memberikan lampu hijau, besok mereka akan terbang ke Indonesia paman"
"Baik, sebentar saya panggilkan beberapa orang dulu, umi istriku tolong kau panggilkan ustadz Hanafi beserta istrinya, undanglah mereka kemari"
"Baik abi" ibu Dewi pun segera pergi kerumah tetangganya yang berada di depan rumahnya itu, tak lama kemudian ibu Dewi dan Ust.Hanafi beserta Istrinya pun datang dan duduk diruang tamu.
"Assalamu'alaikum, kiai" menghampiri Ayah Dewi sembari memeluknya,
"Wa'alaikumussalam ustadz" berdiri dan memeluknya ustadz yang juga tetangga depan rumahnya.
"Bersediakah ustadz mengislamkan pemuda ini?" ucap ayah Dewi
"Ma shaa Allah, inikah pemuda itu" ucap ustadz tersenyum melihat Manuel.
Manuel pun berdiri dan mencium tangan sang ustadz dan berkata,
"Ia ustad, saya hendak ingin menjadi seorang mualaf''
"Apa kamu yakin?"
"Saya yakin pak ustad"
"Apa ada keterpaksaan kamu melakukannya?"
"Tidak ustad, saya berniat sungguh-sungguh ingin masuk Islam tanpa paksaan dan desakan dari siapapun"
"Ma shaa Allah, baiklah tanpa perlu berlama-lama, kamu bisa mengikuti perkataan saya"
"Baik ustad"
"Bismillahhirrahmanirrahim, Aku bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah, aku bersaksi Nabi Muhammad pesuruh Allah. 示A拧hadu 示al l膩 il膩ha illa l-L膩h. Wa 示a拧hadu 示anna mu岣mmadar ras奴lu l-L膩h" ucap Sang Ustadz di ikuti oleh Manuel, yang sudah lancar mengucapkannya, karena Manuel mempelajari kalimat ini beserta dengan arti dan maksutnya sudah 1 bulan lamanya.
Setelah Manuel mengucapkan 2 kalimat syahadat dengan lancar, seisi rumah Dewi, baik ayah Dewi, ibu Dewi, dan Ust.Hanafi, istri Ust.Hanafi, semua mengucap "Allahuakbar" Dewi didalam kamar ia mendengar itupun ia menangis, ia pun menyeru Allahuakbar, ia bersujud syukur kepada Allah, ia menangis di atas sajadah, sembari memeluk Al-Quran di tangannya yang di dekap di dada.
"Alhamdulillah" ucap semua orang, Ust. Hanafi pun berkata,
"Kini kau sudah beragama islam, Allah menyayangimu, di hapuskan dosa-dosamu seperti bayi baru lahir"
"Manuel pun mengucapkan terimakasih sembari mencium tangan ust. Hanafi, dan mencium tangan ayah Dewi.
Tidak lama kemudian, suara adzan magrib berkumandang.
"Mari nak, kita sholat magrib berjama'ah di masjid" ajak ayah Dewi
"Baik paman" Manuel berdiri
Tiba-tiba keluarlah Dewi membawakan sajadah yang terlipat, di atasnya ada sebuah sarung yang sudah terlipat dan sebuah songkok hitam, Dewi berjalan sembari menundukkan kepala, dan berhenti tepat di hadapan Manuel. Ia memberikan sajadah dan yang lainnya kepada Manuel, sembari berkata,
"Ambilah, ini hadiah untukmu" ucap Dewi sembari memberikan sajadah tersebut seperti layaknya seorang membawa bendera.
"Terimakasih" Manuel mengambilnya pelan-pelan. Agar tidak menyentuh tangan Dewi.
Kejadian romantis ini di saksikan oleh ayah dan ibu dewi, serta ust.Hanafi bersama sang istri.
"Itu bukan punya abi kan" gurau ayah Dewi
"Abii" ucap Dewi Malu
"Tidak, apa sih ini abi hobinya kok goda putrinya terus. Ini di beli Dewi, ibu yang mengantarnya" jelas sang ibu
"Terimakasih banyak bibik" ucap Manuel sambil mencium tangan ibu Dewi.
"Sama-sama nak, sholat lah gunakan untuk sembayang pertama mu, agar yang membelinya tidak kecewa" goda sang ibu
"Umii" Dewi yang malu pun segera masuk kedalam kembali ke kamarnya
Manuel yang melihat Dewi sedang malu itupun tertawa manis,. Akhirnya Manuel pergi ke masjid bersama ayah Dewi dan ust.Hanafi, sementara istri ust.Hanafi memilih sholat dirumah begitu juga ibu Dewi dan Dewi.
Malam pun berlalu dengan khidmat nya. Manuel memiliki nama Islam "Billal Hafizh Athaillah" yang berarti rahmat Allah yang bertanggung jawab. Dewi menangis dalam sholatnya ia mengucap syukur sembari berdoa.
Jika dia yang terbaik untukku dekatkanlah hati kami ya Allah.
Jika dia yang nantinya kau gariskan menjadi imam ku.
Bimbing dia ya Allah.
Jika dia yang kelak akan mendampingiku, maka ridhoilah hubungan kami ya Allah.
Ku mohon restumu ya Allah, sang pemilik kehidupan, sang maha cinta. Sang penguasa.
Ku berserah diri hanya kepadamu Ya Allah.
馃崄Dewi