Setelah makan, semua anak-anak bermain bersama, dan beberapa remaja saling berbincang.
Sementara itu, Dalbert berada di balkon rumah itu. Ia memandangi bintang-bintang di langit. Greisy mendatanginya dari belakang.
"Oh, bintang-bintang. Sudah lama aku tidak melihatnya, jadi bernostalgia...." kata Greisy.
"Benar.." jawab Dalbert.
Greisy berdiri di sebelah Dalbert. Ia tersenyum sambil melihat bintang-bintang di langit itu.
Dalbert mengubah pandangannya dari bintang-bintang di langit menjadi ke arah Greisy.
"Sedikit tenang ya... mungkin aku harus sering-sering ke sini." Kata Greisy.
"Benar.." kata Dalbert.
Greisy tersenyum, lalu Dalbert ikut tersenyum juga.
"Oh ya!" Kata Greisy tiba-tiba.
"Ada apa?" Tanya Dalbert.
Tiba-tiba kedua tangan Dalbert diikat ke pagar balkon.
"O-Oi! Kenapa aku diikat?" Tanya Dalbert.
"Kamu kan masih tawananku. Hahahah!" Kata Greisy.
"Hah?!" Kejut Dalbert.
"Sebentar ya, aku tinggal dulu!" Kata Greisy pergi meninggalkan Dalbert sendirian di balkon.
"ASTAGA! Siapapun.. tolong aku.." kata Dalbert.
.
.
Dalbert melihat ke langit berbintang itu. Ia jadi ingat akan masa lalunya.
.
.
"Lihat lihat!" Kata seorang gadis kecil berambut kehijauan.
Dalbert yang masih kecil pada saat itu, melihat ke langit.
"Indah ya kak!" Kata gadis itu kepada Dalbert.
"Ya..." jawab Dalbert singkat.
Mereka berdua pun berdiam sebentar.
Gadis kecil itu berkata kepada Dalbert,
"Apakah ini adalah terang dan gelap menjadi satu? Bintang-bintang? Aku penasaran!"
"Hm... aku tidak tahu, tetapi sepertinya Lightness dan Darkness tidak akan pernah bersatu.." jawab Dalbert.
"Tetapi, aku ingin melihatnya... Lightness dan Darkness bersatu, seperti yang kakek bilang.. katanya indah." Kata gadis itu.
"Aku juga ingin tahu." Jawab Dalbert.
Mereka pun memperhatikan bintang-bintang itu.
Hingga, suatu hari, gadis kecil itu menderita sebuah penyakit. Dan menurut para dokter pada jaman itu, hidupnya tidak akan lama. Hari itu adalah hari ulang tahunnya.
Dalbert membawakan sebuah hadiah dan berkata kepada adiknya, gadis kecil itu,
"Selamat ulang tahun, dik..."
"Kakak...." kata adiknya lemah.
Dalbert berusaha untuk menahan tangisnya.
"Bolehkah aku sampaikan.. harapanku pada saat aku berulang tahun?" Tanya adiknya dengan suara yang lemah. Ia pun terbatuk-batuk.
"Tentu saja.." jawab Dalbert.
"Aku harap... akan ada harinya.. dimana kita bisa hidup damai... bersama-sama dengan semua orang, baik pihak Lightness... ataupun pihak kita, pihak Darkness..." kata adiknya itu.
Lalu setelah mengatakan hal itu, adiknya pun meninggal dunia.
Dalbert hanya bisa menangis.
"A-Aku akan berusaha..." kata Dalbert.
.
.
Tanpa disadari, Dalbert mengeluarkan air mata.
"Aku akan berusaha..." kata Dalbert.
Liana yang melihat dia sejak tadi pun nendatangi Dalbert.
"Kak brokoli.... ada apa?" Tanya Liana.
"Eh? Brokoli?" Kejut Dalbert.
"Kata kak Greisy, namamu adalah kak brokoli?" Kata Liana.
Dalbert tertawa sedikit,
"Aku Dalbert, brokoli itu hanya panggilannya kepadaku." Kata Dalbert.
"Ooh, begitu..." kata Liana.
Lalu Liana melihat ke arah bintang-bintang.
"Indahnya.... andaikan bisa seperti ini selamanya.." kata Liana.
"Iya, aku juga berharap begitu..." kata Dalbert.
.
Tanpa disadari, Liana bertanya sesuatu yang aneh,
"Anu... kak Dalbert... dan kak Greisy.... eto... eto..."
"Apa?" Tanya Dalbert.
"A-Apakah... kak brokoli.. eto... maksudku kak Dalbert... eto... eto... eto?" Tanya Liana dengan mukanya yang sedikit memerah.
Karena tidak memahami perkataan Liana, tetapi ia tidak ingin dianggap tidak mendengarkan perkataannya, akhirnya Dalbert menjawab,
"Ya, benar."
Muka Liana lebih memerah.
"Ee? B-Begitu? O-O ok.. a-aku tidak akan mengganggu la-lagi." Kata Liana.
Liana pun segera berpamitan lalu pergi.
Dalbert hanya melihat Liana dengan kebingungan.
Lalu Dalbert menyadari sesuatu,
"Aku lupa.. untuk memintanya melepaskan tali-tali ini..." kata Dalbert. Lalu ia sangat kecewa dengan dirinya.