Suasana di minggu pagi mendung, dengan langkah gontai aku kekamar mandi
"Menyebal kan, bahkan sekarang aku tidak bisa tidur dengan tenang" bisik ku sembari membasahi muka ku di depan cermin, sejenak ku pandangi wajah dan mengambil nafas, sembari menatap bayangan ku "memang ada yang berbeda aku sering nglamin hal aneh, sebelum pindah kerumah ini semua nya baik-baik saja aku jadi di lema apakah aku harus percaya omongan adit atau gimana" bisik ku
"Oh, tuhaaan" gerutu ku kembali menyemprot kan air ke muka sembari menunduk namun batin ku bergidik hebat karna bisa kurasakan bayangan ku di cermin tak mengikuti gerak ku sontak saja aku mengangkat leher dan benar saja tatapan mata tajam dari bayangan ku sendiri menatap datar ke mata ku aku mundur terhempas ke sisi dinding kamar mandi namun cerminan ku tetap diam menatap ku tajam aku coba mengatur nafas seisi badan ku gemetar
"Si-siapa ka-mu" ujar ku terbata lagi gemetar cerminan itu beranjak pergi keluar kamar mandi aku makin histeris
" ini gak mungkin" desis ku histeris melihat bayangan ku di cermin tak ada lagi di dalam cermin perlahan aku melemah sembari bergidik takut aku bersimpuh histeris meringis
"Gak mungkin, gak mungkin bayangan ku bisa pergi dari ku" desis ku.
"
TRAKT...
Bunyi pintu kamar mandi terbuka sontak aku terperanjak
ARrrrrrrGHk..
Teriak ku menutup kedua telinga ku selagi bersimpuh.
"Lala? Kamu kenapa?" tanya mama reflek aku menoleh ke mama
"Ma, itu lihat di cermin bayangan lala tadi pergi meninggal kan cermin itu berjalan keluar kamar mandi ini" ucap ku dengan nafas tak beraturan sembari berdiri namun pemandangan lain ku lihat.
Bayangan ku kembali mengikuti gerak ku berdiri di samping mama aku mendegup, mama reflek mengerut kan dahi nya dan memandangi ku heran
"Kamu gak apa-apa kan nak??" desis mama mengusap kepala ku
"Tapi beneran tadi ma, lala gak mungkin salah!" ujar ku
"Sudah lah, mari kita turun mama bingung sama kalian berdua seperti nya kita harus bicara kan ke papa masalah rumah ini!" jelas mama menyeret ku keluar aku tampak nurut membuntuti mama turun kebawah.
Dengan lemes aku menghenyak kan badan ku di sofa di ruang keluarga, adit memandangi ku datar aku melirik nya dia membalas tatapan ku dengan senyun ambar
"Uuuufth" reflek aku buang nafas semua tanpak tegang menunggu papa aku menoleh ke mama.
Mama tanpak mondar mandir sembari berbisik
"Papa harus kasih tau ke kita, dari awal aku sudah bilang mana ada rumah besar nan mewah? di jual murah!" gerutu mama tak butuh waktu lama papa turun, Melihat kami berkumpul di sofa reflek bertanya dengan lantang dari anak tangga.
"Apa hari ini hari spesial??" ujar papa sembari tetap melangkah kan kaki nya ke bawah.
"Pa, papa ngerasa gak sih kalo rumah ini emang beda??" ucap mama menyambut papa di dasar tangga
Aku dan adit hanya manggut-manggut
"Beda? Gak kok!" sahut papa melirik kami berdua
"Tapi pa, mereka" tunjuk mama ke arah kami
"Iya pa, adit kan dah sering bilang!" ucap adit papa melirik ku seakan ingin bertanya apa yang terjadi pada ku dengan gemetar aku menggerak bibir ku.
"Tadi lala, melihat bayangan lala di cermin tak mengikuti gerak lala!" tutur ku sembari bergidik takut kembali aku mengatur nafas
Papa memandangi ku simpati dengan mendekati ku ia mengusap kepala ku.
"Kamu mungkin kurang sehat sayang" desis papa
"Tapi pa, lala gak mungkin salah!" tegas ku merengek
"Semua mahkluk aneh yang adit lihat, setiap malam menuju ke taman tepat nya ke tudung besar itu," jelas adit kami bertiga reflek menoleh ke arah nya
"Makhluk-mahkluk aneh?" ucap mama
"Iya ma, "
"Seperti apa?" gumam ku
"Banyak!" singkat adit lalu memilih diam sejenak
"Sebanyak apa adit?' hardik mama.
" bermacam adit melihat ribuan prjurit perang dengan atribut senjata nya yang lengkap berarak menuju tudung itu, seorang ksatria dengan kuda nya yang gagah, wanita sepeerti bidadari dengan sayap putih nya nan indah dan segorombolan peri-peri kecil terbang melukis cahaya di langit malam berkumpul mengelilingi tudung itu bahkan manusia biasa seperti kita ada mendekati tudung itu dan ketika adit mengikuti nya sampai di situ dia menghilang" jelas nya aku mengambil nafas dalam
Mama dan papa melirik satu sama lain
He he he heh
Papa terkekeh semua heran mendengar tawa papa
"Papa serasa dengar dongeng fantasi adit" ujar papa menyembunyikan tawa nya di kepalan tangan
"Adit tau, papa pasti gak akan percaya!" ketus adit aku melirik adit kali ini aku tak bisa abaikan lagi perkata'an nya
"Mungkin saja pa, apa papa juga gak percaya pada lala?" ujar ku, papa berhenti dengan cengingisan nya
"Sayang, kita melalui hal yang sibuk akhir-akhir ini
Perjalanan yang panjang, persiapan sekolah mu dan mengurus rumah ini, papa tau ini sangat melelah kan, kamu mungkin kecapean sayang, semua nya akan kembali membaik!" ujar papa mama mengambil nafas dan ikut menghenyak kan badan di sofa di samping ku
"Semoga saja begitu?" desis mama mengusap rambut ku aku mendegup
"Baik lah, jika tidak ada yang percaya pada ku mari kita buktikan sekarang, kita buka tudung itu bagaimana pun cara nya!" hardik adit tegas berdiri, kami memandangi nya datar
"Ayok" ujar nya beranjak ke taman tak ada pilihan lain kami nurut mengikuti nya.
"Aku berharap ini hanya imajinasi anak-anak belaka!" desis mama
"Kita cari cara bagaimana membuka tudung ini" ucap adit saat kami semua tlah berada di taman
"Pasti ada sesuatu disini yang membuat tudung ini terbuka bukan!" ujar nya lagi.
Mama dan papa tengah sibuk membuntuti adit mencari cara membuka tudung itu. Aku yang masih punya pertanya'an lain di benak ku memperhati kan suasana taman di pagi itu akhir yang ganjal membuat ku tak begitu menikmati udara pagi mata ku fokus pada gudang di sudut taman yang lain, aku ingat adit pernah bilang bahwa dia melihat pangeran dalam lukisan ku hidup
Aku beranjak menyisir tembok taman namun langkah ku terhenti melihat gembok gudang itu.
"Aku lupa kunci gudang di pegang pak kosim" bisik ku, sendiri reflek aku berhenti dan bersandar ke tembok taman dan kembali memperhatikan adit dan orang tua ku tengah taman sibuk perihal bagaimana cara membuka tudung besi yang berkombinasi kaca hitam tebal di atas puncak nya itu. Aku kembali mengambil nafas ingin beranjak mendekati mereka namun aku di kejut kan dengan garis merah menjalar mengarah ke tudung besar itu tepat di bawah kaki ku terlihat samar karna di tutupi rumput perlahan aku jongkok dan menyibak rerumputan, garis merah itu makin jelas perlahan aku ikuti arah nya. Tepat sekali arah garis merah itu mengarah ke tudung. Setelah hampir setengah aku menyibak rerumputan kembali aku menatap ke tembok tempat ku berdiri tadi. Bergegas aku mendekati nya karna aku melihat sesuatu menempel di tembok itu ada sebuah besi lengkung yang sudah berkarat dan bahkan berlumut di tengah nya terdapat bola merah yang tertancap perlahan aku mendekat dan memeriksa apa itu dengan gemetar aku menngibas-ngibas kerak dan debu di tengah bola merah itu.
"Semoga saja ini seperti yang aku fikir kan "bisik ku aku memencet dan memukul besi lekung itu berharap terjadi sesuatu kembali aku menoleh ke tudung besar
"Tidak ada apa-apa!" desis ku mengambil nafas tersengal lagi aku memperhati kan besi itu dengan seksama aku perhatikan nya lagi ada tulisan romawi yang berlambang kan lima.
"Lima??" desis ku dengan gemetar aku memencat bola merah itu
"Satu..
" dua.. " dengan nafas berat sembari khawtir aku lanjut kan
"Tiga
" empat
"Lima" desis ku membuang nafas namun tak terjadi apa-apa kembali aku menoleh ke mama dan yang lain
"Tidak terjadi apa-apa" bisik ku aku kembali menoleh ke papa dan yang lain mereka tampak sibuk memecah kan tudung besar itu.
"Atau mungkin 5 detik?" desis ku kembali menekan lama tombol merah itu selama 5detik
TRAKT...
Reflek semua terperanjak tudung besar itu otomatis menganga
Adit, mama, papa dan tak terkecuali aku terperanjak.
Mereka bertiga reflek berteriak dan merangkul satu sama lain. Bergegas aku berlari mendekati mereka
"Kak lala kakak lihat itu??" ucap adit, aku melirik wajah tegang mereka satu persatu aku geli lihat ekpresi keluarga tersenyum
"Apa yang mengerak tudung besar dan berat ini sendiri" ucap papa gemetar
"Itu " ucap ku menunjuk tombol yang tertancap di tembok reflek mereka menoleh.
"Seperti nya itu tombol nya" ujar ku papa tampak membuang nafas dan beranjak melihat lubang yang tlah menganga aku dan yang lain ikut ngintip.
"Ini sebuah bangunan yang luar biasa bukan??" mata mama membulat melihat desain tangga yang menuruni kedalaman tanah
"Iya denger cerita nya sih, pemilik rumah ini arsitek yang menyukai seni dan kecanggihan, mungkin dia ingin menciptakan sesuatu yang baru!" jelas papa
"Ayo pa, kita cek ke dalam!" ujar adit loncat turun
"Eh adit tunggu, bahaya tau? kamu lihat itu gelap? dan kita tak tau apa yang ada dibawah sana!" ujar ku.
"Iya nak, ayo naik lagi!" titah mama adit tak menghirau kan dia terus menuruni tangga
"Adit," teriak papa namun bukan adit nama nya kalo tak keras kepala, kami bertiga harus turun kebawah mengikuti nya
"Ayo pa, " ujar nya terus melangkah, semakin kebawah semakin pengap cahaya matahari sudah mulai hilang aku meraba-raba ponsel ku. Dan menyala kan nya.
" ayo adit kita kembali saja " ujar papa juga ikut mengeluar kan ponsel nya dan menghidup kan senter
"Tunggu pa adit yakin pasti ada sesuatu di sini!" tegas nya. Setelah sekitar 10 meter dan menempuh kedalaman segitu sudah sangat gerah mama mulai mengeluh
"Perasa'an mama tidak enak dit" desis mama meremas lengan ku.
Walau adit tampak semangat menuruni tangga itu tapi langkah kami semua terhenti saat melihat anak tangga itu habis. Hanya tersisa dinding tanah jalan itu buntu kira kanan tak ada lagi jalan selain kembali ke atas. Aku dan papa mengarah kan ponsel ke segala arah tak ada jalan lain lagi yang dapat kami lihat.
"Kalian lihat, ini hanya bangunan yang terbengkalai tidak ada apa-apa lagi di sini!' ujar papa
Adit seperti nya tak terima ia coba memukul-mukul dinding tanah itu.
" lalu kemana pergi nya semua itu aku yakin mereka pasti ada disini" ujar nya
"Sudah adit kita balik ke atas, mereka semua itu tak ada " ujar mAma
Kami semua beranjak ke atas aku memperhati kan wajah kecewa adit aku yakin anak itu pasti punya rencana lain setelah ini.
bersambung