Itu adalah Pandu, dia benar-benar datang ke sini. Aku pikir dia masih sedikit trauma dengan kejadian yang menimpanya.
Aku mendengar dari Elaire bahwa Pandu, Rafli dan Rama mencoba mode Dungeon Survival tanpa ku, itu benar-benar sesuatu yang sangat nekad, atau mungkin aku mengemban sebagian kesalahan untuk kenekatan mereka.
Karena sedikit peminat aku biasanya mengajak mereka bertiga untuk mencoba mode ini, bisa di bilang untuk sedikit berolahraga untuk tidak membiarkan keahlian pedangku menjadi menumpul.
Perbedaan keahlian dan pengalaman bertarung antara aku dan goblin terlalu jauh, aku tentu bisa mengalahkan goblin-goblin ini dengan mudah. Tapi sepertinya tindakanku ini mengubah cara pandang mereka terhadap goblin.
Jangankan Rafli dan Rama, bahkan Pandu yang pada dasarnya orang yang berhati-hati masih akan memiliki rasa meremehkan terhadap goblin.
Mungkin Pandu sudah mencoba mengalahkan goblin tanpa jebakan di lantai 1, dan ia berhasil menang meski mengalami beberapa kesulitan.
Dia pikir di mode Survival akan sama, apalagi ada 3 orang di pihak mereka, secara alami mereka seharusnya bisa menyelesaikan mode ini.
Tapi mereka melupakan hal yang penting, mereka melupakan keterangan 'goblin yang dihadapi akan lebih kuat seiring dengan jumlah Penyerang Dungeon yang berpartisipasi', ya ini mungkin juga terkait perasaan meremehkan sebelumnya.
Sayangnya keterangan tersebut bukan hanya omong kosong, goblin untuk mode ini adalah goblin-goblin yang secara khusus di pilih, kebanyakan goblin ketika mati dan di bangkitkan akan di hapus ingatan kematian tersebut untuk menghindari Trauma, sedangkan goblin yang di pilih ini tidak pernah di hapus ingatannya hanya disegel untuk sementara waktu.
Ketika ada penyerang Dungeon yang mengajukan diri untuk menggunakan mode survival, salah satu Goblin khusus ini akan di bawa ke ruang independen bersama penyerang Dungeon, ingatan mereka akan kembali di buka.
Mereka akan mengingat kebencian terhadap manusia-manusia yang membunuhnya berulang kali, mereka akan mengingat hal-hal apa saja yang telah membunuh mereka.
Goblin-goblin ini memiliki 'pengalaman' sehingga mereka tidak mudah untuk di jebak dan bunuh, mereka juga memiliki 'dendam' yang menjadi keinginan kuat untuk menyerang membuat mode ini lebih sempurna untuk survival.
Pada awalnya aku membuat mode ini untuk melatih keterampilan bertarung sebelum Lantai 2 di buka, tapi hasilnya sepertinya aku terlalu melebih-lebihkan kemauan untuk menjadi kuat orang-orang di era saat ini, karena sedikitnya contoh keberhasilan, orang-orang jadi kurang minat.
Dan di mode sulit yang 'tidak populer' ini, hasil petualangan mereka sudah bisa di tebak.
Mereka memang berhasil keluar, tapi aku dengar itu 'sangat berdarah' di lobi. Saat mereka keluar mereka langsung mengunjungi toko ramuan di lobi sehingga mereka berhasil untuk melanjutkan hidup.
Menyaksikan Pria yang berjalan mendekat ke arahku, aku sedikit membuat penilaian ulang, dengan tangan memegang dagu aku mengevaluasi Pandu tanpa menyembunyikannya.
"Auramu berubah Pandu"
Pandu tertegun sejenak, baru kemudian tersenyum kepadaku.
"Mungkin"
Melihat jeda singkat pada reaksi Pandu sebelumnya, aku diam-diam puas.
Tentu perubahan sebenarnya tidak sebesar apa yang Pandu bayangkan, aku hanya ingin membuat Pandu sedikit lebih percaya diri lagi, membuatnya berpikir dia telah menjadi lebih kuat secara mental.
"Baiklah, mari bicara sambil jalan-jalan, terlalu banyak orang berdesakan di sini"
Aku bahkan bisa merasakan dorongan yang melewati bahu dan punggungku.
Pandu tidak menanggapi dan hanya mengikuti di belakangku.
Kami terus berjalan hingga sampai di pusat taman.
Di sebelah utara air mancur raksasa terdapat papan pengumuman, tanpa ada tulisan di sana, hanya ada angka urutan angka 1 sampai 100, terlihat seperti sebuah daftar yang masih kosong.
Kami berdua berdiri di sana menatap papan yang masih kosong seperti orang bodoh.
Sial, aku sengaja membiarkan Pandu untuk membiarkan dia yang memulai pembicaraan tapi dia malah masih tidak mengatakan apa-apa.
Apa maksudnya menatap pada papan kosong seperti ini? Aku mungkin bisa menebak pemikiran melalui ekspresi tapi jika Pandu terbengong seperti ini, apa yang bisa ku baca?
Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi di dalam Dungeon Survival, pada saat-saat seperti ini aku memiliki dorongan untuk memasang CCTV di Dungeon.
Pada saat itu aku mendengar sebuah panggilan yang dikirim dari koneksi kontrak.
"Master, seekor monster telah menginvasi Dungeon, apakah kau ingin aku yang membersihkannya atau Master memiliki rencana lain?"
Alfred sialan ini, dia mengajukan diri untuk membersihkan monster, apakah menurutnya aku tidak tahu kalau dia sedang berpura-pura?
Aku sebelumnya meminta dia untuk melaporkan jika ada invasi Dungeon, tentu sudah jelas aku memiliki rencana lain untuk monster ini, apakah harus di tanyakan?
"Tak Perlu aku akan ke sana, tunjukan saja koordinatnya padaku, juga minta siapa pun yang sedang berjaga di konter untuk memposting misi pembunuhan invader ini"
"Ya Master"
Baiklah, mari kita mulai sandiwara nya.
Aku kembali melirik Pandu yang masih menatap papan dengan ekspresi kosong. Kemudian melirik pada kamera video yang menggantung di pinggangnya.
Sepertinya orang gila masih orang gila, meskipun dia mengalami sedikit trauma, dia masih tidak bisa lepas dari keinginannya untuk menjelajah.
"Bayi kingkong, berhentilah murung, mari kita menjelajah Lantai 2, dan buat konten YouTube yang menarik"
Begitu kata-kata ini keluar, Pandu menatapku, dia memiliki ekspresi ragu-ragu di wajahnya, apa yang dia pertimbangkan lagi?
Ada banyak tebakan, tapi mari coba masalah yang pertama ini dulu.
"Jangan khawatir, aku kuat"
Pandu kemudian menatapku dan tersenyum, senyuman yang menunjukkan bahwa masalah telah selesai.
"Kau benar Alan, kau kuat, tak ada yang perlu di pikirkan lagi"
Aku bisa merasakan baik senyum dan kalimat yang ia katakan palsu, ia melakukannya hanya untuk menanggapi penghiburan yang kulakukan.
Aku melirik tangan Pandu, yang sesekali bergemetar.
"Tapi apakah kau tahu Pandu, bahkan aku masih ingin menjadi lebih kuat lagi, aku bahkan bertindak gila dan pergi ke dunia lain, tinggal di Dungeon berhari-hari mencoba Dungeon Survival seorang diri"
Ini bertentangan dengan karakter asliku, aku jarang bertaruh dan melakukan sesuatu yang nekad, jika ada 10 kesempatan aku mungkin hanya 1 kali nekad mengambil risiko, tentu aku juga sering melewatkan 'kesempatan manis' tapi aku tidak pernah menyesalinya, karena sifat pengecut dan berhati-hati inilah yang membuatku bertahan hidup selama 27 tahun.
Jujur aku tidak kuat, aku mungkin terkuat peringkat 666 tapi itu hanya karena pesaing kuat yang lain sudah mati, jika ini semua adalah game dimana tidak ada seseorang yang mati menurut perkembangan normal aku mungkin ada di peringkat 6-7 digit atau bahkan lebih banyak.
Tentu jika bertarung dalam kekuatan yang terakhir di capai, aku masih lebih kuat, lagi pula aku sudah mencapai tingkat Legenda, aku adalah sebuah eksistensi yang mampu memusnahkan negara besar hanya dengan 1 serangan. Sedangkan orang-orang yang mati itu tak pernah promosi kekuatan lagi dan akhirnya tertinggal oleh 'orang yang lebih lemah'.
Pandu adalah salah satu orang-orang seperti itu, meski dia sangat berhati-hati dalam semua hal yang menyangkut nyawanya, dia masih maniak alam liar, seseorang yang sangat suka menjelajah.
Secara Alami dia sering mendapat 'kesempatan manis', dia sebelumnya adalah juniorku tapi dalam waktu 2 tahun dia sudah menyusulku, dan dia juga meninggal 4 tahun setelah itu.
Karena itu, melihatnya mengalami 'trauma' tapi masih datang ke sini, dan kemudian mengingat sifatnya di masa lalu aku mulai mengerti alasan meragu-ragukannya.
Singkatnya bayi kingkong satu ini, tidak bisa menerima dirinya pulih terlalu cepat dari 'trauma'. Dia pasti membandingkan reaksinya dengan duo RR itu.
Aku bisa membayangkan dia langsung mengambil kamera setelah mendapat berita bahwa Lantai 2 telah di buka, tapi langsung balik lagi ketika mengingat dirinya seharusnya masih trauma.
Oh jangan bercanda, Aku bahkan ragu apakah dia benar-benar mengalami Trauma.
Kali ini tatapan Pandu benar-benar berfokus, seolah berusaha menebak apa yang sedang aku pikirkan.
Baru 5 detik kemudian dia tersenyum lega.
"Kau benar-benar orang gila, Lan"
"!!!" sial, apakah dia tidak berkaca betapa tidak pantasnya kata-kata itu keluar dari mulutmu?
Tapi entah bagaimana aku tidak menyangkalnya, meskipun aku tidak akan menganggapku diriku sendiri adalah satu spesies dengan orang gila seperti Pandu, tetap aku tidak menganggap diriku seperti orang normal di era ini.
Di masa kacau di masa depan, hanya orang gila, setengah gila dan orang aneh yang bisa bertahan hidup, bahkan jika sebelumnya mereka normal setelah mendapat tekanan dan keputusasaan yang begitu besar lama-kelamaan orang tersebut akan berubah dan memunculkan kebiasaan tidak normal.
Hanya karena era ini masih sangat damai, kegilaan dari setiap orang masih belum terbentuk atau terbangun.