Sekali lagi mereka dalam keheningan,Syafid tidak tau harus berkata apa pada Putri karena jantungnya masih berdegup kencang.sayangnya tak dengan Putri yang menampakkan raut wajah yang dingin,ia mencari sesuatu apa yang salah dengannya atau perkataannya yang membuat Putri menjadi seperti ini.
"kamu boleh menurutinya atau tidak itu hak kamu,toh aku bukan siapa-siapa kamu" ujar Putri cuek sambil membuka sebungkus permen.
Entah ada apa dengan perasaan Syafid saat ini setelah mendengar jawaban dari Putri yang terdengar menyakitkan baginya,ia tak mengerti kenapa sekarang Putri begitu acuh kepadanya.ia ingin sekali menanyakan apa alasannya tapi sudah terlambat,ia sudah keluar pas bel istirahat berbunyi.
"Cie yang habis nungguin Syafid" goda Riska yang kini sudah menarik para sahabatnya manuju kantin.
"acie cie,gimana rasanya berdua sama si doi? " kini giliran Ami yang menggoda Putri.
"Hus kalian ini,bisa diem nggak" tegur Khofifah yang merasa kesal dengan kedua temannya yang banyak bicara.
"Yee ya maap,galak banget sih" ujar Riska yang sekarang tunduk pada Khofifah.
"gimana tadi keadaan si Duplek? " tanya Kiki yang membuat mereka bertanya-tanya.
"baik-baik aja,cuman magnya kambuh" ujar Putri yang acuh tak acuh.
" e Duplek itu siapa? " tanya Gia yang bingung.
"si Syafid lah.kata Putri mau manggil muka triplek,tapi kata orangnya sendiri mending Duplek,ya udah di panggil Duplek biar nggak ketawan kalo lagi ngomongin dia karena si Syafid kan orangnya bodo amat" ujar Kiki sambil duduk di bangku kantin.
" aneh,kok bisa sih dipanggik Duplek " tanya Ami yang bingung dengan apa yang terjadi saat ini.
" yaelah mi..... lo tu telo banget sih.itu kan si Syafid kan mukanya datar banget kayak duplek" ujar Riska yang gemas dengan temannya yang sering sekali tidak mengerti.
"disini tu yang paling telo itu lo,jadi nggak usah ngegas napa" kini Ami yang tidak Terima di katakan telo oleh Riska kini menyerang.
"heh lo kan juga telo,hanya naik satu tingkatan aja bangga" ujar Khofifah yang sebal dengan mereka yang sering beradu omongan.
"perasaan lo juga deh khof,lo kan cuman naik satu tingkatan telo dari Ami" ujar Gia yang geli dengan ketiga kelakuan sahabatnya yang masih seperti anak kecil.
" ey lo juga sama Gia,cuman satu tingkatan di atas Khofifah " kini Kiki mulai masuk dalam perdebatan yang tak tau lagi kapan berakhirnya.
Memang mereka sering sekali mengurut kan tingkatan telo mereka sesuai tingkatkan telmi mereka seperti Riska yang telminya tingkat dewa membuat para sahabatnya harus bersabar ketika menjelaskan sesuatu,lalu disusul oleh Ami yang sedikit lebih baik dari pada Riska,lalu Khofifah yang kadang bisa tidak telmi,lalu Gia yang sama dengan Khofifah yang kadang tidak telmi,lalu Kiki yang tak sering telmi,berbeda dengan Putri yang sangat jarang sekali telmi karena ia lebih sering serius oleh karena itu ia jarang sekali telmi.
" eh Put,nanti mau main nggak? " tanya Riska yang sangat antusias.
" enggak,mamah ada dirumah soalnya " ujar Putri yang sedang senang.ia memang sedang menunggu kepulangan mamahnya karena beliau bekerja sampai larut malam sehingga ia jarang sekali bertemu.
" bagus deh,nikmati waktu lo sama mamah lo ya Put " ujar Ami yang sangat tau betapa bahagianya Putri saat ini.
"oke,makasih ya" ujar Putri dengat raut muka berseri-seri.
" eh kita balik ke kelas yuk,udah mau bel nih" ajak Gia.
Tanpa berfikir panjang mereka pun mergo meninggalkan kantin menuju kelasnya,tak lupa Putri memasukan sebuah berpengaruh tusuk yang ia beli sebelumnya.ia memang tak bisa menghilangkan kebiasaanya memakan permen tusuk karena baginya itu hal yang menyenangkan walapun ketika ia memakan permen itu akan terlihat seperti gadis yang nakal,namun Putri tak pernah takut pada apa yang dikatakan mereka karena ia tak suka menjadi orang lain dan menghilangkan jatidirinya.