Langit begitu cerah pagi ini, namun tidak dengan suasananya. Seorang Gadis berlari memutari lapangan olahraga seorang diri dengan raut muka yang tak mengenakkan dipandang. Tidak jauh dari-nya ada juga seorang guru olahraga yang sedang meneriakinya untuk berlari dengan semangat. Sangat mudah ditebak, Gadis itu sedang dihukum.
10.. 15... 20... dan entah sampai putaran keberapa guru itu akhirnya menyuruhnya berhenti. Mendengar itu kakinya mendadak lemas dan dengan spontan ia berhenti dan terduduk.
"Apa-apaan coba, cuman gara-gara bolos pelajaran olahraga minggu lalu masa harus disiksa begini" Gerutunya
Tak tahan lagi, ia merebahkan tubuhnya diatas rumput dengan masih terengah-engah.
Guru tadi Pak Mardoyo namanya, orangnya memang terkenal kejam kalau memberi hukuman. Dia bahkan tak membeda bedakan mana siswa dan mana siswi. Dan Gadis itu.... itu aku.
Aku duduk dikelas 10 SMA Mega Prestasi yang berlokasi di Kota B. Aku merupakan murid pindahan Semester 2 dari kota J. Aku sangat susah untuk menerima kenyataan bahwa kedua orang tua-ku sudah bercerai. Itu membuatku lebih dingin kepada siapapun. Keceriaanku entah hilang kemana, bahkan aku tak memiliki banyak teman di sekolah lamaku, apalagi di sekolah baruku. Aku semakin menutup diri disini. Namaku Bulan Purnama
Tampak 2 orang menghampiriku yang masih tergeletak di lapangan.
"Lan, nih!" Tanganya melempar minuman kearahku.
Dengan sigap dan sedikit mengangkat badanku, aku menangkapnya. Itu Diana, teman kelasku atau lebih terlihat seperti orang yang terobsesi denganku. Seberapa dinginya sikapku dia tetap menempel padaku. Sedangkan satunya lagi Dimas, dia itu.. bagaimana ya aku menjelaskanya. Anggap saja dia korban cinta. Kemana saja Diana pergi, Dimas akan selalu mengekor padanya. Padahal Diana tak menunjukan bahwa dia juga menyukai Dimas.
"Lan, tadi nyokap lu dateng ke sekolah"
Aku tetap berjalan seolah tak peduli.
"Lan, anak-anak nguping tadi pas Bu risma ngomong sama nyokap lu di kelas. Kata bu Risma, sekali lagi lu berulah.. sekolah bakal keluarin lu"
Aku tak bergeming mendengarnya, seolah aku tak peduli apapun yang terjadi.
"Lan ! kok lu diem aja sih" Diana mulai kesal
Aku menghentikan langkahku. Tapi bukan karna ocehan Diana.
Aku melihat ibuku sedang berbicara dengan seorang siswa seolah ibu mengenal baik anak itu.
"Dia siapa lan?, cakep juga" Diana bertanya padaku
"Itu Bintang, anak baru disekolah kita" suara dimas membuat aku dan Diana menatapnya seolah ingin kejelasan lebih lanjut.
"Gue gak tau lagi lan, cuman itu aja. Dia baru masuk hari ini" terang Dimas.
"Ihhh... kalo kasih informasi jangan setengah-setengah dong!" Diana memarahi Dimas.
"Kamu juga, ngapain sih pake ngomong-ngomong dia cakep. Cakep juga aku!" Balas Dimas yang sejak tadi kesal melihat Diana yang terkagum melihat anak baru itu.
Terlihat ibu sudah selesai berbicara dengan anak itu dan tanpa sengaja melihatku.
Aku yang melihat tatapan ibu hanya diam saja dan kembali berjalan.
"Duh, kalo gini gue sama Dimas duluan ya.." Diana mengajak Dimas pergi agar aku bisa leluasa berbicara dengan ibu.
"Nak.. kenapa lagi? kemarin kamu bolos kemana?" Tanpa basa-basi ibu langsung bertanya.
"Kesana" Jawabku dingin.
"Kesana kemana?"
aku hanya diam.
Ibu memegang pundakku dengan kedua tanganya.
"Nak.. apa harus ibu datang ke sekolah terus menerus karna kamu berbuat yang tidak seharusnya?. Apa bisa kamu tolong ibu meringankan beban ibu nak..?" Mata ibu berkaca-kaca.
Seketika aku membenci ayahku yang dengan tega berselingkuh dan meninggalkan kami berdua.
"Maaf" Kataku singkat.
"Iya, ibu maafkan. Kalau gitu ibu pulang dulu kamu lanjutin kegiatanmu di sekolah"
Saat ibu hendak melangkah, aku seolah menahanya.
"Bu.." Suaraku lirih.
"Iya kenapa nak?"
"Dia siapa?, kok ibu seperti kenal dengan orang tadi" Aku ingin mengatakan itu. Tapi lidahku terasa kaku untuk bertanya padanya. Ah sudahlah...
"Gak bu, hati-hati" Kataku dengan nada dingin dan segera meninggalkan ibu menuju kelasku.
Aku melewati lorong kelas untuk menuju kelasku, Parasku yang tergolong cantik membuat beberapa siswa mencoba menyapa meski tak pernah ku respon.
Langkahku berhenti karna terhalang beberapa siswi yang sedang berdiri didepan kelas 10-3 seperti sedang mempertontonkan sesuatu. Jarak kelas 10-3 dengan kelasku 10-4 tidak jauh. Tentunya bersebelahan. Untuk menuju kelasku aku harus melewati kelas 10-3.
"Ya ampun cakep banget sih"
"Kaya opa opa korea itu loh"
mereka berbicara seakan-akan yang mereka lihat adalah seseorang yang sangat tampan.
Aku dengan paksa menerobos gerombolan itu. Terlihat wajah wajah tak senang menatapku dan berceloteh bahwa aku mengganggu mereka.
Lagi-lagi tak ku gubris.
Aku segera masuk ke kelasku dan duduk. Diana dan Dimas langsung mengurubungiku seperti lebah yang mengelilingi ratu-nya.
"Nyokap lu bilang apa?, lu gak di omelin kan?" Diana penasaran.
"Aduh, udah deh. Lu berisik banget deh dari tadi"
"Yaelah Lan, kan gue penasaran"
"Dah sana sana. gue mau tidur bentar"
"Yaudah deh.. nanti cerita ya Lan" Suara diana kecewa
Saat mereka hendak beranjak dari dekatku tiba-tiba kelas menjadi Gaduh.
Aku yang acuh tetap saja merebahkan kepalaku di atas meja dan memjamkan mataku hingga terdengar suara langkah seseorang berhenti didepan mejaku.
"Hi Bulan" Suaranya menyapaku.
Aku terbangun dengan lesu dan sedikit terkejut mengetahui anak baru yang tadi berbicara dengan ibuku berdiri didepanku sembari mengulurkan tanganya ingin berjabat tangan.
Siapa dia?, kenapa dia begitu?