Di tempat yang sunyi ini Andra dan teamnya bisa merasakan jantungnya berdebar dengan kencang, apakah mereka penakut? tentu saja tidak, malahan mereka adalah tipe orang yang akan mentertawakan kebodohan film horor tingkat rendah.
Tapi anehnya di tempat ini yang biasa ini, bahkan jika mereka tidak melihat sosok apapun, mereka memiliki dorongan untuk kembali ke lobi.
Tidak ada suara musik yang menegangkan yang bisa menstimulasi jantung mereka, hanya ada suara gesekan ranting dan lolongan serigala yang sesekali terdengar.
"Hei, apakah kalian ketakutan hanya karena lantai dua ada di malam hari?"
Andra mencoba menahan rasa takutnya dengan memecahkan keheningan saat ini.
"Tentu saja tidak, di bandingkan film horor tempat ini sama sekali tidak menakutkan"
Kata-kata yang mirip hampir di serukan oleh semua orang, kecuali orang yang memegang kamera di belakang, dia sibuk memastikan apakah dia hanya berhalusinasi atau tidak, sebelumnya dia melihat sosok melintas tertangkap oleh kamera, sayangnya kamera belum mulai merekam saat itu jadi dia tidak bisa memastikan.
Tetap dia tidak mencoba mengingatkan teman-temannya, karena dia tahu mereka mempercayainya justru dia malah hanya mendapat ejekan dari mereka, lagi pula dia telah dikenal sebagai penakut oleh semua orang.
Keanehan teman kamermen di belakang, tidak ada yang menyadarinya, mengikuti perintah Andra mereka melanjutkan perburuan, dan suasana kembali hening.
Mereka biasa melakukan ini untuk membuat mereka lebih fokus, tapi sekarang suasana fokus ini malah mengakibatkan efek buruk.
"Sial, tolong aku" mereka mendengar seseorang berteriak di belakang dan segera menengok, pandangan tertuju pada kameramen.
Namun mereka melihat kameramen sedang melihat kebelakang juga, di sana sesosok pria dengan pakaian modern berjalan mendekat, membawa sepasang pedang pendek, benar-benar terlihat terlihat seperti Penyerang Dungeon normal, jika ususnya perutnya tidak terbuka dan organ dalam tidak berceceran keluar dia benar-benar normal.
"Mayat hidup!"
"Oke semuanya bersiap bertarung"
Penyerang Dungeon ini bukan hanya mayat hidup biasa, tapi monster utama di lantai 2 ini, informasi ini tercatat di guide book jadi ketika melihat mayat hidup ini, team Andra langsung memasuki mode pertempuran.
"Tunggu, aku bukan orang jahat jadi tolong turunkan senjata kalian"
Kata-katanya sangat normal, dia bisa berkomunikasi dengan lancar seolah dia masih hidup.
Ekspresi nya juga kaya, dia bertindak hati-hati dan khawatir dengan pengepungan Team Andra.
"Ayolah kawan, apakah aku terlihat berbahaya bagi kalian? aku bahkan sedang terluka, lihat!"
Pria itu menunjuk organ dalam yang berceceran dari perutnya.
Team Andra segera terdiam, tentu saja mereka melihat luka yang lebar itu sejak awal, tapi alasan sebenarnya mereka terdiam adalah untuk menunggu perintah Andra.
Andra juga tahu apa yang mereka tunggu, jadi dia segera memberi perintah.
"Feri, Gilang serang-" Sebelum kata-katanya selesai, Andra melihat mayat hidup melompat kearahnya, tidak terlalu cepat tapi karena terlalu tiba-tiba, Andra hampir terlambat untuk bereaksi.
"Kapten, awas" suara peringatan kesiangan terdengar di sekitar, saat Andra sudah mengangkat pedangnya.
Dua benturan benda logam terdengar nyaring di hutan.
Andra bisa merasakan tangannya sedikit gemetar, itu kuat bahkan untuk seorang Andra, perlu di ketahui setelah membunuh banyak goblin dan mendapatkan penguatan dari Dungeon, tubuhnya yang sekarang sudah setara dengan atlet bahkan jika ia tidak pernah berolahraga, tapi ketika pedangnya berbenturan dengan pedang mini milik mayat hidup, Andra hampir kewalahan dengan sisa kekuatan dari benturan.
Sebagai pencegahan Andra juga meraih tangan mayat hidupnya yang lain dengan cepat, hingga situasi memasuki jalan buntu.
Untungnya teman-temannya dengan cepat membantu. Tebasan, tusukan dan serangan lainnya di lancarkan pada mayat hidup.
Meski begitu, mayat hidup tidak terlihat kesakitan sama sekali, bahkan jika darahnya mengalir deras hingga membasahi tanah, bahkan jika ada banyak daging yang terbuka di tubuhnya, dia hanya menunjukkan ekspresi marah.
Seiring banyaknya luka perlawanan mayat hidup menjadi semakin keras, seolah dia tahu dia akan mati jadi dia ingin menyeret orang lain bersamanya.
Pedang di tangan nya melambai dengan liar dan di tangkis lagi oleh Andra.
"Potong lehernya" kali ini Andra bertaruh, semoga mayat hidup ini masih sama seperti zombie.
Sayangnya tidak bahkan setelah kepalanya di iris dan di jatuhkan ketanah, mayat hidup masih bisa bergerak, bahkan kekuatan nya sedikit bertambah dan menyerang dengan semakin liar.
Satu-satunya manfaat mungkin, gerakan mayat hidup tiba-tiba menjadi tidak teratur dan tanpa arah.
Salah satu teman Andra segera menggunakan tombak untuk mendorong mayat hidup hingga terjatuh ke tanah.
Mayat hidup masih bergerak dan mencoba untuk bangkit.
"Potong tangan dan kakinya"
Andra tidak percaya mayat hidup masih bisa melawan setelah tangan dan kakinya di potong.
Dengan senjata-senjata yang tidak terlalu tajam, butuh beberapa waktu melepaskan tangan dan kaki dari tubuhnya.
Pemandangan seperti ini sedikit menjijikkan dan menakutkan untuk mereka, bahkan jika mereka sering melakukan hal yang sama pada goblin, mereka masih memiliki dorongan untuk muntah.
Untungnya hasil dari usaha yang mereka lakukan cukup sepadan, setelah tangan dan kakinya di potong mayat hidup tidak lagi bergerak, dan tenggelam ke dalam tanah dengan ajaib sama seperti goblin.
Hanya menyisakan potongan tangan dan kaki sebagai bukti monster sebelumnya memang ada.
Pada saat bersamaan masing-masing dari mereka, bahkan mereka yang tidak banyak berkontribusi merasakan efek penguatan pada tubuh masing, peningkatan dari setiap orang berbeda-beda tetapi ilusi penguatan yang mereka rasakan sama, mereka merasa telah berubah menjadi manusia super yang bisa menghancurkan gedung hanya dengan satu pukulan.
Tentu mereka tahu itu hanya ilusi, peningkatan sebenernya sebenarnya cukup kecil.
Meski kecil Andra masih tersenyum gembira, karena peningkatan ini lebih banyak daripada membunuh satu goblin.
Bahkan jika efek sudah dibagikan setelah kontribusi, Andra masih merasa penguatan ini setara dengan ia membunuh 2-3 goblin sendirian.
Fantastis.
"Mari kita lanjut"
Semua tujuh orang di tim Andra, tidak ada yang mencoba menyangkal dan menolaknya, karena masing-masing mereka juga merasakan seberapa banyak efek penguatan setelah membunuh 1 mayat hidup.
Mereka ingin lebih lagi, lebih banyak memburu monster untuk bisa menjadi kuat dengan lebih cepat.