Pagi itu suasana didalam rumah vicky tampak berwarna,diiringi tawa serta canda yang menghiasi waktu sarapan mereka.Meski baru mengenal orang tua vicky,eza sudah sangat akrab dengan mereka,Mereka orang tua yang hangat dan sangat mengayomi putra mereka.Ia menjadi betah seolah olah ia sudah menjadi bagian dari mereka,walau nyatanya selama ini ia memang telah menjadi bagian dari anak mereka.
"pagi ini kamu dirumah dulu sama bik ina ya sayang,kita akan keluar sebentar..." ucap vicky disela sela sarapan mereka,ia bahkan tidak segan memanggil wanita itu dengan panggilan sayang didepan orang tuanya.Eza hanya mengulum seutas senyum seraya mengangguk,hingga kemudian ia bersuara pelan.
"kakak mau kemana sama ibu bapak....?"
"Hanya pergi membeli beberapa hantaran lamaran untukmu itu saja...."
"ah begitu.Apakah perlu...?"
"Tentu sayang,masa kami melamar tidak membawa buah tangan pada keluargamu,meski ini bukan pernikahan yang pertama bagi kalian,tetap saja....semua harus lengkap,mengingat ini akan menjadi yang terakhir bagi kalian...." ibu vicky menatap lembut pada calon menantunya itu.Ada perasaan hangat melihat tatapan itu,ya...dahulu mantan ibu mertuanya tidak pernah memperlakukannya dengan baik apalagi menatapnya dengan tatapan hangat bak seorang putri sendiri.Tentu hal ini membuat eza merasa dia berarti,bagi lelaki disampingnya juga bagi keluarganya.Entah mengapa ia ingin menangis jika membandingkan kehidupannya dulu dengan sekarang.
Setelah sarapan vicky dan kedua orang tuanya pamit untuk pergi membeli beberapa barang,eza terlalu bosan berada dirumah.Selama beberapa bulan ia harus tetap dirumah dengan kondisinya membuatnya jenuh,ia butuh angin segar.Eza melangkahkan kakinya menuju taman kompleks sekedar untuk berlari pagi.Ia sudah berpamitan pada bik ina bahwa akan jalan jalan sebentar menunggu vicky pulang.Ia berjalan memandangi beberapa orang yang juga berlalu lalang menikmati udara pagi,hatinya menyejuk memandangi taman yang dijaga apik.Keseluruhan rumput menghijau ditambah bunga bunga yang tertanam subur,tanpa eza sadari orang itu membuntutinya sedari tadi.
"sendiri saja ?" sapa seseorang mengagetkan eza,tanpa permisi lelaki bertubuh tinggi dan berwajah cukup tampan itu duduk disamping eza.Eza masih dalam keterkejutannya,ia menoleh dan menarik ujung bibirnya untuk tersenyum.
"sendirian saja..." lelaki itu kembali mengulang pertanyaannya.
"ya begitulah..."
"Dimana lelaki yang selalu berada disisimu,ah...lebih tepatnya tinggal serumah denganmu."
"hmm...dia calon suamiku.Dia sedang pergi membeli beberapa barang."
"Apakah penampilanmu memang seperti ini? maksudku jika dirumah...?"
"kenapa ? ada yang salah ?"jawab eza dengan mode galak.Lelaki yang berada disampingnya membuatnya risih,bersikap sok akrab padanya dan itu membuatnya tidak nyaman.
"tidak.Kenapa galak banget sih,masih ingat aku kan...tetanggaan loh.Aku kiki yang waktu itu..."
Eza hanya tersenyum tanpa berniat menjawab ocehan lelaki itu agar lelaki itu jenuh dan lekas pergi dari hadapannya.
"Setelah aku lihat kamu benar benar cantik.Apalagi dengan kondisi kamu yang sudah sangat membaik," Eza kembali menatap tak suka pada lelaki disampingnya,ia berniat menikmati udara pagi tapi malah diikuti oleh lelaki yang bersikap sok ramah ini.
Jangan tersenyum begitu,hatiku semakin jatuh lagi dan lagi,meski senyuman itu terkesan memaksa tapi nyatanya hatiku berdesir aneh.Kenapa harus wanita ini,calon istri orang lain.Bertubuh kecil,cantik,anggun dan senyumnya yang membuat siapa pun yang melihat merasa tersihir.Aku tersihir sejak awal melihatnya,semakin kesini dia semakin cantik,ah....aku pasti sudah hilang akal....Lelaki itu bergumam sendiri sembari menatap raut tak suka eza.
"maaf mas kiki,atau apapun itu....bisa tinggalkan aku sendiri." eza memaksakan senyumnya yang malah terlihat menawan dimata kiki.
"Reza,bisakah kita berteman.Kita sudah sering bertemu,..."
Belum sempat eza menjawab,tangannya sudah ditarik dari sisi lainnya oleh sesorang,eza terkesiap kaget.
"kak vicky..." serunya gugup,dia kedapatan berbicara dan duduk dengan lelaki lain.Vicky pasti sangat marah,dia pernah diperingatkan untuk tidak keluar jika tidak bersamanya.Ini yang ditakutkan vicky,lelaki lain akan mendekatinya.Entah apa yang menarik pada dirinya hingga banyak lelaki berebut mengenalnya.
"sedang apa disini Sayang,aku menyuruhmu menungguku dirumah..."
"ah....aku sedang berjalan jalan sebentar kak..."
"Dengan dia..." Vicky menatap tak suka pada lelaki lain disebelah eza,eza dengan spontan menggeleng.Dan kelakuannya itu membuat siapa saja merasa gemas,lelaki bernama kiki itu malah terus menatapnya intens,tersenyum penuh arti.Sementara vicky,ia ingin membungkus eza dan memasukannya kedalam kantong serta membawanya pulang,ia tidak ingin orang lain melihat kegemasan wanitanya.
"jangan menatapnya seperti itu,Dia wanitaku,calon istriku....kami akan menikah besok..."
"aku hanya menyapanya sebentar tadi.Tidak salahkan ini ruang publik...siapa saja boleh bertegur sapa..."
"Kamu tidak lihat dia tidak nyaman...?" vicky yang sedari tadi memperhatikan percakapan mereka mulai merasa frustasi.
"sudahlah kak.kiki hanya menyapa saja,tidak apa,mari kita pulang..." eza menarik narik tangan vicky Untuk beranjak dari tempat itu,ia tidak mau terjadi perdebatan yang membuat kepalanya pusing.Lelaki bernama kiki itu meraih tangan eza yang lain,dia menyalaminya tanpa permisi.
"Senang berteman denganmu.Sampai jumpa lagi..." lelaki itu melepaskan tangan eza dan melambai ketika vicky dengan serius menarik eza menjauh.Lelaki itu masih memandangi kepergian mereka dengan wajah tersenyum,ia mencium tangan yang menyentuh tangan eza barusan.Ia merasakan debaran hatinya menggebu gebu,persetan jika dia calon istri orang lain atau bahkan istri orang lain,Aku hanya suka melihat senyumnya,aku menyukainya,kurasa aku memang sudah gila karenanya batin kiki.