Ku putuskan untuk kembali menatap ke depan, meski berat kaki ini untuk terus melangkah, namun tak ada pilihan untuk berhenti. Ku langkahkan kaki menyusuri lorong kecil menembus dinginnya embun di pagi hari. Tak ada tujuan hanya ada sebuah harapan. Berharap Tuhan memang ada dan membantu ku untuk tetap berdiri tegak memecah ombak, seperti kokohnya batu karang di dasar lautan. Saat tengah menunggu bus, ada segerombol perseman mendekat ke arah ku.
" Hai canti, mau kemana? sendirian saja? Abang temani ya." Aku sangat ketakutan.
" Jangan ganggu saya."
" Kami tak ingin menggangu mu, tapi kecantikan mu itu menarik kami bak magnet yang menarik besi, jangan terlalu kaku. Mari ikut kami."
" Lepaskan." Dia menari ku, aku mencoba melepaskannya. Namun cengkeramannya begitu kuat. Hingga aku meringis kesakitan.
" Lepaskan dia!" Terdengar suara seorang pria dari arah belakang, turun dari motornya dan segera menghampiri kami. Dia melepas helem hitamnya dan melemparkan ke seorang pereman.
" Wah...ada pahlawan kesiangan."
" Ini masih pagi bodoh."
Segera pria itu memukuli para pereman yang menggoda ku itu. Dia sangat hebat dalam bela diri, semua pereman itu terlempar satu persatu dari bahu jalan, dan lari kocar-kacir. Aku seperti sedang menonton aksi Dwayni Jhonson.
" Pertunjukan selesai." Tiba-tiba suara itu mecah lamunanku.
" Terimakasih sudah menolong ku."
" Apa kau tidak bisa menolong dirimu sendiri?"
"Apa?"
" Apa kau juga tuli?"
" Tidak, aku bisa mendengar semua yang kamu katakan."
" Baguslah kalau begitu, dengar jika kau tidak bisa berenang, maka tak usah masuk ke lautan."
" Maaf aku tak mengerti apa yang kamu katakan."
" Kau benar-benar bodoh."
" Mengapa sedari tadi kamu mengejek ku, jika kamu tidak ingin menolong, maka tak usah tolong aku, jika kamu ingin imbalan, katakan berapa yang harus aku bayar?" Aku geram mendengar ejekannya itu.
" Berhati-hatilah, aku bukan suami mu yang selalu di samping mu."
Pria itu pergi begitu saja, dia benar-benar pria yang aneh.
Siapakah pria misterius itu?
tunggu kelanjutannya ya
Bersambung....