Chapter 84 - Perubahan Luna

Dari layar Pemantauan, Alan menonton para Penyerang Dungeon yang sedang menjelajahi Lantai 2. Beberapa ada yang mati karena terlalu ceroboh, ada yang lari ketakutan, sedang bertarung dengan monster dengan susah payah.

Banyak layar terus di ubah oleh Alan, bergantian menonton Penyerang Dungeon yang berbeda, tapi ada satu layar yang tidak di ubah oleh Alan.

Layar itu menunjukkan temannya Andra yang sedang menjelajah bersama Timnya.

Jika di hitung dari waktu keberangkatan mereka telah melakukan penjelajahan di Dungeon selama 2 jam, selama mayat hidup itu mereka menemui beberapa mayat hidup dan bertarung dengan susah payah, mulai memperbaikinya hingga mereka berhasil menyusun rencana gaya bertarung baru untuk bisa membuat mereka bisa menghadapi mayat hidup dengan lebih mudah.

Sayangnya saat ini proses penyempurnaan lantai 2 masih belum selesai jadi selain mayat hidup mereka tidak akan bida menemukan monster lainnya, paling-paling hanya beberapa jebakan aneh seperti, dahan pohon yang tiba-tiba terjatuh, tanah padat yang saat di injak akan menangkap kaki seseorang, pohon yang dari kejauhan akan terlihat seperti sosok perempuan dll.

Meski masih belum ada banyak monster, dengan adanya jebakan Dungeon ini bagi penyerang dungeon lantai 2 pasti akan terasa lebih 'lengkap' dan lebih terasa seperti Dungeon dibandingkan lantai 1.

Ya lagi pula baik kemampuan keuangan dan kemampuan Alan sendiri berbeda dengan saat ia menyiapkan lantai 1.

Tetap saja meski terlihat 'Alan' Alan sebenarnya menggunakan budget yang lebih sedikit dibandingkan Lantai 1. Itu karena sebagian besar konten Lantai 2 ia ciptakan sendiri.

Seperti monster 'penjaga' lantai adalah hasil dari ritual pembangkitan menggunakan bola pingpong hitam yang ia panen setelah memanfaatkan formasi kota hantu.

Beberapa jebakan adalah formasi sihir skala kecil yang ia dan Alfred buat, memang formasi sihir yang telah dibuat Alan saat ini masih sedikit, jadi Alan membutuhkan system game Alan membuat formasi sihir itu akan muncul dan menghilang secara acak di dekat para penyerang Dungeon yang menjelajahi Lantai 2.

Biaya yang Alan habiskan hanya pada Tempat (habitat), Latar, pohon, hewan, Terrain/Medan, bahan-bahan untuk membuat formasi, serta beberapa fitur Dungeon lainnya.

Untuk Lantai 2 ini Alan tidak menyiapkan sebuah safe zone maupun mini balista, Alan ingin membuat Lantai 2 sebagai tempat untuk melatih teknik bertarung penyerang Dungeon.

Karena alasan inilah Alan menggunakan mayat hidup sebagai 'penjaga' Lantai 2. Monster tipe ini pada dasarnya tidak memiliki nafsu dan keinginan, sehingga cukup sulit untuk bisa di pancing dan dibunuh menggunakan jebakan, di tambah dengan tidak adanya safe zone ketika penyerang Dungeon ingin mengalahkan monster pertarungan frontal hannyalah satu-satunya jalan.

Meski Monster mayat hidup nantinya akan menjadi lebih kuat setelah ritual pembangkitan sepenuhnya selesai, Alan tidak berpikir akan ada banyak penyerang Dungeon yang meninggal di lantai, terutama setelah mereka di baptis dengan kemampuan untuk membunuh dan bertahan hidup di lantai 1, bahkan jika mereka tidak bisa mengalahkan monster mereka harus tahu kapan harus mundur untuk menyelamatkan diri.

"Lina, gantikan aku untuk mengawasi orang-orang ini, jika terdapat monster yang melebihi parameter 0,5 hubungi aku"

Alan belum pernah melakukan ritual pembangkitan seperti ini, ia tidak yakin apakah benar-benar hanya Undead tingkat rendah yang akan dibangkitkan, jadi untuk berjaga-jaga ia meminta Avatar Dungeon core untuk mengawasi.

Setelah mengatakan ini, Alan bangkit dari kursi bersiap untuk pergi.

"Di mengerti kak, tapi sebagai asisten Dungeon aku ingin mengingatkan Kakak bahwa namaku Luna bukan Lina, tentu aku tahu mengapa kakak akan membuat kesalahan seperti ini, lagi pula penampilan ini meniru Lina yang merupakan orang yang paling di sayang dalam ingatan kakak"

Bahkan setelah Luna mengatakan tapi Alan sudah menghentikan langkah kakinya, ia menyadari ada yang berbeda dengan Avatar core, dia tidak lagi sekaku sebelumnya, dia sudah mulai mau mengambil inisiatif untuk bertindak di luar program, bahkan kata-katanya memiliki emosi.

Alan segera berbalik menghadap pada Avatar Dungeon core yang meniru penampilan Adiknya itu.

Masih datar dan dingin seperti biasanya, tapi Alan masih bisa melihat ada sedikit jejak kemarahan di sana. Meskipun hanya sedikit, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Avatar Dungeon core memang berubah.

Apa yang terjadi? Alan mencoba memikirkan pemicu upgrade kecil ini.

Sayangnya Alan tidak tahu kapan perubahan ini di mulai, dia jarang memperhatikan Avatar Dungeon core dengan serius.

"Maaf jika kata-kataku tidak sopan kakak, tentu kakak sebagai Dungeon Mastes bebas memanggilku dengan sebutan apapun"

Dia bahkan meminta maaf, Alan mulai berpikir apakah Avatar Core benar-benar mengembangkan rasa bersalah atau tidak, jika iya ini tidak hanya akan menjadi perkembangan kecil.

Sayangnya wajah naive dari seorang gadis muda tidak menunjukkan emosi apapun sama seperti sebelumnya.

"Aku seharusnya yang meminta maaf Luna, baiklah aku akan menambahkan peraturan baru untukmu, mulai sekarang jangan gunakan kata ganti aku untuk menyebut dirimu sendiri gunakan namamu saja Langsung, ini berlaku juga untuk kalimat konfirmasi dan tanggapan, seperti "Di mengerti kak' ubah menjadi 'Luna mengerti kak', selain itu terus ingatkan aku jika aku membuat kesalahan"

Alan sebenarnya ingin menambahkan kondisi, untuk Luna untuk lebih mengekspresikan emosi di wajahnya, tapi setelah memikirkannya lagi Alan mengurungkannya, lagi pula ini masih belum di konfirmasi apakah Avatar Core benar-benar sudah mengembangkan emosi atau belum.

"Luna mengerti kak"

Akan lebih menarik jika Luna melakukan kesalahan dan lupa masih menyebut dirinya dengan kata ganti 'aku' lagi kemudian mengoreksinya segera. Sayangnya sebagai Avatar Dungeon core tidak mungkin dia akan melakukan kesalahan-kesalahan rendah seperti itu.

Alan kembali berbalik dan keluar dari ruang kontrol Dungeon.