Chereads / Menikahi Kupu-kupu Merah / Chapter 22 - Jangan Makan Tahu Beracun Ini

Chapter 22 - Jangan Makan Tahu Beracun Ini

"Maksudmu... Kamu bersedia membiarkan aku tidur dengan Candy?" tanya Cecile Luo. Bagus! Aku sangat senang! Cecile Luo hampir melompat kegirangan saat berpikir bahwa ia bisa tidur dengan Candy yang manis dan imut.

Candy bereaksi dan langsung duduk karena kaget. Sepasang matanya yang cantik seperti kucing berbinar-binar dengan penuh sukacita dan ia juga segera menoleh. Air mata di sudut matanya belum kering, tapi wajah kecil itu sudah tersenyum kegirangan.

Melihat wajah mereka yang sama-sama menunjukkan ekspresi bersemangat dengan penuh senyuman, Eugene Mu sedikit mengeluh dan mulai khawatir, Apa yang sedang terjadi? Mengapa aku seperti pengganggu yang hendak memaksa untuk memisahkan ibu dengan putrinya? Aku jelas-jelas ingin melindungi putri kecilku. Sial… Ini semua seperti sia-sia!

Candy tiba-tiba berbalik badan dan bergegas ke lengan Eugene Mu. Gadis kecil itu memegang lehernya dan mencium wajahnya, "Ayah sangat baik! Candy sayang Ayah!"

Sang putri kecilnya akhirnya 'paling sayang Ayah' lagi. Mendengar kalimat ini, keluhan yang mengganjal di hati Eugene Mu sedikit menghilang, ia sedikit lega dan ekspresinya sedikit membaik. Setelah Candy menciumnya, ayah dan anak itu memandang Cecile Luo di sofa. Cecile Luo mengedipkan matanya dan bertanya dengan bingung, "Kenapa kalian semua menatapku?"

Eugene Mu seketika tersadar dan wajahnya semakin menggelap. Setelah Candy keluar dari pelukannya, Eugene Mu sesaat tanpa sadar merasakan bahwa Cecile Luo harusnya sama dengan Candy. Wanita itu harusnya bergegas dan menciumnya di sisi lain wajahnya dan mengatakan bahwa ia paling mencintainya, baru itu benar. Jika begini, mereka bertiga seperti keluarga kecil.

Eugene Mu benar-benar minum terlalu banyak di malam hari sampai muncul pemikiran seperti ini!

"Tidak apa-apa. Ayo pergi…"

"Kakak, kenapa tidak mencium Ayah?"

Tidak pernah terpikirkan oleh Eugene Mu bahwa Candy benar-benar bertanya tentang apa yang baru saja dipikirkannya. Komentar ini membuat Eugene Mu dan Cecile Luo tercengang. Candy menggoyang-goyangkan tubuh kecilnya di lengan Eugene Mu dan mendorongnya, lalu menjatuhkan dirinya lagi ke pelukan Cecile Luo.

Cecile Luo dengan cepat menangkap Candy hingga kini gadis kecil itu berada di pelukan Cecile Luo. Candy dengan naif berkata, "Kakak juga cium Ayah! Kita semua harus berterima kasih pada Ayah!"

Candy melebarkan matanya dan menatap Cecile Luo dengan penuh harapan. Cecile Luo mendadak tidak tahu harus berbuat apa. Apakah ia harus mencium Eugene Mu? Eugene Mu memang tampan dan ia mungkin mendapat keuntungan dari ciuman ini. Masalahnya, sejauh ini Eugene Mu membencinya. Apakah Cecile Luo tidak akan dilempar ke samudera Pasifik oleh pria ini untuk dijadikan santapan hiu?

Jika Cecile Luo masih berpikir untuk hidupnya, lebih baik ia lupakan saja hal ini. Ada begitu banyak pria tampan di dunia dan ia tidak perlu memakan tahu beracun ini. Cecile Luo berdiri dan menggendong gadis kecil itu, lalu berkata, "Candy, sudah sangat malam.Kamu seharusnya sudah tidur. Kakak juga sudah mengantuk. Lihat, kelopak mata Kakak sudah sulit untuk dibuka. Ayo kita tidur..."

Candy sedikit tidak puas, tapi ia melihat ekspresi mengantuk Cecile Luo. Ia pun berbaring di pelukan Cecile Luo dengan patuh dan memintanya untuk menggendongnya naik ke atas, sementara Eugene Mu mengikuti mereka dari belakang. "Kakak, ini adalah kamarku!"

Cecile Luo hanya berbalik mengikuti arahan Candy, tapi ia dihentikan oleh pria di belakangnya. Kemudian, terdengar suara rendah Eugene Mu, "Tempat tidur Candy terlalu kecil. Kalian bisa tidur di kamar tidur utama hari ini."

Cecile Luo sedikit terkejut karena ia tidak menyangka Eugene Mu akan membiarkannya tidur di kamar utama. Pengorbanan Eugene Mu begitu besar demi Candy.

"Oh… Baiklah," Cecile Luo mengangguk. Ia berjalan ke kamar tidur utama sambil menggendong gadis kecil itu, kemudian menoleh untuk mengucapkan selamat tinggal pada Eugene Mu, "Kalau begitu, aku dan Candy tidur dulu. Tuan Mu, sampai jumpa besok..."

Cecile Mu baru setengah berbicara, tapi ia tiba-tiba membelalakkan matanya. Ternyata Eugene Mu mengikutinya dan juga mengunci pintu kamarnya.