Sudah tiga hari Soo Yin dirawat namun belum juga membuka matanya. Meski ada Bibi Xia yang menjaga Soo Yin, setiap pagi Dae Hyun selalu menyempatkan diri untuk menjenguk istrinya sebelum pergi bekerja. Membersihkan tubuh istrinya dengan cara mengelapnya menggunakan air hangat. Tidak membiarkan siapapun melakukannya kecuali dirinya.
Pagi ini Dae Hyun datang bersama dengan Jo Yeon Ho. Sejak kemarin anak itu merengek ingin pergi ke rumah sakit.
"Ayah, kenapa Kakak belum bangun?" tanya Jo Yeon Ho dengan wajah polos. Dia hanya anak-anak sehingga belum mengerti meskipun Dae Hyun sudah menjelaskannya.
Dae Hyun tidak menjawab pertanyaan putranya. Hanya mengusap kepala anak itu dengan lembut. Dirinya bahkan memiliki pertanyaan yang sama dengan putranya.
'Sayang, kapan kau bangun?' ~ ucap Dae Hyun dalam hati. Ingin sekali dirinya melihat sikap istrinya yang selalu berubah-ubah. Rindu sikap Soo Yin yang manja dan kekanakan. Rindu caranya memanggil namanya.
Menunggu Soo Yin bangun selama tiga hari, baginya terasa susah tiga bulan lamanya. Begitu menyiksa hati dan perasaannya.
"Yeon Ho, maukah kau membantu Ayah agar Kakak bangun?" Dae Hyun masih penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Setiap menanyakan hal dimana Jo Yeon Ho akan diculik selalu saja Aeri memotong pembicaraan mereka. Sehingga Dae Hyun tidak punya waktu untuk mengetahuinya.
Jo Yeon Ho menganggukan kepalanya dengan bersungguh-sungguh.
"Sebenarnya dimana Ibumu hari itu? kenapa kalian tidak bersama?" tanya Dae Hyun dengan berjongkok bertumpu pada kedua lututnya sembari memegang kedua bahu putranya. Menatap mata putranya lekat-lekat.
"Ibu ... Ibu ... hanya pergi ke luar membeli minuman," ujar Jo Yeon Ho tidak berani memandang wajah ayahnya. Anak itu sangat takut dengan ancaman Aeri sehingga memilih untuk berbohong.
"Kau tidak berbohong?" tanya Dae Hyun.
Jo Yeon Ho menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya gemetar sembari terus memainkan jemarinya.
Ceklek.
Pintu tiba-tiba saja terbuka.
Benar saja, baru hendak menanyakan sesuatu pada putranya sekarang Aeri sudah membuntuti anak itu ke rumah sakit. Padahal Dae Hyun sudah mengatakan jika akan mengantarkannya pulang terlebih dahulu sebelum pergi bekerja.
Kini jalan satu-satunya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi terpaksa menunggu Soo Yin bangun. Padahal Dae Hyun sudah tidak sabar ingin mengetahui siapa yang telah berusaha menculik putranya. Berulang kali anak buahnya mencari tau namun tidak ada jejak yang ditinggalkan. Itu artinya mereka melakukannya sangat berhati-hati dan sudah merencanakan semua itu dengan matang.
Ternyata Aeri datang bersama dengan Ny. Park.
Ny. Park tampak iba saat mendekati ranjang dimana Soo Yin masih memejamkan matanya. Sebagai seorang ibu dirinya tidak sanggup jika itu terjadi pada anaknya.
Berbeda dengan Aeri yang acuh tak acuh saat melihat Soo Yin. Seperti tidak ada rasa bersalah dan terima kasih sama sekali.
"Apa kau ibunya Soo Yin?" tanya Aeri dengan nada tidak suka pada Bibi Xia yang berdiri tidak jauh dari ranjang.
"Iya, Nona," jawab Bibi Xia singkat.
"Katakan saja apa yang akan Bibi minta pada kami sebagai imbalan," ucap Aeri sembari melipat kedua tangan di dadanya. Dengan sombong berpikir kalau mereka pasti akan menuntut keluarganya cepat atau lambat.
Bibi Xia memandang tidak percaya pada istri pertama Tuanya itu. Tidak menyangka seorang publik figur yang dikenal sangat sopan dan kalem berkata seperti itu. Wanita paruh baya itu sejenak memandang Dae Hyun. Pantas saja bosnya menikah lagi dengan orang lain.
"Apa maksudmu?" Dae Hyun tak kalah terkejutnya dengan Bibi Xia saat mendengar perkataan Aeri. Ingin rasanya dia berteriak kalau Soo Yin adalah istrinya. Namun sekarang belum waktu yang tepat. Tidak ingin mengungkapkan rahasianya sebelum Soo Yin tersadar. Selalu terngiang di kepalanya mengenai ucapan Soo Yin yang tidak ingin disebut sebagai pelakor.
"Sayang, sudah pasti mereka akan menuntut kita. Sehingga aku menawarkan sesuatu sebelum mereka meminta," ujar Aeri sembari mendekati Dae Hyun.
"Maaf Nona, kami tidak meminta apapun. Lagi pula tidak semua yang terjadi bisa ditukar dengan uang." Meskipun Soo Yin bukan putrinya tapi Bibi Xia tidak rela mendengar Aeri yang seolah-olah merendahkan gadis itu. Bahwa nyawanya bisa ditukar dengan uang.
"Aeri, sudahlah jangan membuat keributan di sini. Yang terpenting Soo Yin segera bangun terlebih dahulu. Lagi pula Dae Hyun pasti akan memberikan apapun yang dia minta nanti," timpal Ny. Park dengan nada yang lebih sopan. Dirinya tidak ingin menyinggung perasaan Bibi Xia.
"Ibu, bukankah Dae Hyun terlalu berlebihan terhadapnya? mengapa dia sampai lebih mementingkan gadis itu dari pada keluarganya?" ujar Aeri dengan wajah yang tidak suka.
"Sudahlah, Dae Hyun hanya mencoba untuk berbalas budi. Seharusnya kau juga melakukan hal yang sama seperti suamimu," ujar Ny. Park berusaha menenangkan menantunya namun juga tidak setuju dengan ucapan Aeri.
"Ya sudah, Bu, ayo kita pergi saja dari sini," ujar Aeri mengalihkan pembicaraan. Percuma saja berdebat karena tidak akan ada yang memihaknya saat ini.
Hari ini Aeri mengajak mertuanya untuk pergi arisan bersama dengan teman sosialita lainnya. Mereka ke rumah sakit hanya mampir saja, kebetulan apartemen temannya melewati rumah sakit dimana Soo Yin dirawat.
"Yeon Ho, ayo ikut ibu!" ajak Aeri pada putranya.
"Tidak, aku di sini saja," ujar Jo Yeon Ho sembari bersembunyi di belakang Dae Hyun. Anak itu merasa trauma karena telah ditinggalkan waktu itu.
"Yeon Ho, kita akan pergi berbelanja. Apa kau yakin tidak akan ikut?" tanya Ny. Park yang berusaha membujuk cucunya.
"Aku takut tersesat," ujar Jo Yeon Ho yang mengintip dari lengan Dae Hyun.
"Sayang, pergilah bersama Nenek. Kau tidak akan tersesat," bujuk Dae Hyun sembari berjongkok di depan putranya. Tidak mungkin membiarkannya tetap berada di rumah sakit.
Jo Yeon Ho sejenak memikirkan perkataan ayahnya. Memang benar jika neneknya tidak mungkin meninggalkan dirinya seperti yang dilakukan Aeri padanya.
"Lagi pula ada ibu yang akan selalu menjagamu," timpal Aeri.
Jo Yeon Ho akhirnya mau meninggalkan rumah sakit. Bukan karena percaya dengan perkataan ibunya namun karena ada neneknya yang pasti akan melindunginya.