Wolfy: "Emma." Wolfy bergumam memanggil Emma. Mereka semua menatap Wolfy.
Gaia: " kamu kenal dia?" Wolfy mengangguk.
Cyclop: "Hei! dia tau keberadaan kita! Dia liat bentuk asli kita tadi!" si mata satu meneriakkan kekesalannya. Satyr, si makhluk berkaki kambing, menggerakkan kedua tangannya ke atas kepalanya, mengekspresikan keterkejutannya sambil bergumam " Oh my God!"
Wolfy: "Relax. Dia sudah tau." Semua menatap terkejut ke arah Wolfy.
Wolfy: "Dia pernah melihatku berubah sebelumnya." kata Wolfy pelan.
"What?!" Mereka berteriak hampir bersamaan. Emma menatap mereka semua bergantian dengan gugup.
Wolfy: " Dia nggak akan ceritakan ke siapapun. Tenanglah."
Si penyihir berdiskusi dengan yang lain, Emma hanya terdiam ditempat ia berdiri, berusaha mendengarkan pembicaraan mereka, namun yang bisa ia dengar hanya bisikan-bisikan tak jelas. Wolfy berjalan mendekati Emma yang berdiri di sudut.
Wolfy: "Kenapa kamu disini?" desisnya.
Emma: "Penasaran dengan suara berisik di sini." Jawab Emma pelan. Wolfy mengatupkan rahangnya yang tegang, berusaha menahan emosinya.
Wolfy: "Kau mencariku kan. Berhenti membahayakan dirimu sendiri please."
Penyihir: "Emma, hai. Abraham." kakek tua itu berjalan sangat hati-hati mendekati Emma dan mengulurkan tangannya. Emma menyambut tangan Abraham dengan takut.
Abraham: "Pasti sulit untukmu, melihat semua ini dengan cara yang buruk. Tapi yang perlu kau tau adalah, kami bukan makhluk jahat. Justru kami ada untuk menjaga manusia dari makhluk jahat. Jadi kumohon, tetap jaga rahasia keberadaan kami-"
Wolfy: "Bram, aku mendengar demon Numen masuk ke daerah ini!" Semua langsung tampak waspada dan siap untuk pergi, meninggalkan Emma yang bingung apa yang sedang terjadi.
Gaia: "Pulanglah Emma!" Wanita cantik dengan rambut bergelombang itu menoleh dan memberi instruksi tegas pada Emma.
Abraham: "Wolfy, kau mau kemana? Kau tidak boleh ikut, sampai kau bisa mengendalikan kekuatanmu!"
Wolfy: "Oh, yang benar saja! Itu hanya demon level 2 Bram!"
Satyr: "Stay Wolf. Jangan mempersulit keadaan." Mereka berempat berlari keluar dari area workshop.
Wolfy dan Emma yang masih berada di area workshop, saling berpandangan canggung. Wolfy menghembuskan nafas dengan keras, memalingkan wajahnya yang tampak kesal.
Emma: " Hmm.. Apa aku boleh tanya ada apa, atau aku langsung pulang saja?" Tanya Emma dengan ragu. Wolfy menatap tajam ke arah Emma beberapa saat.
Wolfy: "Kalo aku suruh kau pulang, apa kau akan langsung pulang tanpa cari tau apa yang terjadi?" Emma menggigit bibir bawahnya gugup, tertangkap basah oleh Wolfy.
Wolfy: "Ikut aku." Wolfy membawa Emma ke salah satu gedung di lantai teratas. Suasana di sana gelap, hanya ada satu lampu yang menyala.
Wolfy: "Akan kujelaskan semua, dunia yang sesungguhnya." Alis Emma bertautan medengar ucapan Wolfy.
Wolfy: " Seperti yang kau lihat, aku adalah manusia serigala. Karena aku masih belum sempurna, aku masih belum bisa mengontrol dengan baik, aku bisa saja berubah tanpa sadar seperti yang kamu liat. Waktu itu aku merinding kena angin dan tiba-tiba bulu serigalaku muncul. Atau kuku jariku yang berubah waktu kamu bikin aku marah kemarin. Atau saat camping di dalam hutan."
Emma: "Maksudmu belum sempurna?"
Wolfy: "Aku manusia setengah serigala, masih dalam proses bertransformasi menjadi manusia serigala yang sempurna. Istilahnya kalo di manusia, belum dewasa atau teenager. Aku banyak makan karna aku merasa lapar terus-terusan karena perubahan ini, emosiku naik turun sulit kukendalikan. Beberapa malam aku nggak tidur dan tanpa sadar berjalan entah kemana. Aku terbangun dengan tangan kaki penuh luka kecil. Aku punya indera yang sensitif, terutama pendengaran dan penciumanku. Bahkan aku bisa dengar suara jantungmu sekarang yang berdetak dengan cepat." Wajah Emma tak bisa menutupi rasa keterkejutannya mendengar penjelasan Wolfy.
Emma: "Dan.. Abraham dan yang lainnya, siapa mereka?"
Wolfy: "Makhluk berkekuatan tinggi, sama denganku. Tapi kami semua punya kekuatan yang berbeda-beda. Gaia bisa menghipnotis pikiran, membuat orang yang ia serang ketakutan, atau merasa tenang, sesuai keinginannya. Seperti kata Abraham, keberadaan kami untuk menjaga kalian dari makhluk jahat. Kalian nggak bisa melihatnya dengan mata kalian, tapi kami bisa. Tugas kami adalah untuk membasmi makhluk jahat agar manusia hidup dengan aman." Walau sulit untuk mencerna semua penjelasan Wolfy, namun Emma mengangguk mendengar penjelasan itu.
Emma: " Kenapa kamu ceritakan semua itu padaku? Nggak takut aku cerita ke orang lain?" Emma nyengir meledeknya. Wolfy tersenyum kecil.
Wolfy: " Yeah, kamu perlu penjelasan setelah melihat semua itu. Kalau nggak dijelaskan, kau juga akan cari tau sendiri kan. Belakangan ini kamu lebih sering lagi memandangku. Kurasa karena kamu ingin tau makhluk apa aku ini." Ia membalas ledekan Emma yang dibalas dengan tawa kecil Emma sambil mengangguk mengiyakan.
Wolfy: " Kamu sering memperhatikan aku. Kamu tertarik sama aku kan?"
Wajah Emma kaku mendengar pertanyaan Wolfy, darahnya seperti mendidih dan wajahnya panas menahan rasa malu.
Emma: "Sorry." Katanya pelan. Wolfy tertawa. Tawanya yang sudah lama tak pernah muncul. Diam-diam Emma tersenyum senang bisa melihat Wolfy tertawa seperti ini.
Wolfy: " Ini sorry buat apa? Haha.. " Ia tertawa kecil dan kemudian terdiam sejenak.
Wolfy: "Jangan tertarik sama aku. Sekarang kamu tau kan kenapa. Aku bukan manusia biasa. Tanpa kenyataan ini pun, kita memang dari dunia yang berbeda. Ditambah dengan ini, duniaku berbahaya buat kamu."
Dia menatap Emma serius. Emma membalas tatapannya dengan sedih, sadar apa yang dikatakannya memang benar.