"Kringgggggggg !!!!!!!!" Bunyi Jam weker-ku
"Ah brisik !" Tanganku mencari-cari jam itu yang letaknya di meja samping tempat tidurku.
Dengan mata sayup aku merubah posisiku yang tadinya tidur menjadi duduk. Aku diam sejenak dan sedikit membuka mataku perlahan. Ketika ku rasa nyawaku sudah terkumpul penuh aku beranjak dari tempat tidur dan membuka jendela kamarku lebar-lebar agar udara segar dan cahaya matahari dapat masuk ke kamarku lalu berbegas mandi karna harus berangkat ke sekolah.
Hampir setiap bagun pagi aku tak pernah melihat mama, itu karna mama orang yang sangat sibuk yang mengharuskan ia berangkat kerja pagi buta.
Setelah selesai mandi aku menghidupkan speaker aktif yang terhubung dengan Box Music Playerku yang secara otomatis akan memutarkan lagu-lagu dan band kesukaanku seperti Paramore ataupun Muse.
setelah memakai seragam aku bercermin sembari menyisir rambutku yang panjang hampir menyentuh pinggangku. Aku melirik salah satu penjepit rambut dengan aksen pita maron dimejaku dan mencoba memakainya.
"Ah konyol !" Kataku sembari mencopotnya kembali
Ku langkahkan kakiku menuju ruang makan. Seperti biasa aku membuat sarapan sendiri.
Sambil diiringi lagu Paramore yang berjudul "Playing God" yang terdengar keras meskipun speakernya berada di kamarku, aku membuat sarapanku sendiri. Nasi sudah mama buatkan untukku, aku hanya tinggal menggoreng telor mata sapi untuk lauk-nya saja. Oh ya, aku tak suka roti dan aku lebih suka mengisi perutku dengan setumpuk nasi. Rasanya lebih nyaman saja diperutku, kalian seperti itu juga?, kalau iya kita satu team.
setelah selesai sarapan aku mematikan musik di kamar dan pergi meninggalkan rumah tak lupa untuk mengunci pintu.
Hp-ku berdering, ku ambil perlahan dari saku bajuku. Muncul gambar Diana disana dan tulisan Buntut menyertai, iya.. betul.. nama Diana di Hp-ku Buntut sesuai denganya yang slalu membuntutiku dan tidak terkecuali hari ini.
"Hallo?, Bulan? hallo??"
"Iya ngomong aja gw denger"
"Bisa gak sih angkat telepon itu kaya orang pada umumnya say hallo gitu, jadi kan gw paham lu angkat dan sinyalnya juga bagus. kalo diem aja kan gw pikir signal lu jangan jangan jelek jadi gak bisa denger gw"
"Ribet, ada paan sih"
"Bentar lagi gw sampe rumah lu, tunggu ya kita bareng ke sekolah"
Telepon itupun mati sebelum aku menjawab.
Aku yang sedang berjalan menuju tempat pemberentian Bus kembali berjalan ke arah rumahku. Syukurnya belum terlalu jauh.
Dari kejauhan terlihat mobil Diana yang yang berwarna merah mencolok itu.
"Lain kali ngomong dari semalem kalo mau bareng" Kataku dengan muka datar.
"Hehehehe, iya iya maap. Yuk ah naik gak baik loh pagi-pagi udah cemberut" Diana mencoba membuatku bersikap lebih baik denganya.
Aku masuk ke mobilnya, duduk disampingnya dan betapa terkejutnya aku melihat banyak barang-barang dibelakang.
"Ini mobil apa tempat sampah?" Aku berbicara sambil masih melihat sekeliling ruangan mobil Diana.
"Oh, itu.. iya gw lupa beresin. Tar aja pembantu gw yang beresin"
Aku hanya diam tanpa menjawab.
Diana segera melajukan mobilnya.
Sekitar 20menit kami sampai di Sekolah, Diana mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan cepat sampai membuat kita lebih cepat sampai di sekolah.
Diana memarkirkan mobilnya di parkiran kepala sekolah. Entah apa yang ada di kepalanya. Yang jelas guru ataupun kepala sekolahpun segan menegurnya, mereka takut dengan orang tua Diana yang menjadi penyumbang dana terbesar untuk kemajuan sekolah ini.
"Yuk turun" Katanya
"Gila lu ya" Aku mencoba mengingatkanya agar sedikit mengerti sopan santun.
"Ah biarin aja. Masih banyak parkiran lain tuh" Jawabnya sambil tersenyum yang tentu saja tak ku balas senyum itu.
"Yuk ke kelas" Tanganya menggandengku dan kami berjalan menuju kelas.
Dimas entah darimana tiba-tiba saja sudah muncul di depan kami yang sebentar lagi sampai di pintu kelas.
"Ah.. makin cantik" Katanya sembari melihat Diana
"Makasih.." suara Diana menjawab sembari tersenyum.
"Ah.. makin.. makin aneh" Katanya sembari melihatku.
"Awas" Ku singkirkan Dimas dari hadapanku dengan cara mendorongnya.
Ku percepat langkahku menuju tempat duduku, ku lihat ada sebuah coklat yang terletak disana. Ku ambil dengan bingung, ku tanyakan teman-temanku yang berdiri dekat dengan mejaku satu persatu tentang siapa yang meletakkan coklat disini. Namun mereka semua tidak tau.
"Itu Bintang tadi yang taro" Kata Dimas yang sedang berjalan bersama Diana ke arahku.
"Hah? Bintang?" Diana tampak terkejut dan bingung mendengar ucapan Dimas.
"Ngapain lagi si ni anak, sok sok-an kasih coklat. Buat apa coba, gak guna" Pikirku.
"Nih buat lu" ku lemparkan coklat itu ke arah diana dan dengan tepat dia dapat menangkap coklat itu.
"Yaudah kalo gak mau, buat gw aja deh bintangnya" Kata diana sambil senyam senyum.
"Apa ?!!" Dimas tak percapa mendengar Diana berbicara seperti itu.
Tak lama Guru-pun masuk, kegiatan belajar mengajarpun dimulai. Kami duduk di kursi masing-masing.
Pelaran matematika adalah pelajaran kesukaanku, ini membuat jam serasa cepat berlalu dan tiba-tiba sudah berganti dengan mata pelajaran lain lalu bel istirahat berbunyi.
"Gw laper.. makan yuk" Ajak Diana.
"Sama Dimas aja sana. Titip minuman" Jawabku
"Ah gak seru nih, ayo dong Lan" Rengeknya.
Aku hanya menghela nafas panjang lalu mengikuti kemauanya, tentu saja Dimas juga ikut. Kami bertiga sampai disebut Geng, padahal bukan seperti itu.
Sesampainya di kantin Diana langsung mengarah ke tukang Bakso. Dia memang sangat suka bakso.
"Gw yang traktir" Katanya
"Ihh Dimas, baik deh" Suara Diana dengan manis
"Makasih kek" Dimas melirikku
"Hemm" jawabku singkat.
Kami segera mencari tempat duduk yang sebenarnya kantin sudah penuh, namun lagi-lagi ketika Diana yang ingin duduk tentu saja yang lain harus mengalah dan pergi dari kantin.
"Duduk Lan" Diana mempersilahkan ku.
Disinu terlihat Diana menjadi Bos dari semua makhluk di seolah dan Aku Bos dari Diana. Padahal lagi-lagi bukan seperti itu. Aku juga tak bisa menjelaskan ke setiap orang yang menganggap kami seperti itu.
"Lan, sebenernya lu sama Bintang itu gimana sih?, kok bisa dia ngasih lu coklat segala" Tanya Dimas penasaran
"Kalo gw tau alasenya gak mungkin coklatnya gw kasih Diana" Jawabku lugas.
"Iya juga ya" Kata Dimas sambil menggaruk-garuk kepala
"Boleh gabung?" Suara seseorang yang berdiri di belakangku.
Dimas dan Diana menatap seseorang itu dengan tatapan terkejut. Aku menatap kedua temanku ini dan akhirnya menghadap ke belakang mencari tau siapa gerangan yang berdiri di belakangku.
Dan.. akupun mengikuti mimik muka yang sama seperti Diana dan Dimas. Terkejut karna itu Bintang.