Guru yang berdiri di depan kelas melihat Yu Sui menangis dan bertanya, "Ada masalah apa ini?"
Yu Sui merasa kesusahan membuka bibirnya. Tidak mungkin jika ia mengatakan bahwa pantatnya telah dilihat oleh teman-teman sekelasnya.
"Lapor, Guru. Tadi terjadi konflik antara Yu Sui dan Tang Li," kata Jiang Yining sambil memeluk bahu Yu Sui, seolah sedang menenangkannya. Lalu, ia menambahkan, "Celana Yu Sui tadi juga baru saja rusak. Guru Huang, bolehkah dia kembali ke asrama terlebih dahulu?"
Guru Huang mengenal jelas siapa Yu Sui sehingga ia tidak mau membuat segalanya menjadi sulit. Setelah Jiang Yining menemani Yu Sui pergi, Wu Xuehan menatap Tang Li dengan wajah khawatirnya dan berbisik, "Akankah ada masalah?"
Tang Li membuka buku teksnya, lalu menjawab, "Hasil terburuknya, mungkin nanti akan ada hal-hal yang sengaja dibuat untuk menyulitkan orang."
Melihat wajah Tang Yi yang acuh tak acuh, Wu Xuehan merasa sedikit lega.
Di akhir kelas, Wu Xuehan melihat Yu Guowen muncul di pintu kelas. Wu Xuehan pun merasa jantungnya kembali berdegup kencang dan tanpa sadar melihat ke arah Tang Li. Ketika Tang Li melihat Yu Guowen, ia masih tidak mengubah ekspresinya. Ia mengemasi barang-barangnya, lalu mengikuti Yu Guowen ke kantor.
Yu Guowen berdiri di depan meja sambil menyeduh secangkir teh panas untuk dirinya sendiri dan meninggalkan Tang Li sebentar. Beberapa saat kemudian, ia mengangkat matanya dan memandang Tang Li. "Sudah sebulan sejak mulai masuk sekolah. Aku dengar dari pusat bimbingan konseling kalian, hanya kamu yang belum membayar biaya sponsor," katanya.
Biaya sponsor itu adalah 50.000 Yuan. Sejujurnya, itu adalah biaya yang ditarik kampus dari siswa di luar biaya perkuliahan.
"Saya ingat bahwa saya sudah membayar uang sekolah," kata Tang Li.
Yu Guowen menatap Tang Li dengan tatapan tajam. Ia meletakkan kembali cangkirnya di meja, lalu berkata, "Di tahun kedua ini, kalian akan mulai belajar di kelas penjurusan. Jika kamu tidak membayar biaya sponsor, beberapa kelas tidak akan terbuka untukmu."
Seperti inilah kondisi Tang Li di kehidupan terakhirnya. Ia tidak bisa membayar biaya sponsor sehingga tidak bisa ikut kelas penjurusan. Ia kemudian menerima peran untuk satu pertunjukan, namun itu adalah hanyalah kesempatan yang sengaja diberikan Li Yuan'er padanya untuk mempermalukannya.
Yu Guowen bangkit dari kursinya, lalu tatapannya terhenti di leher gadis itu. "Sebenarnya kamu tidak buruk. Tapi, bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari dunia hiburan adalah kecantikan. Sekarang, kamu memiliki luka di dahi. Akankah itu meninggalkan bekas luka yang buruk?"
Di kantor yang luas ini, hanya ada Yu Guowen seorang. Ia juga telah menutup pintu kantornya. Tang Li perlahan-lahan memegang tali tas sekolahnya saat mendengar suara klik kunci itu.
Di kehidupan sebelumnya, enam bulan setelah Tang Li diskors oleh sekolah, terjadi sebuah skandal di kampus. Seorang siswa tahun ketiga melompat dari atas gedung dan meninggal. Menurut laporan yang ditindaklanjuti dari internet, gadis itu tiba-tiba bunuh diri karena terus-menerus mengalami pelecehan. Pelaku yang melecehkan dan secara tidak langsung membunuh gadis itu adalah seseorang yang memimpin di kampus tersebut.
Hingga akhirnya, terungkap bahwa itu adalah ulah Yu Guowen. Sekolah kemudian membuat pernyataan untuk mengklarifikasi bahwa siswa perempuan itu menderita depresi sehingga Yu Guowen dibebaskan dari kasus tersebut. Namun, dengan kemampuan indera keenamnya sekarang, Tang Li mulai mempercayai berita itu.
"Tidak masalah jika berasal dari keluarga miskin. Yang terpenting adalah masih bisa mengandalkan diri sendiri," kata Yu Guowen. Suaranya terdengar seolah-olah selangkah di belakang Tang Li, "Di sekolah seni ini, banyak gadis dengan latar belakang biasa yang akhirnya menjadi bintang terbaik. Untuk apa mengandalkan orang lain? Kamu sudah dewasa dan seharusnya tahu harus bagaimana."
Begitu pria separuh baya itu selesai bicara, ia hampir menempelkan tubuhnya. Namun, Tang Li segera berbalik badan dan berkata sambil menjaga jarak, "Saya mengerti maksud Guru Yu. Gadis-gadis itu sama sepertiku yang harus sabar karena menderita. Jadi, saya harus berusaha keras. Tidak sia-sia Guru Yu memberikan saya semangat hari ini."