(Pertemuan ke-2)
Selalu ada yang mengejutkan dari kehidupan, hal-hal tak terduga yang menuntut sebuah jawaban. Biasanya kita akan tergagap terlebih dahulu, bingung tak tentu selama beberapa waktu. Lalu mencoba bergegas kembali berbekal pelajaran, sebab normalitas baru menuntut sebuah penyesuaian.
Aku kembali kepada kehidupan ku. Belajar berjalan meniti masa depan.
Melirik kembali lapangan pekerjaan, agar bisa menyambung kehidupan.
Beberapa peluang sudah ku coba, namun semua nampak gagal. Tak terhitung berapa banyak lamaran pekerjaan yang sudah ku sebar dan taada jawaban. Aku mencoba mengganti strategi. Ku datangi setiap sekolah di Karawang untuk mencari lowongan pekerjaan. Banyak lowongan yang tersedia, aku tak ingin melepaskan kesempatan ini. Aku mengambil tes seleksi di SMK XX, dengan hanya berbekal nyali ku beranikan diri menjajah di kota orang. Tak tahu arah tak tahu jalan, ku putuskan mencari ojol untuk mengantarkan ku. Sesampainya di tempat, aku masuk ke dalam ruangan. Ku lihat wajah-wajah baru penuh harapan, mereka terlihat sangat antusias mengikuti seleksi ini.
Meski aku tak begitu percaya pada Tuhan, aku tetap berdoa agar taada penghalang menuju kesuksesan.
Saat pembagian soal. Deg aku kaku.
" Teh anda harus membayar 60 ribu untuk ikut tes seleksi." Bodoh, aku taada uang. Aku mencoba mencari solusi segera.
Aku melirik teman di sebelahku. Teman? Aku bahkan baru melihatnya.
" Teh, aku taada uang. Boleh aku meminjam uang kepada mu, aku berjanji akan mengembalikannya." Aku sangat berharap, aku berbicara pada malaikat saat ini.
" Boleh."
Demi tuhan bagaimana wanita ini begitu percaya pada orang yang baru dia kenal. Aku sedikit tak percaya itu, meski hanya sebesar 60 ribu tetapi itu tetap uang kan.
Dia segera membayar untuk mendapatkan soal. Aku masih bersyukur masih ada stok manusia baik di dunia ini.
" Teh, terima kasih ya, aku boleh minta nomor telefon mu agar bisa membayar hutang ku dengan mudah?"
" Baiklah ini 085xxxxxxxxx, kamu tidak perlu mengembalikannya, aku ikhlas, kita kan sama-sama pencari pekerjaan, jika aku membantu mu siapa tahu aku akan dibantu saat aku membutuhkan bantuan nanti." Sambil tersenyum
Ya Tuhan dia manusia apa malaikat?
Semua berjalan lancar, kecuali masalah pembuka tadi. Aku bisa mengerjakan soal dengan mudah. Soal yang diberikan hanya matematika dasar, aku bahkan pernah mendapat nilai sempurna dalam ujian. Aku sangat yakin akan lolos ke tahap berikutnya.
Saat keluar ruangan, aku sangat berterimakasih pada wanita baik itu. Ternyata namanya Lusi. Lusi? Susi? nama yang hampir mirip. Jangan-jangan Lusi jelmaan mba Susi di Karawang. Hahaha
Saat sedang kembali memesan ojol, ada laki-laki bermotor mengambil hp ku. Ah sial aku kecopetan.
" Copet copet, tolong." Ku berteriak sekencang mungkin, berharap ada orang yang mencoba membantu ku.
Terlihat seorang pria mengejar pencopet itu dengan motornya. Aku berharap dia berhasil mengambil hp itu, hp itu sangat berharga bagi ku, karena ku cantumkan nomer telefon di dalamnya untuk mendaftarkan pekerjaan. Sia-sia saja nanti jika hp itu tidak kembali.
Tuhan apa kau sedang menguji kesabaran ku lagi? Aku sudah muak dengan semuanya. Jika hp ku tidak kembali, maka aku bersumpah taakan menganggap-MU lagi.
Aku terduduk lemas di depan pertokoan. Bagaimana aku bisa pulang?
Ah sial, kenapa aku tidak melihat copet itu saat datang tadi?
" Hay nona, ini hp mu." Dengan wajah tanpa ekspresi.
" Haa terimakasih tuan, telah mengembalikan hp saya."
" Kenapa kau harus berteriak sekencang itu untuk benda kuno seperti ini." Sambil menunjuk ke arah hp yang sedang ku pegang.
" Hey tuan hp ini sangat berharga bagi saya." Ku katakan dengan nada yang tinggi. Dia sangat tidak sopan.
" Barang berharga, cih sampah seperti itu kau bilang berharga." Dia tertawa miring.
" Tunggu, sepertinya saya pernah melihat anda."
" Benar, aku adalah pahlawan bagi mu." masih dengan wajah tanpa ekspresi
" Saya pernah melihat anda sebelumnya. Tapi dimana?"
" Aku pria yang menghajar pereman yang menggoda mu dulu di Solo."
" Ah benar, kau ternyata pria menyebalkan itu yah dan sekarang aku baru tahu kalau kau juga pria yang sangat sombong rupanya."
" Begitu cara mu berterimakasih?"
" Tunggu, Solo-Karawang. Kau mengikuti ku?" Dengan nada mengintrogasi.
" Nona, apa aku taada kerjaan hingga harus mengikuti mu?"
" Mana aku tahu, mungkin kau seorang pengangguran."
" Pria tampan seperti ku seorang pengangguran?" Dia tertawa dengan sangat nyaring, hingga membuat gendang telinga ku serasa akan pecah.
" Tuhan yang mempertemukan kita nona." Dia tersenyum menggoda dengan satu alis yang terangkat.
Kenapa dia terlihat sangat tampan?
Ah bicara apa aku ini, apa aku sudah gila.
" Aku tak percaya pada Tuhan."
" Lalu nona percaya pada siapa?" Dia kembali menggunakan mimik wajah tanpa expresi.
" Aku hanya percaya pada diriku sendiri."
" Nona seorang muslim bukan?"
" Iya."
" Lalu kenapa nona tidak percaya pada Tuhan? padahal jelas-jelas nona seorang muslim."
" Kenapa aku harus percaya kepada Tuhan? Dia tidak pernah ada untuk membantu ku, disaat aku dalam masalah justru dia menambahnya semakin rumit. Apa ada tuhan seperti itu?"
" Nona kau sudah menjadi seorang murtad, bersyahadatlah."
" Tak perlu berceramah pada ku. Apa kau seorang ustad?"
" Aku seorang muslim, amat jauh jika dibilang seorang ustad. Aku hanya tau setiap kesulitan pasti ada kemudahan, karena sesungguhnya di dalam setiap kesempitan yang dialami seseorang, pasti ada kesempatan yang lapang, dan selalu ada jalan keluar dalam setiap kesulitan dan permasalahan yang ada (QS Ash-Sharh 94-6: Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan). "
" Pandai sekali kau bicara, karena anda tidak tahu bukan apa yang telah menimpa ku. Aku sudah berdoa berulang kali, tapi apa, tuhan tidak pernah mengabulkannya, jangankan terkabul dilirik saja mungkin tidak." Aku sangat kesal padanya, kenapa dia berceramah seolah dia manusia yang paling benar saja di dunia.
" Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan. Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih untuk nona, bukan menurut apa yang nona pilih sendiri, dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang nona ingini." ( Kitab Al Hikam - Karya Syekh Ibnu Aththoillah ra.) Jika nona kembali ke jalan Tuhan dan percayakan semua pada-NYA, aku yakin semua akan indah pada waktunya, saya akan menjadi jaminannya, jika nona tetap berada dalam kesulitan tanpa pernah sedikit pun merasa bahagia, maka kau bisa memotong lidahku."
" Sungguh, aku akan siapkan pisau tajam untuk memotong lidah mu itu."
" Sebenarnya dengan fisik nona yang sempurna itu sudah termasuk anugrah dari Tuhan, dengan nona yang bisa melihat, wajah yang cantik, masih bernafas, itu sesuatu yang amat mahal yang harus nona syukuri."
" Diam kau, aku akan mencoba percaya pada Tuhan lagi, tapi ingat, aku akan memotong lidah mu jika aku tidak menemukan titik terang dalam hidupku. Bagaiman aku akan menemukan mu?"
" Aku tidak akan menghindar jika suatu hari nanti bertemu dengan nona, biar Tuhan yang mempertemukan kita. Sampai jumpa nona."
Dia kembali menaiki motornya dan bersiap menancap gas.
" Bersyahadatlah lah nona, kau telah murtad." Suaranya setengah berteriak sambil menancap gas motornya.
Aku melihat punggung nya semakin menjauh, dan semakin tak terlihat.
" Dasar pria bodoh."
Greget ngga si sama pria misterius😄
Kadang kaya ustad kadang jadi pria penggoda yang menyebalkan😄
Akankan lidah pria itu terpotong?
Tunggu kelanjutannya.💕
Bersambung...