Tanganya menarik tanganku menjauh dari Bagas. Menjauh dan semakin menjauh hingga sampai di parkiran Coffie box.
"Lepasin!" kataku sembari melepaskan paksa tanganku
Dia berhenti dan menatapku.
"Maaf"
Aku hanya diam saja sembari memegangi tanganku yang sedikit merasakan sakit karna tanganya memegang tanganku dengan keras.
"Tangan kamu sakit?, maaf ya aku gak sengaja"
"Hemm" Jawabku singkat.
aku hendak masuk kembali ke dalam, ingin mengajak Diana pulang.
"Jangan!" katanya sedikit triak.
Aku berbalik, dan menunjukan wajah sedikit bingung.
"Maksutku jangan kesana. Bukanya orang tadi masih di dalam?"
"Maksutmu Bagas?"
"Bagas apa bambang apa budi ya pokoknya orang yang tadi menyebalkan"
Bicaranya membuatku tertawa.
"Apanya yang lucu?"
"Aku yang diolok-olok, kenapa kamu yang marah?"
"ya.. bukan begitu, pokoknya aku gak suka liat orang model begitu"
"ngomong-ngomong kamu cantik kalo senyum"
Entah kenapa ada rasa malu yang timbul setelah mendengar itu.
"Oh ya, maaf waktu itu aku sedikit dingin"
"Yang mana?"
"Yang waktu..."
"Oh ya, yang waktu aku ke kelasmu?"
"Maaf ya.."
"Iya, aku juga maklum. Aku orang Asing jadi wajar kamu begitu"
"Hemm.. iya"
"Tapi apa aku benar-benar asing ya?"
"Maksutmu?"
"Ah tidak, kalo gitu aku ulang ya. Namaku Bintang" sembari mengulurkan tangan.
Kali ini tanganku menyambut tanganya.
"Bulan.." Kataku pelan
"Kalo begitu sekarang kita berteman kan?"
Belum sempat aku menjawab suara Diana memanggilku.
"Bulan !!! bulan... " Triak diana sembari menghampiriku
"Eh ada si ganteng Bintang. Kalian ngapain disini?"
"Oh engga.. kita.." Bintang hendak menjelaskan
"gue tadi cari angin trus gak sengaja ketemu Bintang. Yuk pulang, takut nyokap marah gue pulang kemaleman" Aku segera menarik tangan Diana beranjak pergi.
"Dah Bintang..." Suara Diana mengakhiri pertemuan kami.
Kami mesuk ke mobil Diana dan tentunya sudah ada Dimas di dalam.
"Ngapain sih lama banget?" Suara Dimas sedikit kesal
"Dim.. tau gak, tadi Bulan abis ketemuan tau sama Bintang"
"Haah??? serius?"
"Apaan sih, gak usah pada bergosip deh" Aku kesal karnanya.
"Hahahaha. Di liat deh, baru pernah Bulan ngomel begitu" Dimas melanjutkan ketawanya dan tentunya disambut oleh riuh tawa Diana.
"Heh !! udah... kita mau pulang apa engga?. kalo gak, gue mau naik taxi !"
"Hahahaha, iya iya. kita pulang nyonya" Seru diana sembari menghidupkan mesin mobilnya.
Aku memjamkan mata dan terdiam. Memikirkan kejadian yang baru saja ku alami.
Sebenarnya dia siapa, Bintang itu siapa. Mengapa dia seperti hantu yang slalu tiba tiba saja muncul.
Tapi.. kalo dipikir-pikir dia manis juga. Ah.. apaan sih kenapa jadi mikir kaya gini sih.
Tak sadar akupun tertidur.
"Engga !! Aku gak bisa terima mas kamu giniin aku!. Keluar kamu keluar !!" Mama melempar barang-barang papa keluar.
"Liora.. maafin aku li, aku khilaf li.. aku mohon" Papa berlutut di halaman rumah.
"Aku gak nyangka kamu bisa selingkuh, aku gak nyangka kamu bisa setega itu sama aku dan Bulan mas. pergi !!!"
Dengan langkah gontai papa pergi menjauh dari pandangan mama.
"Papaaaa...!!!" Aku yang melihatnya tak mau papa pergi, aku hendak menahanya.
Namun mama memegangiku dengan kencang.
"Mama..papa ma.. mama papa !!!! jangan pergi.. jangan!! teriakku sembari menangis.
"Jangaaannnn!!!"
"Lan.. lan.. bulan, bangun lan"
Aku tersigap bangun, ah ternyata itu mimpi.
"Lu ngigok apaan lan?"
"Engga.."
Aku segera turun dari mobil.
"Kalian berdua hati-hati dijalan, gue masuk dulu" Kataku sebagai ucapan terakhir sebelum masuk ke dalam rumah.
Langkahku sedikit tak seimbang karna belum sepenuhnya sadar dari rasa ngantuk.
"Mama... bulan pulang"
"Duh, kok ngantuk gitu lan.. tadi gmn? seru ya, cerita dong sama mama"
"Apaan sih ma, biasa aja. Dah ya.. Bulan ngantuk mau tidur"
Mama hanya senyum sembari menggelengkan kepalanya.
Ku lirik jam dinding di kamar yang menunjukan pukul 11 malam. Aku segera berganti baju dan segera tidur.
Tiba-tiba Hp-kuberbunyi tanda pesan masuk.
"Selamat tidur ya, ini nomorku. Bintang"
Dengan sayup mataku membacanya, sekali dua kali ku baca.. sampai akhirnya aku menyadari sesuatu.
"Hahh??? darimana dia tau nomorku !!!"