Gaia:"Well, ada sesuatu yang terjadi kemarin? wajahmu sudah kembali seperti semula?" Gaia menaikkan alis kanannya, menggoda Emma saat Emma baru saja menghampirinya.
Cyclop: "WOW!!! He did it!" Cyclop dan Satyr saling berpandangan, tertawa dan melakukan toss. mereka bersorak, sementara Emma bingung dengan apa yang mereka lakukan.
Satyr: "He kissed you?! finally! Kami sudah hopeless melihat hubungan kalian yang nggak ada progress. Tapi ternyataaa.. wuhuuuw!" Wajah Emma memerah sementara Gaia ikut menyorakinya bersama dengan Satyr dan Cyclop.
Emma: "Da-Darimana kalian tau?"
Gaia: "Kau masih belum mengerti? Ramuannya. Ramuan yang diberikan padamu namanya beauty and the beast. penangkal ramuan tersebut adalah... the kiss!" Mereka bertiga tertawa, sementara Emma baru menyadari kebodohannya, mengingat clue yang diberikan dan perilaku ketiga makhluk ini kepadanya dan Wolfy.
Gaia: "Sudah, ayo kita pergi makan. Dan cari Bram untuk kasih kabar baik ini." Mereka berjalan menuju ke kantin bersama, dan menemukan Bram sedang berbicara serius dengan Wolfy disampingnya.
Satyr: "Bram!" Ia berteriak menyapa Bram, Bram menatap mereka berempat yang berjalan mendekatinya. Bram mengangkat kedua alisnya, menyadari sesuatu yang berbeda.
Bram: "Jadi kau sudah menciumnya." Wolfy terkejut mendengar ucapan Bram, Bram menatap Wolfy sambil tersenyum.
Cyclop: "Bram! They finally kissed!" ucap Cyclop dengan penuh semangat sambil menunjuk Wolfy dan Emma. Wolfy melirik Emma dengan tatapan menuduh.
Gaia: "No, Wolfy. Emma nggak crita. Kami tau karna wajahnya sudah kembali seperti semula." Gaia menjelaskan setelah menyadari tatapan Wolfy. Bram tertawa melihat kecanggungan Wolfy. Wolfy mengerutkan keningnya, masih bingung mengapa semua tau mengenai kejadian semalam.
Cyclop: "Ramuannya Wolfy! Nama ramuannya beauty and the beast. Penangkalnya hanya satu, yaitu yang kamu lakukan kemarin, mencium Emma sang buruk rupa." Mata Wolfy membesar setelah mendengar penjelasan Cyclop, menghela nafas sambil menunduk, terlalu malu dengan kenyataan mereka semua tau apa yang dilakukannya kemarin.
Satyr: "It's ok Wolfy, kami mendukungmu!" Emma bergabung dengan Wolfy, menghela nafas dan menunduk malu. Bram tersenyum sambil menepuk pundak Wolfy.
Bram: "Well, ada baiknya kita ceritakan kepada mereka juga Wolfy, tentang yang baru saja kita bicarakan." Wolfy menoleh menatap Bram dan mengangguk pelan.
Bram: "Wolfy ingin meninggalkan kawanannya. Ia merasa terkekang dengan banyaknya aturan di dalam kawanan. Tapi seperti yang kita tau, kawanan manusia serigala sangat kaku dengan aturan dan sangat keras. Nggak akan mudah untuk keluar dari kawanan."
Satyr: "Apa kau sudah coba bicara dengan Alfa di kawananmu? kurasa ia tak akan melepasmu begitu saja." Wolfy menggeleng.
Bram: " Luna sangat keras, ia bisa melakukan apapun untuk membuat Wolfy stay di kawanan. Kau harus mempertimbangkan apa saja yang bisa dilakukan oleh Luna untuk memaksamu stay di kawanan, Wolfy. Dan kau harus mempersiapkan diri melawan kawananmu sendiri." Mereka semua terdiam, seakan-akan merasakan kesulitan yang dihadapi Wolfy. Gaia mendekati Wolfy, menepuk pundak Wolfy sambil tersenyum memberi semangat. Wolfy menggenggam tangan Gaia dipundaknya, memandang Gaia, membalas senyumannya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Emma: "Seberapa buruk yang bisa dilakukan Luna? Apa dia akan melukaimu?" Wolfy dan Emma masuk ke dalam apartemen sepulang dari kampus.
Wolfy: " Aku nggak tau Emma. aku akan coba bicara dengannya malam ini."
Emma: "Kamu yakin dia nggak akan bunuh kamu ditempat setelah kamu bilang akan meninggalkan mereka?" Wolfy berbalik menghadap Emma yang tampak sangat khawatir.
Wolfy: "Aku nggak tau. Tapi aku tetap akan coba bicara dengannya malam ini." Emma yang tidak puas dengan jawaban Wolfy masih menunjukkan raut wajah cemas.
Wolfy: "Calm down Emm." Wolfy berbisik pelan, ia memegang pipi Emma dengan tangan kanannya sekilas, kemudian berbalik menuju kamarnya.
Wolfy bersiap untuk berangkat menemui kawanan manusia serigala. Ia mengganti bajunya dengan kaos hitam polos dan jeans biru gelap. Ia menarik sweater hitam yang tergantung di gagang pintu kamar mandi dan segera berjalan menuju keluar apartemen.
Wolfy: "Jangan mengikutiku. Tunggu aku disini, jangan kemana-mana." Emma menahan Wolfy dengan memegang erat lengan Wolfy.
Emma: "Apa akan baik-baik saja?" Wolfy hanya menatap Emma dengan keraguan, menarik nafas dalam-dalam dan memberi senyum kecil kepada Emma untuk menenangkannya.
Wolfy: "Aku pergi dulu." Wolfy membelai rambut Emma sekilas sebelum ia pergi meninggalkan Emma dengan kecemasannya.
Emma tak bisa duduk diam menunggu kepulangan Wolfy. Ia begitu khawatir memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Setelah menunggu satu jam, ia semakin panik karna tak mendengar kabar apapun. Tiba-tiba Emma teringat Ares. Ia segera menuju teras dan memanggil Ares.
Emma: "Ares! Ares!" Ia terus memanggil sampai Ares muncul di terasnya.
Emma: "Ares, tolong aku! Wolfy belum juga kembali. Aku takut terjadi sesuatu padanya."
Ares: "Ada apa Emma?" Emma menceritakan kepada Ares rencana Wolfy untuk keluar dari kawanan.
Ares: "Kita ketemu di depan lift. Aku akan panggil temanku juga." Mereka pun bergegas bertemu.
Ares: "Erebus!" Ares memanggil seorang lelaki berbadan besar yang berdiri di dekat tangga menuju kolam renang di lantai satu. Rambutnya hitam kelam dan bergelombang, ia menoleh ke arah Ares memanggil dan menunjukkan bola matanya yang hitam dengan garis merah melingkari bola matanya.
Erebus: "Ares.." Erebus tampak heran melihat Ares membawa seorang gadis disampingnya.
Ares: " Erebus, ini Emma. Wolfy, si manusia serigala itu sedang bertemu kawanannya. Ia berencana untuk keluar dari kawanan. Sudah satu jam lebih dan belum ada kabar, bantu kami mencari Wolfy."
Erebus: "Dia, tau keberadaan kita?" Erebus menunjuk Emma dengan ragu. Ares dan Emma mengangguk. Erebus memiringkan wajahnya, memandang Emma lekat dengan tatapan tertarik.
Erebus: "Ares, tidak ada manusia yang diperbolehkan tau keberadaan kita."
Ares: "Kita bahas itu nanti. Sekarang bantu kami!" Erebus tampak ragu sekaligus tertarik dengan Emma yang mengetahui keberadaan mereka namun tampak mengganggap itu hal biasa dan normal.
Erebus memberi isyarat untuk mengikutinya berjalan menuju taman gelap di bawah di dekat lapangan. Erebus menjentikkan jarinya dan suasana disekitar mereka menjadi sangat gelap hingga tak bisa melihat apapun. Mereka menembus kabut gelap gulita itu dan muncul di tengah-tengah kubah hitam yang menyelimuti keberadaan mereka, cahaya temaram membantu Emma melihat ke sekeliling. Mereka berada di tengah kubah kabut hitam berbentuk setengah lingkaran besar.
Erebus: "Harpy!" Angin berhembus lebih kencang hinga terdengar desiran angin. Tak lama muncul makhluk besar bersayap setengah manusia dan setengah burung, wajahnya cantik dengan rambut panjang bergelombang, kulitnya bersisik dan kakinya berbentuk seperti elang raksasa, ia mengepakkan sayap besarnya, mendaratkan kakinya ke tanah.
Harpy: "wow ada manusia?! Sorry." Detik berikutnya Harpy bertransformasi menjadi wanita bersayap, ia menutup sayapnya perlahan.
Harpy: "Ada apa ini?"
Ares: "Wolfy butuh bantuan. Bisa kau antar kami mencari dia?" Harpy melirik Erebus yang dibalas dengan anggukan oleh Erebus.
Harpy: "Hop on." Harpy kembali ke wujud burung besar, Erebus naik ke punggung Harpy disusul dengan Ares dan Emma.
Harpy: "Pastikan kegelapan menyelimutiku." Erebus menjetikkan tangannya sekali lagi.
Harpy terbang lebih tinggi, mengitari beberapa daerah yang memungkinkan untuk dijadikan tempat persembunyian para manusia serigala. Mereka menelusuri hingga ke hutan di utara, dan dengan kekuatan mata tajam Harpy, ia menemukan sekawanan serigala di dalam hutan tersebut. Ia terbang menukik menuju ke dalam hutan, mendarat perlahan beberapa meter dari kawanan serigala yang tampak berhasil mengepung satu serigala yang sudah tersungkur terluka parah.
Emma segera melompat turun dan meneriakkan nama Wolfy sambil berlari mendekati kawanan serigala. Erebus berlari menyusul Emma, mengurung Emma dengan kedua tangannya, melindungi Emma dari kawanan serigala yang ukurannya empat kali lebih besar dibanding serigala biasa.
Erebus: "Kau bisa terluka gadis kecil." Emma masih meneriakkan nama Wolfy berkali-kali dengan histeris. Ada luka sobekan di bagian pinggang Wolfy, ia tampak lemas dan hampir tak sadarkan diri. Wolfy berusaha berdiri dengan ke empat kakinya, ia tampak pincang karena tulang kaki belakangnya patah.
Kawanan serigala yang melihat kedatangan mereka berempat segera bersiap siaga menyerang. Ares mengulurkan tangan kanannya dan muncul pedang emas, ia pun bersiap untuk menyerang kawanan.
Erebus: "Harpy bawa Wolfy dan Emma pergi! Deary, kau harus jauh-jauh dari pertempuran ini." Erebus mengucapkan kalimat terakhirnya dengan lebih lembut kepada Emma sambil membawa Emma ke tepi. Ia segera bergabung dengan Ares yang sudah diserang oleh kawanan serigala.
Harpy segera terbang mendekati Wolfy, mengangkatnya dan membawa Wolfy ke tepi. Emma mendekati Wolfy yang tampak lemas dan kesakitan. Emma membelai bulu-bulu halus di wajah Wolfy. Seekor serigala berlari dan menerjang ke arah Wolfy dan Emma, Harpy menangkis dengan mengepakkan sayapnya lebar-lebar dan memukul serigala itu dengan sayapnya hingga si serigala tersungkur.
Harpy: "Cepat, kita harus pergi dari sini!" Emma segera naik ke punggung Harpy.
Harpy: "Erebus! buka lorongnya!" Harpy mengangkat Wolfy dengan kedua tangannya. Ditengah pertempurannya, Erebus menjentikkan tangannya, dan kabut hitam menghampiri ke sekeliling Harpy. Harpy terbang lebih tinggi dan menukik turun masuk ke dalam kabut hitam.