Di lobi Dungeon Luna, terlihat banyak wajah-wajah asing berjalan sambil mengobrol, mereka berkomunikasi dengan bahasa dari negara mereka masing-masing, menunjukkan betapa ramai dan populernya Dungeon Luna saat ini.
Tapi pemiliknya Dungeon itu sendiri Alan, hanya sedang duduk menyendiri di sofa di sudut lobi Dungeon, tidak ada yang menghampirinya untuk meminta saran ataupun mencoba untuk berteman dengannya, paling-paling hanya beberapa orang yang menyapanya sebagai sopan santun.
Sangat berkebalikan dengan sikap yang mereka tunjukkan 10 hari yang lalu, sebelum Alan pergi ke dunia lain.
Tidak hanya itu, karena Dungeon lain telah bermunculan dan berbagai konspirasi palsu yang menyebar di internet pandangan orang-orang mulai berubah, semakin banyak orang memilih berubah menjadi Dungeon People.
Rangking di ciptakan dan Para 'Ranker' lain pun mulai bermunculan.
Orang-orang semakin akrab dengan Dungeon, saran-saran yang Alan berikan maupun kesimpulan yang mereka ambil sendiri sudah menyebar di internet, inilah alasan mengapa tidak ada yang yang mencoba mencari saran dari Alan lagi.
Meskipun pergeseran serta perubahan bentuk benua membuat internet di beberapa daerah terputus, tapi pertukaran informasi masih bisa menyebar secepat dan selancar sebelumnya.
Orang lain mungkin belum bisa melihat perubahan kecil yang akan menentukan tren berikutnya, tapi bagi Alan bahkan jika ia hanya duduk di lobi, semuanya sudah terlihat dengan jelas, ia tahu situasi seperti apa di beberapa bulan ke depan.
Untuk jangka pendek tren ini akan baik seiring banyaknya orang yang menjadi 'pelanggan tetap' di Dungeon, sedangkan untuk jangka panjang tren seperti ini akan segera menurun dan Dungeon Luna tak akan pernah menjadi Dungeon terbaik di bumi.
Alan bisa merasakan, segalanya mulai melenceng dari rencana yang ia buat. Jika terus seperti ini situasinya hanya akan semakin kacau ketika 'Apocalypse' yang sebenarnya datang nanti.
Tentu Alan juga sudah memperkirakannya, terutama ketika ia mengambil keputusan untuk pergi ke dunia lain di saat-saat perubahan pada masyarakat mulai terlihat, bahkan jika dia tahu masa depan, beberapa detail kecil akan berubah berkat sayap kupu-kupu yang ia ayunkan.
Untungnya memperbaikinya juga tidak terlalu sulit, bahkan tanpa perlu melakukan brainstroming Alan sudah menemukan solusi untuk masalah kecil ini, sejak itu dilaporkan oleh Alfred Alan sudah mulai mengambil tindakan.
Dan Hari ini, rencana 'perbaikan' mulai di implementasikan.
Pertama, buat Dungeon maupun dirinya kembali Populer.
Menggunakan hubungan kontrak Alan menghubungi bawahannya.
"Alfred, apakah negosiasi sudah selesai sepenuhnya?"
Pembukaan Lantai 2 hanya salah satunya tapi bukan satu-satunya.
"Ya Master, Negosiasi kelanjutan sudah selesai di lakukan, mereka juga sudah mendiskusikan toko mana yang akan mereka pilih"
Saat Alan pergi ada beberapa 'pedagang' yang menghubungi Dungeon tertarik untuk menyewa tempat di lobi, dengan bertambahnya jumlah Dungeon dan penyerang Dungeon, para pedagang serakah itu tidak mungkin tidak memperhatikan prospek dari toko Dungeon ini.
"Bagus, langsung saja terapkan"
"Ya Master"
Tidak menunggu terlalu lama, getaran terasa di lobi, di dinding sisi kiri sebuah lorong tiba-tiba terbentuk, mengarah pada ruang lain.
Sedangkan Toko Ramuan Elvee yang ada dilobi di tutupi oleh sebuah 'korden' turun di depan toko tersebut, sisi-sisi korden kemudian menyatu dengan dinding di sampingnya.
Jika mereka tidak melihatnya secara langsung, mereka tidak akan pernah mengira sebelumnya ada toko di sana, 'korden' benar-benar 'menyatu' dengan dinding.
Orang-orang yang penasaran juga mencoba menyentuh 'korden' tersebut, terasa keras tidak berbeda dengan dinding yang lainnya.
Mereka kagum dan heran dengan perubahan yang mendadak ini, tapi mereka tidak terpaku terlalu lama, mereka segera menyusul sebagian besar orang yang masuk ke lorong baru terbentuk di dinding kiri Dungeon.
Meski sudah tahu perubahan apa yang dilakukan, Alan tetap mengikuti mereka seolah ia juga penasaran.
Di balik lorong adalah ruang lain, di mulai dengan sebuah jalan selebar 4-5 meter, dengan masing-masing sisi adalah toko-toko yang menjual berbagai macam barang.
Hanya ada beberapa toko yang sudah buka, diantaranya toko ramuan milik Elves sebelumnya, sebuah restoran, toko buah yang menjual buah-buahan yang tidak ada di bumi, toko pandai besi yang menyatu dengan toko baju yang menjual pakaian 'mewah' maupun pakaian 'pertarungan' dari kulit dan metal, toko gulungan sihir, sebuah bar, toilet, penginapan, serta beberapa toko dan fasilitas umum lainnya, memberikan pengunjung seolah mereka mengunjungi dunia lain.
Di ujung jalan ada sebuah taman dengan air mancur raksasa sebagai pusat, di tengah air mancur adalah hologram dengan 3 sosok yang kabur.
Tentu taman juga di sisi berbagai tanaman, berbeda dengan lobi utama yang menggunakan 'lampu' sebagai penerang, terusan lobi ini memiliki matahari tiruan yang menggantung di langit, hampir sama dengan matahari yang ada di lantai 1, perbedaannya matahari di lobi ini akan bergerak mengikuti waktu di luar. Jika di luar sedang malam, matahari di lobi juga akan menghilangkan dan di gantikan dengan formasi bintang-bintang yang akan membuat penyuka bintang terpaku kagum.
Seruan kagum segera terdengar di mana-mana, mereka semakin merasa kesan fantasi dari Dungeon.
Toko gaya abad pertengahan ini, alat-alat sihir ini, membuat semua orang tidak sabar untuk menjelajahi.
Orang-orang yang membawa kamera video untuk mencoba lantai 2 sudah mengangkat kamera dan melakukan tur, seolah melupakan tujuan awal mereka datang ke sini.
"Kerja bagus Alfred" Alan menghubungi Alfred.
Selain kerangka garis besar serta beberapa peraturan spesifikasi, semuanya di kerjakan oleh Alfred, termasuk negoisasi dan detail-detail lainnya.
Alan ingin melihat kemampuan mantan kepala pelayan bangsawan iblis yang satu ini, setelah melihat hasilnya dia cukup puas.
"Kontribusi terbesar ada pada kerangka yang master buat, hamba hanya seenaknya sendiri menambahkan detail-detail yang tidak penting"
Masih pandai menjilat seperti biasanya.
Alan cukup puas dengan bawahannya yang satu ini, terutama dengan kemampuan komunikasi nya, dia berhasil menegosiasikan banyak toko dengan keuntungan tertinggi.
"Beritahukan Tamara untuk bersiap pada Rencana berikutnya"
"Segera dilaksanakan, Master"
Kali ini jawaban standar yang biasa dan ada perasaan dingin yang tersembunyi di dalamnya.
Sepertinya Alfred masih belum melupakan perasaan kesal sebelumnya.
"Ya, bukannya aku peduli"
Alan tidak terlalu memikirkannya dan kembaki beejalan untuk melakukan 'tur' seperti orang lain, dia ingin melihat lebih detail perencanaan yang di buat Alfred.
Hingga sebuah suara yang tidak asing memanggilnya dari Arah lorong.
"Alan"
Sosok Pria 'kasar' melambaikan tangannya di kerumunan.