Chereads / Cinta Wanita Lugu / Chapter 19 - EPISODE 18

Chapter 19 - EPISODE 18

EPISODE 18

"Ketertarikan itu akan datang seiring berjalannya waktu, lagi pula kamu sangat akrab sama Nadya dulu" tegas ayahnya sekali lagi tidak mau kalah.

"Pa, tidak perlu mengingat masa lalu. Ingatan itu tak ada dimemori kepala Revan. Sekarang keadaan berbeda. Papa tidak bisa menyamakan nya" Revan kembali melawan setiap kata-kata yang keluar dari mulut ayahnya.

"Tidak perlu bawa-bawa keadaan. Kalau kamu tidak melakukannya, kamu tahu apa yang terjadi" pungkasnya. Kali ini benar-benar ancaman terakhir dari laki-laki paruh baya itu.

"Baiklah. Besok Revan menikah. Revan permisi dulu"

Tanpa menghiraukan kedua orang tua yang sangat ia sayangi, ia berlalu ke pintu utama rumah. Menghidupkan mesin mobil lalu mengendarainya. Selama diperjalanan tak henti-hentinya melirik arloji tersemat dipergelangan tangan kiri.

Sementara disana…

"Revan lama banget, ada urusan apa sama om Wahyu"

Ia melihat seorang laki-laki sedang kebingungan, reflek ia melambai-lambaikan tangan kepadanya, sebuah kode pemberitahuan bahwa ia berada disini. Pria itu mendekat dengan tatapan sendu dan kecewa.

"Kenapa, Van? Urusanmu udah selesai? 30 menit loh aku nunggu disini dari waktu yang kamu bilang kemarin" ia bertanya sekaligus mengekspresikan kekesalan bercanda, tetapi Revan menatapnya.

"Maafin aku, Re. Maafin. Tapi aku janji kalau aku akan secepatnya menyelesaikan masalah ini"

"Coba jelaskan terlebih dahulu. Sumpah aku gak paham yang kamu omongin" tatapan nya menunjukkan keheranan, kenapa tiba-tiba bicara nya seperti ini.

"Kamu janji kita tetap sahabatan setelah aku menceritakan semua nya" Revan meyakinkan wanita cantik ini.

"Aku janji" Rea tersenyum cantik dengan mengangkat kelingking kanan nya sebagai symbol perjanjian.

"Aku akan menikah besok, papa ngasih tahu sebelum aku kesini. Kumohon jangan berhenti kita sahabatan ya"

"okey. Terus?" Rea menganggap ini sebuah candaan, tidak mungkin zaman Siti Nurbaya terulang pada abad ini, apalagi Revan seorang pria.

"REA. Aku sedang tidak bercanda!"

"Kamu percaya kan kalo aku hanya menyukaimu, pernikahan ini hanya status. Bukan berarti aku akan melakukan yang sebenarnya, secepatnya akan ku ceraikan dia"

Setetes air mengalir kepipi merona milik wanita cantik dihadapannya, secepat kilat Rea menyeka itu dari pipi. ia bersikap seolah tidak apa-apa, memaksakan senyum terkembang.

"Papa kamu tahu kok yang terbaik buat anaknya. Sebaiknya kamu turuti kehendaknya, Van. Kamu gak mau kan papa kenapa-napa. Hm?" Rea berusaha menasehati sahabat sekaligus laki-laki yang disukai. Tetapi ia juga senang mendengar pengakuan Revan tanpa sadar.

Ketekadtan itu tumbuh membesar didadanya, yakin sekali masalah ini bisa ia selesaikan dalam waktu singkat. Senyuman wanita cantik bernama Rea akan terus diingatnya, akan menjadi kekuatannya, jika ia larut dalam pernikahan maka ia akan ingat janji yang terucap sebelumnya.

***

Adat yang digunakan oleh keluarga Wahyu Kusumanegara pada pernikahan anaknya merupakan adat melayu. Tidak mengurangi ketampanan nya, kopiah yang menempel dikepala mampu memperlihatkan paras sang tuannya. Warna silver akan sangat bercahaya jika yang mengenakannya seorang bernama Revan.

Biasanya khas melayu terdapat sarung melilit, mengelilingi pinggang hingga selutut pengantin. Selain itu, beberapa adat di Sumatera juga serupa, dalam hal pakaian pengantin pria. Pada adat ini, masyarakat mempercayai jika pelaksanaan pengucapan ikrar pernikahan dirumah pihak perempuan. Karena keadaan yang berbeda, terpaksa ikrar ini dilaksanakan dirumah pihak laki-laki.

Revan terlebih dahulu tiba dilantai bawah, duduk menghadapi seorang penghulu. Mengapa bukan ayahnya atau saudara laki-laki dari mempelai perempuan yang menikahkan? Itu akan terjadi jika yang bersangkutan masih bernapas didunia ini. Ia hidup dan dibesarkan seorang laki-laki yang dipanggil paman, tidak lain teman dari almarhum ayah kandungnya, sekaligus teman ayah Revan, pak Wahyu.

Revan berjabat tangan dengan penghulu dan mengucapkan ikrar pernikahan, bisa dikatakan lancar. Kemauan berbeda dengan perlakuan, sangat berharap dan sangat ingin jika wanita itu bernama Rea Alexa Ningrum.

Tampak berkaca mata seorang ayah melihat anaknya menikah dan memenuhi janji nya terdahulu pada Arya, yang tak lain ayah dari Nadya, sekarang berstatus sebagai menantunya.

Seakan semesta merestui mereka untuk pernikahan ini, matahari bersinar tidak terlalu menyengat jika terkena kulit, awan putih cerah menghiasi langit bagai perhiasan, udara terasa sejuk terhirup oleh indera setiap makhluk. Nadya menuruni tangga menggunakan baju senada dengan Revan, dan digandeng oleh ibunya yang tersenyum menahan haru.

Revan yang terus menggerutuki dirinya, tidak bisa berbuat apa-apa karena sebuah ancaman kecil dari ayahnya. Ia merasa malu sebagai laki-laki tidak bisa tegas dan mempertahankan keputusannya yang menurut nya benar.

Matanya teralihkan sebentar melihat Nadya turun karena saat itu Nadya terlihat bercahaya jika dipandang. 'cantik… tidak. Tidak. Ini hanya pernikahan sebagai status saja. Rea telah menungguku'.

Kilas balik selesai…

***

Sejak tiba dikantor, tak henti-hentinya Revan mengulum senyum, bahkan tidak sadar akan waktu, tempat dan kondisi. Adit yang melihatnya sedari tadi ingin menegur. Namun, ia pikir tak perlu, mungkin akan hilang sendiri nanti. Ternyata dugaan itu salah, tetap saja bos sekaligus temannya tersenyum bahagia. Ada sesuatu yang terjadi pikirnya.

"Kamu senyum-senyum dari pagi loh, Van. Gak takut dibilang aneh sama karyawan disini? Nanti dibilang 'anak bos udah hilang kewarasan' " Adit menatap aneh orang dihadapannya.

"Seorang pria tanpa pasangan tidak akan paham" ia mengejek dengan kata halus tapi menusuk orang yang mendengarnya.

"Apa maksudmu, Van? Kamu meremehkan ketampanan ku? Ingat gak di Jogja, Nadya hampir terpikat padaku" panas Adit setelah tersinggung di bilang pria tanpa pasangan.

"Jangan salahkan aku jika buku tinju ku ini tiba-tiba mengenai hidungmu" mendengar nama Nadya membuatnya sedikit tersulut emosi.

"Santai, Van. Gitu aja emosi, tenang dia Cuma cinta mati denganmu" kembangan senyum kembali muncul di wajah Revan.

"Hari ini aku pulang lebih cepat. Tolong kasih alasan jika papa menanyakan, dua minggu yang akan datang aku tidak perlu alasan jika melakukan sesuatu seperti ini" bangganya.

"Baiklah pangeran" Adit segera membenahi berkas yang ada dimeja kerja Revan, kemudian melenggang keluar ruangan. Tetapi sesaat tepat di batas antara ruang luar dan ruang kerja Revan langkahnya berhenti lalu membalikan tubuhnya "Eitss.. sebelum masa magangmu selesai, ada persentase hasil penjualan. Semoga saja rencana mu berjalan semestinya, Van"

Lawan bicaranya hanya mengisyaratkan dengan jempol tangan yang biasa diartikan 'baiklah atau siap' dari balik meja kerjanya.

Hari ini benar-benar membuat Revan gelisah, tak tenang. Jika boleh, ia akan menghambur kerumah memeluk erat istrinya. Benar yang dikatakan orang, cinta memang membunuh.

"Sungguh aku tidak tahan" ucapnya, menyambar kunci mobil dan ponsel yang tergeletak di atas meja.

Langkah lebar itu sudah hampir tiba di pintu lift. Sesaat akan melangkah, sepasang matanya menangkap kebersamaan ayahnya dan Adit untuk kedua kalinya. Tidak seperti kemarin yang sedikit ada candaan. Seratus persen berbeda.

Beruntungnya ia dapat mendengar obrolan keduanya, sungguh teledor ayah dan Adit berbincang tanpa memperhatikan sekitar.

"Om. Hari ini Revan senyum-senyum sendiri. Mungkin dia betulan jatuh hati pada Nadya"

"Tidak sia-sia Om mempercayaimu. Tidak sia-sia pula nguntit mu selama ini. Terima kasih telah mengawasi mereka berdua" Wahyu menepuk-nepuk bahu Adit bangga.

"Untung saya kuliah jurusan politik. Kalo tidak, bisa jadi agen mata-mata beneran saya, om" pungkasnya.

Baru saja mereka akan berdiri, berniat ketempat biasa mereka bekerja, Revan lebih dulu masuk ruangan dan berdiri dengan amara sekaligus angkuh. Tidak terima apa yang telah direncanakan ayahnya selama ini. Licik sekali caranya demi mewujudkan kemauannya sendiri. Dia jadi salah mempergunakan status orang tua bahkan ayah.

Setiap anak pasti membangga-banggakan ayah nya yang merupakan jagoan yang memiiki kekuatan super. Sekarang ia sangat kecewa. Bukan karena pernikahan, melainkan cara yang digunakan. Rela menyuruh bahkan membayar Adit demi kedekatannya dengan Nadya.

"Papa sangat hebat memberi kejutan. Apalagi kejutan buat Revan. Syukurlah semuanya berhasil, pa. Seharusnya papa senang, bukan terkejut begitu" terangnya menahan amarah yang bergejolak.