09 | M E M B U R U
V I N C E N T
( P A R T 3 )
***
Reinhard membantu Alexis membalut lukanya dengan perban dan semacam cairan medis yang bisa menghentikan pendarahan. Meski pendarahannya sudah teratasi, namun kelelahan setelah bertarung rasa sakitnya masih bisa dirasakan.
Baik Alexis maupun Reinhard sama-sama berada dalam keadaan kurang baik untuk melanjutkan pertempuran. Mereka berdua memutuskan untuk menunggu Daniel di mobil.
"Aku tak menyangka makhluk-makhluk menjijikan itu bisa berubah menjadi werewolf. Aku tahu dunia ini memang sudah sama dengan kiamat, namun yang tadi itu lebih parah dari kiamat. Apakah para vampire juga memiliki tim khusus penelitian?"
Reinhard menyalakan ujung batang rokok dengan pemantik, menyesap asap nikotin itu ke dalam paru-parunya dan mengeluarkannya melalui pernapasan yang semakin lama semakin menenang. "Vampire tidak bodoh, dan mereka juga ras yang lebih tua dari manusia. Mungkin pengetahuan mereka juga lebih tinggi dari kita."
"Hey, berikan padaku juga, dari dulu aku ingin mencobanya." pinta Alexis yang berusaha mengambil batang rokok yang berada di antara jari telunjuk dan jari tengah Reinhard.
"Beli sendiri." balas Reinhard menanggapi permintaan Alexis.
"Ayolah, jangan pelit!"
Reinhard terdiam sejenak. Setelah memikirkannya dalam waktu cukup lama, ia pun memberikannya pada Alexis. Gadis itu mencoba menyesapnya, mengikuti apa yang Reinhard lakukan sebelumnya.
"Uhukk ... uhukk ... "
Alexis terbatuk dan mengembalikan batang nikotin itu kepada Reinhard yang terkekeh melihatnya. "Kenapa kalian para lelaki menyukai sesuatu yang tidak enak seperti itu?"
Reinhard tak menjawabnya, sementara Alexis masih terbatuk sesekali.
Setelah menghembuskan asap kenikmatan dari pernapasannya ke udara, Reinhard menatap langit malam dengan tatapan yang sulit diartikan. "Sepertinya jalan ke depan akan semakin sulit."
Alexis menoleh, "Memang dari awal tidak pernah mudah, kan? Aku pernah meminta Daniel untuk mengubahku menjadi vampire juga agar aku memiliki kekuatan lebih, tapi aku malah berakhir dibentak. Dia benar-benar marah saat itu, jadi aku tak akan memintanya untuk kedua kali."
"Ngomong-ngomong ... " ucap Reinhard gantung yang membuat Alexis menunggu kelanjutannya. "Apa yang akan terjadi pada Mikaela."
"Mika? Memangnya ada apa dengan dia?"
"Kau tahu. Daniel adalah vampire walaupun dulunya manusia. Dengan statusnya sebagai vampire, dia bisa hidup abadi jika tidak mati di medan pertempuran. Sedangkan Mikaela, dia tidak akan bisa hidup selama Daniel."
"Aku juga tahu hal itu. Tapi, kenapa kau membahasnya?" tanya Alexis penasaran.
Reinhard kembali menghembuskan asap nikotin dari saluran pernapasannya. "Aku hanya penasaran, apakah Daniel akan mengubah Alexis jadi vampire juga atau tidak."
"Mmmm ... entahlah. Daniel memang tidak pernah bisa ditebak." balas Alexis sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil.
Di sisi lain, lebih tepatnya di dalam mansion, pertarungan Daniel masih berlanjut. Seluruh vampire di lantai bawah dibantai habis oleh Daniel dengan sangat cepat. Ia bahkan tak butuh tenaga lebih karena pedangnya bisa membunuh siapapun meski hanya dengan goresan kecil.
Di lantai bawah, ia menemukan tiga orang gadis manusia yang keadaan fisiknya sudah lumayan mengenaskan. Dua di antaranya bahkan tak bisa berjalan. Daniel menyuruh mereka menunggu di tempat mereka berada. Saat pertempurannya selesai, ia akan menyuruh orang-orangnya untuk membawa para gadis yang dijadikan 'ternak' oleh Vincent itu ke rumah dan merawat mereka.
Daniel naik ke lantai dua mansion yang seluruhnya memiliki empat lantai itu.
Ada belasan vampire dan ada terlihat satu vampire tingkat atas di sana. Seperti dugaan, tak butuh waktu yang lama bagi Daniel untuk menghabisi mereka semua. Bahkan untuk vampire tingkat atas. Begitu juga di lantai tiga, meskipun ada lima vampire tingkat atas yang menghadangnya secara bersamaan.
Kekuatan Daniel yang dapat memanipulasi waktu--lebih tepatnya menghentikan waktu--selama empat detik itu memberikan keuntungan yang sangat besar di setiap pertempuran yang ia jalani. Meskipun hal itu tak bisa terus ia gunakan, karena [cooldown] dari kemampuannya itu sekitar tiga puluh menit. Jadi, Daniel hanya bisa memakai kemampuan menghentikan waktunya setiap tiga puluh menit sekali.
Daniel pun tiba di depan pintu di lantai paling atas.
Ia bisa merasakan keberadaan dua aura yang sangat kuat dari balik pintu. Satunya mirip dengan aura Vincent, namun ia tak tahu siapa satu lagi.
Daniel tak ingin berlama-lama dengan rasa penasarannya. Yang ia lakukan adalah mencaritahu siapa pemilik aura kuat tersebut selain Vincent.
Brakkk ...
Pintu besar itu tumbang dengan satu kali tendangan dari Daniel. Di dalam ruangan, terdapat dua orang yang duduk di kursi masing-masing, sambil salah satu tangan mereka memegang segelas wine.
Vincent menoleh ke arah Daniel dan menyunggingkan senyuman. "Sudah kuduga, bajingan yang memberontak pasti salah satu dari bangsawan. Dan benar saja, orang itu adalah kau, Sir Daniel Blakheart."
Daniel masih tak memperdulikan Vincent walaupun dia adalah target pemburuan kali ini. Namun yang lebih menarik perhatian Daniel adalah seorang pria yang duduk di dekat Vincent. Sebagai seorang vampire, Daniel bisa mengetahui siapa pria itu dalam sekali lihat.
"Werewolf." ucap Daniel sambil menatap tajam pada pria itu. "Bukan sekedar werewolf. Kau juga seorang alpha."
Pria itu tersenyum lebar.
Daniel berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Vincent yang notabenenya adalah vampire bangsawan duduk tenang sambil minum bersama seorang werewolf, terlebih dia adalah alpha, jendral dalam pack werewolf.
"Kau pasti terkejut, tapi memang beginilah adanya. Kenapa kau tidak ikut minum bersama kami?" tawar Vincent sambil menuangkan cairan wine ke dalam sebuah gelas.
Namun belum selesai ia menuangnya, Daniel sudah berdiri di belakang Vincent sambil menempelkan mata pedangnya di leher vincent. Vincent menyunggingkan senyuman lebar. "Sepertinya kau sangat tidak sabaran."
SRAAKKKK ...
Seorang ... mungkin lebih tepatnya seekor serigala berukuran besar mencoba mencakar Daniel dari belakang. Untungnya Daniel berhasil menghindar, walau punggungnya terdapat empat goresan kuku yang sangat panjang.
Dari balik bayangan, muncul seekor serigala lagi.
Kini Daniel terdiam di posisinya. Kedua serigala itu memiliki aura yang sama kuat dengan pria yang sedang minum dengan Vincent.
Daniel pun tersenyum, "Apa yang dilakukan tiga alpha werewolf di sini?"
Tiga werewolf berstatus alpha, ditambah seorang vampir tingkat bangsawan. Tentu saja, dalam hal ini Daniel berada pada posisi yang tidak diuntungkan. Ditambah, ia tak bisa memakai skill [Time-Stop] untuk tujuh belas menit kedepan.
Menghadapi tiga werewolf berstatus alpha sudah sangat merepotkan. Apalagi jika memperhitungkan Vincent, seorang vampire kelas bangsawan yang memiliki kemampuan untuk mengeraskan tubuhnya menjadi sekeras berlian, ditambah kemampuan regenerasi tubuh yang luar biasa.
"Sudah kubilang, kau terlalu tidak sabaran. Hei, bagaimana kalau kau ikut duduk bersama kami dan membahas bisnis bersama?" tawar Vincent untuk kedua kalinya.
"Sebenarnya, apa yang kau rencanakan?"
Vincent menegak cairan wine lalu bersandar pada kursi empuknya. "Sebenarnya, ketiga pria terhormat ini ingin mengudeta pemimpin mereka. Dan aku akan meminjamkan mereka kekuatan, sebagai gantinya aku akan mendapatkan hak untuk mengeksploitasi lima puluh persen dari jumlah manusia yang kini tinggal di wilayah kekuasaan werewolf."
"Pemimpin? Maksudmu raja para werewolf, Aaron Coldnight?"
Syuuung ... Clangg ...
Seekor werewolf menerjang ke arah Daniel dan mencoba mendaratkan cakarnya pada Daniel, namun untungnya Daniel berhasil menangkisnya dengan pedangnya. "Jangan berani kau sebut nama bajingan itu di depanku!"
"Hey, tenanglah. Jika kau sendirian, kau pasti tidak akan bisa melawan Daniel." ucap Vincent sambil menyunggingkan senyuman menyebalkan.
Werewolf itu pun melompat mundur dan kembali ke posisi semula.
"Oh iya, aku lupa. Kau adalah pemberontak, mungkin kau berada di pihak manusia, jadi aku tak bisa membujukmu." lanjut Vincent yang kini menatap pria yang duduk di dekatnya. "Meskipun kau kuat, tapi aku tak yakin kau bisa menghadapi tiga alpha sekaligus, bukan begitu? Dan melihat reaksimu dari serangan tadi, mungkin kau tidak bisa menggunakan kemampuan menghentikan waktumu untuk sementara. Jadi, jika kami bisa membunuhmu dalam waktu beberapa menit kedepan, kau bukanlah ancaman selain pedang-sekali-tebas itu. Benar kan?"
Pria yang tadinya duduk dengan tenang pun ikut berdiri dan berubah menjadi sebentuk serigala dalam waktu yang singkat. Vincent berdiri di belakang ketiga werewolf itu.
Daniel terdiam. Namun setelah beberapa saat sebuah tawa yang lumayan besar keluar dari mulut Daniel, membuat ketiga werewolf yang berencana untuk menghabisi Daniel pun kebingungan.
Vincent menyeringai, "Ada apa? Apa karena kau tahu bahwa ajalmu sudah dekat, kau jadi kehilangan akal dan tertawa seperti orang gila begitu?"
"Hahaha ... " Daniel terus tertawa.
Setelah merasa puas tertawa, ia pun menatap tajam ke arah Vincent. "Kini aku tahu, alasan kenapa kau bisa mendapatkan kekuatan werewolf untuk anak buahmu. Kira-kira, hadiah apa yang akan kudapatkan dari Sepiroth kalau aku menyerahkan kepalamu dan juga kepala tiga werewolf itu?"
"Sepiroth? Menteri kerajaan? Kau kira kau akan lolos begitu saja saat dia mengetahui bahwa kau adalah seorang vampire pemberontak?"
"Baiklah ... sudah cukup basa-basinya." potong Daniel yang kini menatap tajam pada seluruh lawannya. "Jika kalian memang ingin membunuhku ... "
Daniel menggantung ucapannya. Ia menyunggingkan senyuman yang sangat lebar, dengan sorot tatapan mata yang mengerikan, penuh dengan hawa membunuh. "Majulah."
Ketiga werewolf itu saling beradu pandang. Sedetik kemudian, mereka semua langsung menerjang ke arah Daniel.
Vincent yang melihat kejadian itu pun tersenyum puas. "Selamat tinggal, Sir Daniel Blackheart."
Pertempuran antara Daniel melawan tiga werewolf tingkat alpha dan seorang vanpire tingkat bangsawan pun tak bisa dihindari.