Non lala, tuan adit! Maaf kami telat kalian baik-baik aja kan di rumah?" ucap bi ijjah saat kami sudah menemui nya di pintu.
"Telat? Malah cepet amat!" gerutu adit dalam bisik nya
"Gak apa kok bi ijjah, silahkan masuk!" titah ku menyungging kan senyum ku
Pak kosim dan bi ijjah segera berberes sementara menunjukan ruangan yang akan di beres kan pada bi ijjah aku melirik adit yang tengah mengikuti langkah pak kosim hendak membersih kan taman dengan alat pemotong rumput di tangan nya
"Sini bi ijjah, bibi beres kan kamar ku dulu ya?" ujar ku menunjuk kan ruangan kamar ku. Dari balkon terdengar samar-samar adit berbincang dengan pak kosim.
"Di sana pak kita potong rumput nya dari ujung sana dulu!" titah adit jelas kali adit ingin menyembunyikan tudung besar itu pada kosim.
"Anak itu, pasti punya rencana konyol lagi!" desis ku
Senin pagi kami berdua di antar oleh papa dan mama ke sekolah baru walau sekolah ini baru bagiku tapi tidak dengan lingkungan nya, dari kecil aku di besar kan di kota ini dan dua tahun yang lalu mama memilih pindah, dan itu adalah keputusan terbaik bagiku karna kota ini hanya menyimpan luka, aku tak begitu menyukai kota ini dulu semenjak di bangku SMP aku selalu jadi bulan-bulanan siswa hari-hari ku hanya berlalu dengan buliying. Aku serasa bebas saat mama dan papa pindah, walau akhir nya keputusan buruk ini harus ku terima lagi untuk balik kesini.
"Ciiiiiiit"
Bunyi pedal rem dan roda mobil papa berhenti tepat di depan gerbang SMA negri bersebelahan dengan SMP tempat aku pernah sekolah dulu. Aku melirik sembari mengambil nafas.
"Trak!" bunyi pintu mobil terbuka
Adit tampak bersemengat kali bergegas ia turun kembali aku mengambil nafas dalam.
"Lala ayok cepat turun?" ucap papa, mereka bertiga menunggu aku turun dengan males banget membuka pintu mobil.
"Ayok donk nak?? Apa kamu gak kangen sama sekolah ini" gegas mama merangkul pundak ku dan beranjak ke gerbang
"Sama sekali aku tidak kangen!" batinku
Mama dan papa menyelesaikan tugas nya mengantar kan kami sebagai murid pindahan mereka bicara pada kepala sekolah di kantor nya aku menunggu mereka di taman dengan kanvas lukis ku sementara adit sudah mulai belajar di kelas.
"Lala bukan??" suara seseorang memecah kan fokus ku pada kanvas dan lukisan ku aku melirik nya.
"Aldi?" desis ku
"Kamu masih ingat aku?" tanya nya aku melirik ke lain arah seperti tak habis pikir
"Tentu saja aku ingat!" singkat ku, bagaimana aku melupakan orang selalu jadi sebab aku di bully
"Aku senang lihat kamu di sini, kamu sekolah disini?" aldi melirik seragam ku
"Iya, itu papa dan mama lagi di kantor!" ucap ku
"Kamu masih sama?" desis nya
"Ada apa?" aku mengangkat leher ku sedikit memandang nya
"Masih tetap dingin pada ku!" desis nya sembari menghenyak kan pantat nya ke kursi taman di samping ku reflek bola mata ku mengikuti gerak nya. Namun mata ku menangkap ke lain arah di kursi taman yang lain aletta dan kedua ajudan konyol nya menatap sinis pada ku, ternyata bukan aldi saja semua masalah di masa lalu ku juga ada disini
"Kenapa aku harus hangat pada mu!" desis ku membuang pandangan ku dari mereka. Aku sengaja selalu berusaha menghindari aldi dari dulu karna aku tak mau terlibat masalah dengan aletta. Dari pintu kantor tampak papa melambai bergegas ku menemui papa dan tak peduli lagi pada aldi dan tiga gadis itu.
Suasana belajar berlangsung dengan baik bunyi lonceng pulang pun bergema, kembali aku bergegas ke taman yang pagi tadi aku datangi aku kehilangan pensil ku.
"Duuuh, mana sih" bisik ku sembari jongkok mencari pensil itu di kaki kursi seraya menyibak-nyibak rumput hijau
"Gak ada!" bisik ku di antara kegaduhan ku mencari pensil lukis ku aku mendengar hentak kaki mendekati ku mereka berhenti tepat di depan ku yang sedang jongkok di bawah.
"Heh" desis nya aku tau itu pasti aletta dan kawan-kawan nya aku melirik sepatu-sepatu mereka yang tengah berdiri di hadapan ku sekilas dan kembali fokus mencari pensil ku
.
"Ini kan yang lo cari!" terdengar suara aleta meninggi aku mengangkat leher ku dan sontak berdiri menggapai pensil itu.
" bawa sini!" ujar ku namun gadis itu menghindari pensil itu dari ku iya sedikit mundur
" ini ucap nya mengulur kan pensil nya aku melangkah mengikuti nya namun bukan aleta nama nya kalo tidak picik dua gadis yang lain nya menyilang kaki sehingga aku tersungkur di rumput hijau itu.
"HAHAHAHAHA"
tawa mereka terdengar menggema badan ku seketika gemetar jemari ku menggepal kuat Tak cukup sampai disitu masing-masing gadis itu membawa jus didalam tawa nya mereka menyiram ku dengan jus dari botol-botol yang mereka pegang sekejap aku basah dan kotor, dengan sekuat tenaga aku berdiri dan coba melawan mendorong aleta namun aku kalah banding alhasil aku jadi bulan-bulan mereka bertiga berkali-kali aku berusaha namun aku kalah. Beberapa kali aku terima tamparan dari gadis itu dan Dengan sigap aleta menghenyak kan ku di kursi taman sembari dua yang lain nya mencengkram lengan ku.
"Jangan pernah sok jagoan !" ucap nya nya dengan sorotan tajam aku melirik nya. nafas ku tersengal.
"Kenapa? Kenapa lo selalu mengusik hidup gue hah?" tanya ku sembari beronta melepas kan cengkraman itu
"Jawaban nya masih sama?" desis nya aku melirik nya dan coba mengingat dua tahun yang lalu, dulu kami tak seperti ini aku temen nya, dengan sikap angkuh dan egois yang di miliki nya, aku tak terlalu akrab dengan nya, sedangkan aldy adalah temen lelaki ku suatu hari aldi cerita pada ku bahwa dia menyukai aletta, entah kenapa aku tak bisa biarkan aldi menyukai gadis seperti aleta karna bagi ku aldi cowo yang baik aletta dengan segala sifat angkuh nya aku tidak setuju. Namun aku tak menyangka aldi mendengar kan perkata'an ku sama sekali aku tidak niat menghasut hanya saja aku kasian pada aldi. Namun ternyata aletta juga menyukai aldi dan mengungkap kan rasa nya duluan namun aldi menolak nya dia tidak bisa terima di tolak oleh aldi dan entah bagaimana dia bisa tau kalau aku yang bicara pada aldi, dia tak berhenti membuli ku hingga detik ini.
"Masih ingat?" bisik nya aku mendegup.
"Elo tau rasa nya di tolak itu gimana kan?? Lo merampas cinta gue dan miris nya lagi saat lo pergi pun, lo masih mengusik aldi dari gue!" kembali aletta menghempas kan bahu ku kesandran kursi
"Maksud lo??" desis ku
"Ya, karna dia tak henti-henti nya menyebut lo, dan merindukan lo, apa yang lo lakuin hah bahkan lo juga ingin mengambil alih hati nya dengan pertemanan lo itu kan" aku mendegup dan berucap.
"Lo hanya terlalu terobsesi dan bertindak bodoh, kapan sifat angkuh mu ini akan berakhir!" ucap ku sedikit terkekeh karna aku kasian pada nya.
"Dia mencintai lo! Dan gua sakit di tolak berkali-kali dari aldi dan alasan tetap sama yaitu elo ! Bahkan saat lo tak ada disini!" dia menghempas kan krah seragam ku kekursi dengan gusar lagi aku hanya bisa menatap muka nya nanar. Aku jadi tak yakin dengan ucapan nya
"Trus? Apa yang lo-mau!" ucap ku terbata
"Andai saja gua bisa melenyap kan lo" dengan gusar gadis itu mendorong dada ku dan melepas kan krah baju yang di cengkram nya dari tadi. Mereka beranjak sembari melempar kan botol-botol jus
"Gadis-gadis itu sialan sekali bisik ku" beranjak dengan gontai ke toilet aku membersih kan seragam dan rambut ku berkali-kali kembali aku mengambil nafas dalam sembari menatap cerminan ku di depan kaca kamar mandi sekolah.
"Aku tak menyangka dendam aletta sampai segini nya?" kembali aku cuci muka dan teringat kata-kata nya bahwa ia berkali-kali ia di tolak oleh aldi itu disebab kan oleh ku.
"Apa yang terjadi?" bisik ku aku beranjak keluar.
"bahkan dia berniat menghabisi ku? emang nya siapa dia? aku tidak takut" gerutu ku sendiri
TrAK
Bunyi pintu toilet wanita tertutup aku melangkah menuju gerbang selang satu menit aku berpapasan dengan aldi
"Lala!" ujar nya seperti nya heran melihat ku basah-basah begitu aku menggengam ransel ku di dada dan menunduk.
"Kamu kenapa kok bisa basah-bash begini sih?" tanya nya, aku mengangkat leher ku dan coba menatap nya.
"Dan ini seragam mu ko kotor" dia mengibas bahu ku yang terkena noda jus aku menangkis tangan nya.
"Aku gak apa!" hardik ku melangkah lebih cepat
"Lala ada apa?"
"Jangan deketi aku lagi!" teriak ku sembari tetap menjauh. Aku meninggal kan pria itu dengan tanda tanya di benak nya.
Di gerbang aku melihat mobil papa sedang parkir namun aku tak melihat keluarga ku dimana.
"Bagaimana sekolah baru nya?"
"Seru kok pa, temen-temen adit semua pada baik!"
terdengar suara papa berbincang dengan adit di gerbang SMP namun aku tak menghirau kan papa dan adit aku beranjak ke mobil sembari tetap mengepal ransel di dada ku, tak lama adit dan papa menyusul.
"Lala kamu kenapa?" tanya papa melihat penampilan ku.
"Tadi lala gak sengaja ketumpahan jus!" singkat ku.
"Kok rambut mu juga basah?" papa mengerut kan kening nya.
"Gak da pa, cuman panas doank! gerah " singkat lagi.
"O, begitu kah"
"Ayo pulang pa, lala dah capek!" ujar ku beranjak ke pintu mobil
"Oke baik lah!"
bersambung