Chapter 82 - Dead Forest

Bersamaan dengan saat Pak Pengawas di bawa pergi, keributan sebelumnya juga ikut menghilang hanya menyisakan keheningan kepada empat orang yang tersisa di ruangan.

Kali ini suasana benar-benar buruk, baik Pak Kersen ataupun tentara memasang ekspresi suram di wajah mereka.

Tanpa mereka yang memulainya, Alan tidak berniat untuk membuka topik pembicaraan apapun, agar tidak merusak citra karakter dari dirinya yang ia siapkan.

Pada akhirnya pembicaraan tidak berlanjut, Alan hanya mengingatkan mereka pada saran sebelumnya dan memutuskan untuk pergi.

Ia kembali ke Dungeon.

Melihat laporan yang dibuat oleh Alfred, mempelajari data statistik pengunjung Dungeon, membuat guide book baru serta mengerjakan tugas-tugas Dungeon Master yang lainnya.

Membuka Lantai baru dungeon dan kemudian mengaktifkan mode ikan asin dan beristirahat. Sambil menunggu orang lain membuat video Walkthrough Lantai 2 yang baru saja ia di buka.

Alan tidak perlu menunggu lama, 2 hari kemudian pada Pukul 12 malam sudah banyak orang yang berkumpul di depan barier Dungeon, beberapa dari mereka memiliki sebuah handycam di tangan mereka.

Mereka tahu, besok atau tepatnya setelah pergantian hari nanti pada pukul 12, adalah jadwal untuk Handycam di perbolehkan masuk ke Dungeon.

Tentu jika hanya itu, mereka tidak akan dengan sengaja berkumpul di Dungeon di tengah malam seperti ini.

Satu-satunya alasan mereka ada di sini adalah karena selain jadwal handycam hari ini juga akan ada Lantai baru di Dungeon.

Mereka bersemangat ingin menjadi yang pertama mencoba lantai baru ini, merekamnya dan menguploadnya pada situs streaming video.

Dungeon Luna adalah salah satu Dungeon yang paling terkenal, asalkan video yang di rekam tidak terlalu buruk pasti akan banyak yang menontonnya.

Bahkan tanpa iming-iming itu pun masih ada banyak orang yang mau bangun di tengah malam dan sengaja berkumpul di sini, hanya untuk menjadi salah satu orang yang pertama mencoba nya.

Misalkan Andra adalah salah satu dari orang-orang itu.

Dia tersenyum saat menunggu hitungan mundur menuju pukul 12 malam.

Jantung nya berdebar, dia bersemangat, dia senang menjadi penyerang Dungeon, dia bersyukur mendengar saran Alan waktu itu untuk tidak menjual kristal perubahan.

Bekerja dengan keras dan mempelajari berbagai hal tentang Dungeon, tapi dia tidak pernah meminta bantuan dari Alan, awalnya itu karena Andra tidak ingin merepotkan Alan lagi lagi pula dia sudah banyak membantunya, sedangkan sekarang Andra merasa sudah tidak perlu untuk bertanya kepada Alan, karena dia sudah hebat sekarang.

Orang-orang menganggap kemampuan berburunya sudah setingkat dengan Alan, jika Alan adalah ahli pertarungan langsung maka Andra adalah ahli jebakan.

Meskipun Andra sedikit tidak puas karena dia merasa dirinya lebih mampu dari Alan, di luar dia masih tersenyum rendah hati.

"Mari masuk"

Setelah jam menunjukkan pukul 12, dia membuang jam tangan tersebut dan mengajak orang-orang di belakangnya untuk masuk.

Andra menjadi kuat dan terkenal, dia juga perlahan-lahan membentuk sebuah team bersama teman-temannya di kampus.

"Sayang, aku takut"

Andra tersenyum pada gadis cantik di sampingnya.

Gadis cantik ini adalah pacarnya, dia adalah salah satu bunga di universitas nya. Setiap kali Andra mengingat ini, dia tidak bisa tersenyum bangga, ketika dia menjadi hebat bahkan salah satu gadis tercantik di universitas nya bisa ia taklukan dengan mudah.

"Tak apa, ada aku di sini"

Andra kemudian menggandeng tangan gadis itu.

Membuat para jones di sekitar, memiliki rasa ingin memukul di tempat pada pasangan sialan ini yang mengumbar kemesraan dengan sengaja.

Meski begitu anggota team Andra tidak akan melewatkan kesempatan untuk menjilat ini, sambil menggertakan menahan kesal dan mereka meniup Andra ke langit.

"Citra kau meremehkan pacarmu, ini Andra yang kita bicarakan, si Hunter Master"

"Ya benar, bahkan jika itu lantai 2 Andra pasti bisa berburu dengan mudah"

"Yang harus takut adalah monster-mosnter itu, bukan kita"

Mereka membual dan tertawa bersama.

"Oke, berhenti bercanda guys, ayo cepat masuk" Andra merasa jika dia terus di puji seperti ini, dia tidak akan bisa lagi mempertahankan wajah pokernya.

Di lobi di dekat pintu untuk transfer menuju Lantai Dungeon, terdapat antrian yang cukup panjang, melihat posisi nya mungkin butuh waktu beberapa menit untuk timnya bisa masuk ke Dungeon. Karena itu Andra hanya meminta salah temannya untuk mengantri, dia dan teman-temannya di samping bertugas memeriksa kembali semua barang bawaan.

Sebagai salah satu dari Hunter Master, Andra mencoba untuk bersikap berhati-hati.

Beberapa menit kemudian Mereka akhirnya mendengar suara pemberitahuan yang di transmisi kan ke kepala mereka.

"Anggota teammu Rendi, ingin mengundangmu masuk ke Lantai 2, apakah kau menyetujuinya?"

"Ya" Mereka semua menjawab di hati mereka.

Setelah konfirmasi ini sosok mereka segera menghilang dari lobi dan di transfer ke dalam lantai 2 Dungeon.

Di detik berikutnya mereka sudah berdiri di tengah-tengah hutan di malam hari.

Mereka sama sekali tidak terkejut dengan kegelapan di sekitar dan bisa langsung memasuki kondisi pertempuran.

Mereka sudah mengetahui setting Lantai 2 dari Guide book yang mereka beli, meski Lantai 2 baru di buka hari ini, guide book perkenalan lantai 2 telah di jual sejak kemarin pagi, mungkin untuk membuat orang-orang bersiap terlebih dahulu.

Sama seperti Lantai 1, Lantai 2 masih bertempat di hutan, perbedaannya hutan di lantai dua hanya di isi pohon-pohon kering tanpa daun, selain itu pepohonan juga lebih jarang dari lantai 1 seolah ingin menunjukkan betapa sepinya hutan ini.

Lantai 1 akan selalu di terangi oleh bola cahaya yang bersinar seperti matahari di atas, sedang kan lantai dua hanya memiliki bulan purnama merah sebagai penerang.

Meskipun bulan sudah cukup terang hingga bisa membuat mereka melihat dalam jarak 20 meter, tetap terbatasnya pandangan ini membuat siapapun yang mengunjungi tempat ini merasa gelisah.

Di tambang dengan pohon-pohon tanpa daun ini, mereka akhirnya mulai sedikit mengerti apa arti Dead Forest dari nama Lantai 2 ini.