Soo Yin mengobati luka tangan Dae Hyun menggunakan kapas. Pria itu kini masih tertidur sembari sesekali terus meracau tidak jelas. Wajahnya tampak sangat berantakan. Terdapat lingkaran hitam pada kelopak matanya.
Soo Yin melepaskan pakaian yang dikenakan suaminya. Dia tidak tahan dengan bau alkohol yang begitu menyengat indra penciumannya. Membersihkan perutnya hingga tangan menggunakan handuk dan air hangat.
Gadis itu senyum-senyum sendiri saat melihat perut suaminya yang seperti roti sobek. Ingin sekali memakannya.
"Sayang, jangan tinggalkan aku," ucap Dae Hyun yang terus saja meracau seperti itu sejak tadi.
Soo Yin hanya memutar bola matanya kemudian menghela napas panjang melihat tingkah suaminya. Baru pertama kali Soo Yin melihat suaminya mabuk hingga seperti itu.
Setelah selesai melakukan tugasnya Soo Yin pergi ke halaman belakang. Ingin menghirup angin segar dengan pemandangan bunga yang berwarna-warni. Seperti tidak merasakannya untuk waktu yang lama. Tiba-tiba ada aroma harum masakan yang merasuk indra penciumannya. Membuat perutnya terasa lapar.
Soo Yin melihat jam di tangannya, ternyata sebentar lagi waktunya makan siang sehingga gadis kembali masuk untuk membantu Bibi Xia memasak. Meskipun dirinya hanya membantu membersihkan sayuran saja.
"Sebaiknya Nona istirahat saja," ujar Bibi Xia.
"Aku lelah istirahat terus, sudah cukup satu bulan aku terus terbaring. Aku ingin beraktivitas," sahut Soo Yin dengan wajah ceria. Dirinya tidak pernah membayangkan kejadian seperti itu menimpa hidupnya. Namun merasa bersyukur jika mendengar cerita dari Bibi Xia bagaimana perhatiannya selama ia tidak sadarkan diri.
"Bagaimana kalau Tuan mencari anda?" Bibi Xia merasa kalau Dae Hyun belum mengetahui jika Soo Yin sudah bangun dari tidur panjangnya.
"Jika dia mencariku pasti nanti akan ke luar dari kamar," sahut Soo Yin sembari membantu Bibi Xia mencuci sayuran. Namun tiba-tiba saja pergelangan kakinya terasa kram sehingga Soo Yin membungkuk untuk memegangnya.
"Bukankah sudah Bibi katakan untuk istirahat saja," Bibi Xia membantu Soo Yin untuk duduk di kursi.
"Aku tidak selemah itu, Bibi." Soo Yin tidak suka jika ada yang menganggapnya lemah.
Bibi Xia hanya menggelengkan kepalanya menghadapi keras kepala Soo Yin yang memang belum berubah. Namun bisa memahami karena bagaimanapun juga Soo Yin masih sangat muda.
"Bibi rasa Tuan belum tahu jika anda sudah sadar," ujar Bibi Xia. Mengingat apa yang terjadi tadi pada Dae Hyun, itu pasti mengira kalau terjadi sesuatu pada istrinya.
"Tapi tadi malam dimana aku baru sadar bukankah Bibi sudah menghubunginya?" tanya Soo Yin.
"Tapi kenapa Tuan hingga minum banyak seperti itu?" Bibi Xia tidak habis pikir apa yang telah dilakukan Dae Hyun.
"Mungkin karena banyak pekerjaan yang menumpuk sehingga untuk meringankan beban ia minum yang banyak itu hingga membuatnya mabuk." Soo Yin merasa agak marah dengan Dae Hyun. Bagaimana mungkin seorang yang sudah dewasa seperti dia melakukan hal sebodoh itu.
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
Dae Hyun membuka mata saat ada aroma masakan masuk indra penciumannya. Langsung menggeliat cacing-cacing yang ada di perutnya karena kelaparan. Sejak Soo Yin koma, dirinya tidak terlalu memperhatikan kesehatannya.
'Dimana aku?' ~ batin Dae Hyun sembari memandangi sekeliling ruangan. Sangat mengenal ruangan itu yang memang adalah kamarnya bersama Soo Yin.
Mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sehingga terdapat luka di tangannya yang diperban.
Kemudian segera teringat tadi seperti melihat sosok Soo Yin ada di depan matanya. Tadi benar-benar seperti merasakan sentuhannya yang begitu memabukkan.
Untuk memastikan Dae Hyun segera bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan dengan sempoyongan menuju lantai bawah.
Begitu sampai di ruang makan, membelalakan matanya ketika ada seorang wanita yang mirip seperti istrinya tengah menyiapkan makanan. Berulang kali mengucek dan mengerjapkan matanya. Untuk memastikan kalau itu bukanlah ilusinya semata.
"Kau sudah bangun rupanya," sapa Soo Yin saat melihat Dae Hyun berdiri mematung di pintu. Segera Berjalan mendekati suaminya.
"Apa aku tidak mimpi?" ucap Dae Hyun. Belum percaya dengan apa yang dilihatnya.
Soo Yin tidak mengerti pikiran Dae Hyun, sejak tadi selalu mengatakan bukan mimpi. Mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi suaminya. Suhunya biasa, tidak panas sama sekali.
Dae Hyun meraih tangan Soo Yin, menempalkan di pipinya beberapa saat sambil memejamkan mata. Jika ini hanyalah sebuah mimpi, dirinya sungguh tidak ingin terbangun.
"Tolong cubit pipiku," ujar Dae Hyun.
"Arghh," teriak Dae Hyun saat tangan Soo Yin mencubit pipinya.
"Sudahlah, kau terlalu banyak minum sehingga seperti ini. Ayo kita makan siang! setelah itu bergegas mandi agar pikiranmu tidak kacau." Soo Yin melepaskan tangannya dari genggaman Dae Hyun.
Sebelum Soo Yin beranjak pergi, Dae Hyun langsung memeluk istrinya dengan sangat erat. Ternyata semua ini tidak mimpi. Tanpa sadar air mata yang dia tahan akhirnya terjatuh juga.
"Aku pikir akan kehilanganmu," ujar Dae Hyun dengan suara serak.
"Lepaskan! malu jika dilihat oleh Bibi," ujar Soo Yin sembari melepaskan pelukan suaminya.
"Biarkan saja, aku tidak peduli," ujar Dae Hyun yang seperti anak kecil.
"Kau seperti anak kecil." Soo Yin mendorong tubuh suaminya karena merasa sesak.
Terpaksa Dae Hyun melepaskan pelukannya. Kemudian duduk di salah satu kursi.
Soo Yin mengambilkan nasi dan lauk untuk Dae Hyun hingga memenuhi piring. Pria itu pasti tidak memerhatikan makanannya hingga tulang pipinya terlihat.
"Apa kau selama ini tidak makan? lihatlah dirimu sekarang tampak kurus." Soo Yin mencebikkan bibirnya.
Dae Hyun tidak menjawab, memilih memandang setiap gerakan Soo Yin. Sangat bersyukur karena akhirnya bisa sadar lagi. Semua mimpi dan ketakutannya tidak menjadi kenyataan.
"Kau harus menghabiskan semuanya," ujar Soo Yin seperti seorang ibu yang memaksa anaknya untuk makan.
Dae Hyun melotot melihat piringnya yang sangat penuh. Tidak yakin bisa menghabiskan semua itu.
"Kenapa kau hanya diam saja? cepat makan," ujar Soo Yin sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sendiri.
"Aku ingin kau menyuapiku," rengek Dae Hyun.
Soo Yin memutar bola matanya. Tidak habis pikir kalau suaminya akan bertingkah manja seperti itu. Terpaksa Soo Yin menyuapi Dae Hyun, namun merasa gugup saat pria itu terus menatapnya.
"Pulanglah ke UN Village, Aeri terus saja menghubungi nomormu sejak tadi hingga membuat telingaku ingin pecah," gerutu Soo Yin sembari merapikan meja makan.
"Aku akan pulang jika bersamamu," ucap Dae Hyun dengan santai. Lagi pula dirinya belum ingin kemana-mana.
"Tidak mau." Soo Yin teringat saat Dae Hyun memaksanya untuk ikut bersamanya. Dimana Aeri dan Dae Hyun terlihat seperti pasangan suami istri yang harmonis. Saat itu sungguh membuat hatinya terasa sakit. Tidak ingin mengulangi hal itu lagi.