"Kalian tu pada ngapain sih?! Berisik tau, gua lagi ngobrol nih sama pelatih. Sadar diri dong kalo suara lu kenceng, cempreng lagi udah kek toa masjid", tegur Abraham.
Aliza yang mendengar teguran Abraham hanya menyeringai tanda puas.
"Ih bebeb kok gitu sih sama aku. Kan emang bener keteknya Aliza tu baunya busuk. Mengganggu tauk. Emang kamu ga mencium baunya ya?", jawab Melia dengan nada manja.
"Berisik lu!".
Tak lama kemudian bang Ion datang.
"Hallo semuanya!", sapa bang Ion.
"Loh Arion, kok kamu ada di sini?", tanya pelatih.
"Ehehehe iya, pak. Saya mau ikut main basket juga di sini", jawab bang Ion.
"Bagus", sahut pelatih.
Ketika para ciwi-ciwi si gengnya Melia mulai sadar akan adanya bang Arion, mereka langsung mengerubungi bang Arion untuk mendapatkan perhatian darinya. Seketika itu juga Aliza menengok untuk meledek bang Ion.
"Bagus banget datang di saat yang tepat.", sambut Aliza.
"Apaan deh bantuin gue kek ni anak kek lele baru dikasih makan tau gak", sahut bang Ion.
"Idih males banget gua bantuin lu. Mending gua ke kantin lagi haus pen minum", ledek Aliza sambil berjalan ke arah pintu keluar.
Aliza berjalan ke arah kantin untuk membeli minum. Ini emang hari Sabtu, kantin biasanya emang tutup, tapi karena banyak anak-anak yang saranin ibu-ibu kantin dan para pembina ekskul untuk diperbolehkan buka, akhirnya kantin pun buka.
"Bu, air mineralnya berapa?", tanya Aliza kepada ibu kantin.
"3.000, neng", jawab ibu kantin.
"Ini uangnya, bu. Kembaliannya ambil aja", Aliza membayar air mineralnya dengan uang 5.000 rupiah.
Aliza pun duduk di bangku kantin sambil melamunkan kejadian hari ini. Dalam pikiran Aliza , dia memikirkan bagaimana perubahan drastis dari Melia yang dulu adalah teman dekatnya. Melia yang selalu mau diajak main pas malem-malem bertemu dengan geng motornya berubah menjadi anak yang sangat membenci geng motor.