Setelah dua mata pelajaran yang panjang, tiba waktunya murid istirahat.
Starla yang memang sejak awal sudah fokus, kembali mendapat masalah di pelajaran kedua, jadinya hingga kini ia masih menyalin catatan pelajaran sejarah milik Luna karena Ayu yang bertugas menulis sudah menghapus tulisannya di papan tulis sebelum ia selesai mencatatnya.
Jika di mata pelajaran matematika, kepalanya dipenuhi oleh ucapan pemuda itu, pelajaran sejarah justru kepalanya dipenuhi oleh tanda tanya besar siapa nama pemuda itu.
Starla mendesah pelan, berhenti sejenak untuk mengistirahatkan tangannya yang pegal karena menulis selama satu menit kemudian melanjutkan lagi, buru-buru mencatat ingin istirahat juga.
Luna dan Gea sudah ke kantin duluan, karena ia sedang mencatat, ia menitip makanan jika kedua temannya itu sudah selesai makan tapi ia masih belum muncul. Jika ia cepat selesai, mereka menunggu di warung bakso Mas Ijo.
Dan siapa tahu ia beruntung bisa bertemu dengan pemuda itu di kantin.
Semangat Starla naik dua kali lipat membayangkannya, konsentrasinya penuh pada tulisan cantik Luna sampai ia tidak mendengar kebisingan kelasnya.
"Kau masih menulis?"
Starla terkejut hingga pulpen yang berada di tangannya memberikan coretan lurus di catatannya, ia menggembungkan pipinya, melihat siapa yang sudah mengganggunya dan terbelalak ternyata kedua temannya. "Kalian sudah selesai makan?" tanyanya panik.
Luna dan Gea melirik satu sama lain, lalu menjawab bersamaan. "Sudah,"
Starla langsung tertunduk suram; gagal ke kantin, ia mengambil plastik yang diberikan oleh Luna, yang berisikan pesanannya yaitu nasi campur serta jus jeruk. "Ugh! Tugas ini banyak sekali." keluhnya, mengambil sesuap nasi dengan jengkel.
"Aku tidak pernah menyangka akan melihat seorang Starla Annora menjadi nakal secepat ini." kata Gea. "Serius, ada apa denganmu sih? Aku kaget sekali kau dihukum saat pelajaran favoritmu sendiri! Favoritmu!" ia mengulang kata 'favorit' sebagai bentuk tidak percayanya karena kejadian tadi pagi. "Pasti sesuatu yang penting sekali sampai-sampai kau tidak bisa berkonsentrasi."
Starla yang mendengarnya merasa malu sendiri, ia bahkan dapat merasakan pipinya memanas; ia sendiri juga tidak percaya dan bagaimana ia harus cerita pada Gea serta Luna bahwa penyebabnya seorang pemuda yang bahkan ia tidak tahu namanya.
"Dia pasti sedang memikirkan Dilan-nya, Ge." sahut Luna.
"Apa? Dilan?" Gea tidak mengerti. "Bisa kau lebih spesifik lagi?"
Starla menepuk keningnya; jika setiap godaan Luna untuknya bisa mendapat uang mungkin ia sudah bisa mentraktir teman sekelasnya.
Kenapa juga tebakan Luna selalu benar?
"Kau tahu tadi pagi Nona Annora terkena cupid cinta di bus." Luna menjelaskan dengan nada semanis mungkin.
Gea membatu di tempatnya berdiri.
Starla menelan makanan yang berada di mulutnya. "Sudah kubilang kalau aku tidak sedang jatuh cinta!"
"Jangan dengarkan dia, Ge. Kau tahu dia sedang ditahap memproses apa yang terjadi pada dirinya." kata Luna.
"Wow..." Gea takjub, setelah melihat Starla mendapat masalah, ia juga mengetahui Starla juga jatuh cinta. "Jadi... kapan tanggal pernikahannya?"
"Apa?" lagi? Kenapa kedua temannya ini bersikap seakan jatuh cinta merupakan hal yang sakral baginya? "Jangan seperti Luna, Ge."
Gea tertawa. "Maaf, La." sesalnya. "Akhirnya keajaiban terjadi padamu juga ya."
Starla memutar bola matanya. "Kalian menurunkan nafsu makanku." sindirnya, ia hanya ingin makan dengan tenang, kenapa begitu susah?
"Maaf deh," kata Luna.
"Jadi, siapa pemuda beruntung itu, La?" Gea bertanya penasaran. "Siapa yang membuat pikiranmu terbang jauh dari matematika?"
Itulah masalahnya, Starla tidak mengetahui nama pemuda itu sama sekali, menyedihkan memang, di bus, pemuda itu belum sempat menyelesaikan namanya, bus keburu sampai di sekolah duluan. "Tadi dia tidak sepenuhnya mengatakannya, hanya Ao."
"Ao," Luna berpikir keras. "Tetapi Ao belum tentu namanya, bisa saja itu obrolan kalian."
"Aku yakin itu nama awalan dia," kata Starla.
"Kalau kau memang yakin, aku percaya, La." kata Gea. "Kau punya informasi lain tidak?"
Starla tidak terlalu yakin dengan ini tetapi ia tetap mengatakannya. "Dia masuk kelas 3 IPS 4, Ge. Aku tadi melihatnya olahraga bersama Kak Rendy."
"Jadi memang dia anak baru itu!" seru Luna hingga membuat kedua temannya menutup telinganya. "Lucunya dia sama sekali tidak seperti orang Jepang."
Starla mengangguk menyetujui. "Jadi kau tahu siapa nama dia?"
"Aku belum tahu," Luna mengakui malu. "Tapi aku punya seorang mata-mata yang dapat membantuku mendapatkan dia!" ia mengeluarkan ponsel di saku dan mengetik sesuatu dia sana.