Bilal bin Rabah
Sang Muazin Rasulullah
Memasuki babak baru fase dakwah di Madinah, Rasululullah dan Umat Islam hijrah ke Madinah, Rasulullullah menerapkan Islam dalam kehidupan bernegara. Beliau membangun masjid sebagai pusat kegiatan kaum muslimin. Bilal mendapatkan kehormatan sebagai muazin pertama. Posisinya sebagai muazin tidak tergantikan hingga Rasulullah wafat.
Bilal ikut menjaga baitul mal dan ikut bagian dalam jihad bersama pasukan Islam yang mendakwahkan Islam.
Saat berkecamuk Perang Badar, Bilal mendapatkan kesempatan untuk memerangi mantan tuan yang dulu pernah menyiksanya tanpa ampun, yaitu Umayyah bin Khalaf. Umayyah dan anaknya saat itu menjadi tawanan Abdurrahman bin Auf. Umayyah menjanjikan dirinya ditebus dengan beberapa ekor unta. Namun sebelum dia berhasil menebus dirinya sendiri, Bilal berkata, "Hai pemimpin kafir, Umayyah bin Khalaf! Aku tidak akan selamat jika kau selamat!"
Bilal hendak menyerang Umayyah, namun sempat dihalang-halangi oleh Abdurrahman. Abdurrahman menegaskan bahwa Umayyah dan anaknya adalah tawanannya. Bilal tak hiraukan ucapan Abdurrahman, dia berteriak lebih lantang, "Hai Umayyah! Aku tidak akan selamat jika kau selamat!"
Ucapan Bilal mengundang pasukan Muslim lain untuk mengepung Umayyah, anaknya, dan Abdrurrahman. Abdurrahman masih berupaya melindungi tawanannya. Tapi akhirnya gagal. Umayyah dan anaknya menemui ajal dalam perang ini.
Suatu hari Rasulullah pernah berkata, "Aku pernah masuk ke surga. Di sana aku mendengar suara derap langkah kaki. Aku menyeru, 'siapa dia?' Tiba-tiba terdengar jawaban, 'Bilal'." Tiap kali teringat kata-kata tersebut, kedua mata bilal bercucuran air mata.
Saat Rasulullah sudah tiada, Bilal sangat berduka sebagaimana para sahabat yang lain. Namun ada yang berbeda pada dirinya.
Meskipun Rasulullah sudah wafat, Bilal merasa beliau masih tetap ada di dekatnya, terutama saat dia mengumandangkan azan. Suatu perasaan yang memang tidaklah berlebihan karena Bilal adalah sang muazin Rasulullah.