Mereka berdua berada di dunianya sendiri saat ini bahkan ketiga orang yang berada di sana bak tak terlihat.
Aira dan Sean membeku dalam pandangan masing masing terhadap sosok di hadapan mereka masing masing.
"Ehem...ehem...." dehaman Malvini menyadarkan keduanya dan suasana menjadi canggung, untuk itu Malvino betanya "Apa kamu tidak berangkat kerja ini sudah sedikit siang Aira?".
"Tak apa kak Aira masih banyak waktu hingga jam kedua nanti baru Aira mengajar" jawab Aira dengan lembut tanpa mengakihkan pandangan dari Sean.
Sean hari ini dia tampak lebih menawan dari kemarin awal pertemuan mereka di kantor Baskoro paman dari Sean.
Mereka mulai melanjutkan makan agar segera menyelesakan sarapan dan mulai dengan aktifitas masing masing.
"Apa kalian akan berangkat bersama? atau sendiri sendiri?" tanya Zain Papa Aira.
"Saya àkan mengantar Aira sampai kampus dan nati saat pulang Saya hendak mengajaknya jalan jalan dan makan malam apakah Anda memberi ijin?" Tanya Sean dengan tegas dan berani.
"Lakukan àpa pn mau kalian asal jangan pulang terlalu larut" Zean memberi peringatan pada keduanya.
Sarapan telah selesai dan mereka semua keluar dàri ŕumah menuju temoat mereka kerja masing masing
Sedangkan Aira sydah berada di dalam kendaraan Sean yang mewah dan elegan,melaju mènuju kamus tempat Aira mengajar.
Mobil Sean berhenti di depan loby kampus dan Aira turun dengn penuh keanggunan Aira mengucapkan "Terima kasih telah mengantarku Mas".
"Tak apa Aku malah senang bisa mengantarmu karena Aku bisa menikmati waktu bersamamu walaupun hanya sebentar, andaikan kita selalu bersama Au pasti sangat bahagia" Sean berkata dengan penuh semangat serta binar di matanya.
"Aku masuk dulu kalau begitu sampa nanti....!!?" Aira mulai membuka pintu mobil namun hal itu terhenti karena, Sean menarik lengannya dengan cepat hingga keduanya begitu dekat dan perlahan Sean mendaratkan bibirnya untuk kedua kalinya.
"Cuuuupmmm..." kecupan yang lembut dan membuat keduanya terbuai dan terlena untuk beberapa saat.
Untung saja kaca mobil Sean gelap dan tidak terlihat dari luar, kalau saja tidak betapa malunya Aira jika sampai dilihat banyak orang.
"Masss....haah...hah.... sudah ini di kampus jangan buat aku malu di depan para muridku" Aira tersengal dengan nafasnya karena ciuman Sean yang mulai menunjukan sikap posesifnya yang mendominasi.
Keduanya saling membersihkan bibir lawannya dengan ibu jari mereka masing masing, walaupun masih terlihat dengan membengkaknya bibir mereka karena saling menghisap dan menggigit kecil.
"Nanti kamu pulang jam berapa Aku akan jemput kamu disini?" Sean bertanya kapan waktu mengajar Aira berakhir hari ini.
"Eeemmm..... Aku selesai pukul 2 siang nanti Mas" jawab Aira singkat padat dan jelas.
"Oke akan ku jemput sekalian kita makan siang bersama sebelum pulang"
Sean berkata dan mengecup kening Aira sebagai tanda rasa sayangnya.
"Baiklah Mas Aku akan menunggumu tapi jika Mas sibuk kasih kabar ya" Aira memberanikan diri memberikan balasan kecupan singkat di pipi Sean dan bergegas pergi dan melambaikan tangannya.
Setelah melihat Aira masuk kedalam kampus dan menghilang Sean melanjutkan perjalanan menuju kantornya.
Aira sudah mencapai pintu di mana kantornya berada saat masuk kedàlam begitu menyesakkan mengingat kejadian yang telah membuatnya merasa tidak nyaman dengan berbagai kado di atas meja yang Aira tahu siapa yang telah mengirimnya.
Ya dia adalah Adrian yang merupakan teman sekaligus rekan dosen yang mengajar di kampus yang sama dengan Aira namun berbeda mata pelajaran yang di ajarkannya.