Chereads / Sandiwara Kehidupan Kedua / Chapter 21 - Bertemu Tuan Song Lagi

Chapter 21 - Bertemu Tuan Song Lagi

Yu Guowen yang saat itu memegang pundak Tang Li merasa malu sehingga kembali duduk di kursinya.

"Mengingat kamu yang telah berulang kali bolos di saat baru masuk kuliah, para pemimpin perguruan tinggi telah berdiskusi dan memutuskan untuk mencabut beasiswa kuliahmu di semester ini."

Meskipun karakter Tang Li suka menyendiri, ia selalu menjadi yang terbaik di sekolah. Uang beasiswa yang sejumlah 2000 Yuan itu cukup untuk biaya hidupnya selama satu semester. Di rumah keluarga Li, Li Wenyan hampir tidak pernah bertanya padanya soal itu.

Walaupun Ouyang Qian adalah ibu tiri, ia tidak pernah memperlakukannya dengan buruk. Bahkan, ia memberikan uang saku lebih banyak kepada Tang Li dibanding Li Yuan'er. Namun, semenjak Li Yuan'er mengejeknya sebagai parasit, Tang Li tidak menggunakan uang keluarga Li lagi. Karena itu, ia berusaha lebih keras untuk mendapatkan beasiswa.

Mendengar ancaman Yu Guowen, Tang Li mengerutkan bibirnya, "Jika memang itu sudah menjadi keputusan pihak akademik, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Jika sudah tidak ada yang ingin disampaikan lagi, saya akan pergi."

Yu Guowen yang menundukkan kepalanya untuk meminum teh kemudian perlahan berkata, "Kamu bisa masuk dan tinggal di asrama mewah karena nilaimu lebih bagus dibanding kandidat yang lain. Dan masalah konflik antara kamu dan teman sekelasmu, aku sudah mendengarnya. Dengan sikap belajarmu sekarang yang seperti ini, pihak kampus tidak bisa terus membuka jalur khusus untukmu."

Setelah mengatakan hal itu, Yu Guowen menambahkan, "Bersiap-siaplah. Sore ini, kamu akan pindah ke asrama biasa."

Asrama biasa terletak di bagian kampus yang paling dalam. Karena fasilitasnya yang begitu kuno, beberapa tahun ini asrama itu berubah menjadi tempat tinggal anggota kafetaria kampus. Saat mendengar pemberitahuan ini, Tang Li masih tetap tenang dan menganggukkan kepalanya sambil berkata, "Baik."

Setelah itu, Tang Li meninggalkan ruangan tersebut. Ia berjalan keluar dari kantor, melihat jam sejenak, dan hendak berjalan menuju kafetaria. Namun, ia melihat ada seseorang yang tampak familiar di lantai bawah.

Terik matahari siang hari menyinari halaman di luar gedung administrasi. Seorang pria sedang berdiri di samping halaman sambil berbicara dengan pimpinan kampus. Song Baiyan tampak seperti biasanya dan menunjukkan sikap yang begitu sabar. Pakaian yang dipakainya pun lebih santai dibanding malam itu. Ia memakai sweter biru laut dan celana panjang abu-abu yang membuatnya elegan. Tang Li pun memperlambat langkahnya.

"Apakah kalian tahu bahwa Fu Si dari jurusan musik telah mengumpulkan staf dari sekolah asing untuk memukul teman sekelasnya?" tanya gadis yang lewat di belakang Tang Li.

"Bagaimana mungkin tidak tahu? Berita itu masih tersebar di jaringan kampus."

Gadis yang lain menutup bibirnya sambil berbisik, "Himpunan mahasiswa tidak akan berani menyebarkannya. Dia tidak takut kepada rektor dan katanya pamannya adalah Menteri Keuangan."

"Tidak mungkin. Kamu masih percaya kata-kata bajingan kecil itu?"

"Jika memang pamannya adalah Menteri Keuangan, untuk apa dia datang ke kampus kita?"

"Sudahlah. Jangan membicarakan yang lain. Lagi pula, Fu Si juga tampan."

Suara gadis-gadis itu semakin lama semakin menjauh. Sementara itu, Tang Li memandang pria yang berada di lantai bawah. Di kehidupan sebelumnya, ia tidak tahu bahwa ada pria bernama Fu Si di kampusnya. Otomatis, ia juga tidak tahu bahwa bahwa pria yang menjadi keponakan Song Baiyan belajar di kampusnya.

Ketika melihat percakapan keduanya, Tang Li cepat-cepat berjalan menuju lift dengan jantungnya yang sedikit berdebar. Setelah terlahir kembali, tanpa sadar ia menganggap Song Baiyan sebagai orang yang memiliki kehadiran khusus.

Terlepas dari situasi seperti apa yang akan terjadi di masa depan, posisi tertinggi di Menteri Keuangan merupakan posisi yang ingin diraih oleh banyak orang. Tang Li berpikir, Jika aku bisa memiliki kesempatan untuk berteman dengan Song Baiyan, meskipun bisa dibilang tidak ada dukungan untukku, tidak ada salahnya juga melakukan hal itu.