Chereads / PILIHAN TERSULIT / Chapter 5 - Dilema (5)

Chapter 5 - Dilema (5)

Setelah tertawa lepas Sean mengetikkan jawaban balasan pada untuk Aira.

Sean Leandro

Tentu saja karena aku adalah suami masa depanmu.....dan dirimu hanya milikku πŸ˜™πŸ˜™πŸ˜™

Aku telah tertawan olehmu Aira 😍😍😍 mimpikan diriku malam ini.....my love...

Setelah mengirim pesan tersebut Sean hanya tersenyum bahagia membayangkan bagaimana reaksi Aira.

"Tring" notifikasi masuk dan Aira segera membukanya dan membaca serta merta dia terkejut dengan pesan chat dari si Tampan Sean menggunakan emotikon yang sangat mengejutkan baginya, tidak seperti Sikap dingin yang biasa di tunjukkan pada kalayak umum.

Aira setelah makan malam bersama keluarganya dia masuk kekamarnya dan membaringkan diri sambil mengotak atik hpnya.

Tanpa dia sadari, Aira mengetik sesuatu di laman chatnya dengan Sean dan menekan tombol send dan isinya adalah....

Aira Zevanya

Good night handsome nice dream.....and sleep well....

Aira terkejut dengan tangannya yang sudah menekan tombol send karena kata katanya akan membuat yang membacanya menjadi besar kepala merasa di perhatikan olehnya.

Sean mendengar suara notifikasi di hpnya dan melihat ada pesan masuk dan dia jadi berbunga bunga karena mendapat pesan sebelum bobok malam yang panjang.

"Airaku yang cantik tunggu aku besok pagi akan menjempumu" ucap Sean dalam hatinya.

Akhirnya Sean tertidur lelap hingga pagi menyongsong dengan sinarnya yang cerah menyapa dunia ini.

Sean bersiap untuk berangkat merja dan juga ingin menjemput Aira dan mengantarnya ke kampus sebelum dia ke kantor.

Asisten yang merangkap sebagai sopir pribadinya datang dengan membawa beberapa berkas yang harus di kejakan Sean nanti di kantor.

"Tuan ini adalah berkas yang harus selesai hari ini dan besok tuan harus menghadiri pertemuan dengan pak menteri luar negeri" ucap Billy sang Asisten.

"Ok sekarang kita merumah Aira dulu aku ingin memulai hariku dengan mmandang wajah cantiknya yang imut" Sean melangkah keluar dari rumah.

Mobil berjalan keluar dari mansion Sean dengan kecepatan sedang menuju kediaman keluarga Aira.

Saat itu Aira sudah bersiap untuk mngajar kkampus seperti biasa sesuai jadwalnya dia mengajar dalam satu minggu dia ada jam di hari senin sampai jum'at sisanya dia libur di akhir pekan.

Aira sudah siap dengan melihat pantulan dirinya di cermin di dalam kamar pΕ•ibadinya, setelah dirasa sudah sesuai dengan yang di inginkan dia keluar dengan sepatu heels yang sedang dan tas yang melengkapi penampilannya.

Aira menuruni tangga menuju uang tengah di mana meja makan sudah siap dengan hidangan yang bergizi sudah tertata rapi.

"Pagi Ma Pa Kakak tersayang?" sapa Aira sebelum menempati tempatnya.

"Ting tong....ting tong...." terdengar bunyi bel mmbuat penghuni tertegun siapa yang bertamu sepagi ini???.

Seorang pelayan membukakan pintu dan melihat seorang pria tampan dan bertanya "Tuan mencari siapa?".

"Saya mencari Nona Aira Cantiknya ada Bi?" Sean berkata dengan bibir tersenyum dan membawa sebuket bunga di tangannya.

"Ah... tunggu sebentar, Nama tuan siapa?" Bibi bertanya sebelum meninggalkan Sean untuk memberitahukan kepada majikannya.

"Nama saya Sean Bi" jawab Sean singkat.

Setelah mendapat jawaban Bibi masuk kembali dan berkata pada tuannya di meja makan "Tuan Sean mencari Nona Aira".

"Uhuuk... uhuk...uhuk..." Aira tersedak makanannya mendengar nama yang disebutkan oleh Bibi tadi.

"Sean Bi... Persilakan dia masuk dan antar kemeja makan untuk sarapan bersama kami" perintah Zain Papa Aira.

"Baik Tuan..." Bibi kembali kedepan dan mempersilakan masuk dan bejalan menunjukkan keberadaan semua anggota keluarga berada.

"Pagi Pak Zain... dan Ibu Sonya...Ah juga Kak Malvino serta Aira cantik" sapa Sean dengan ramah serta senyum tulusnya.

"Ah Sean silakan duduk kita sarapan bersama" sambil menunjukan tempΓ t kosong di sebelah Malvino dan berhadapan dengan Aira.

"Terima kasih" jawab Sean tidak menolak kebetulan dia juga belum sarapan, jadi tidak menolak rezeki dari tuhan.

"Deg deg....deg deg.... deg deg...." tiba tiba saja jantung Aira tidak bisa di kontrol berdetak sembarangan.

Pandangan keduanya bertemu dan saling mengunci dan mereka bagai di dunianya sendiri.