Luna mengangguk, dan berjalan menuju ke lantai atas.
"Wah," Starla pikir lantai dua akan sama seperti lantai satu ternyata tidak, di sini jauh lebih luas, kursi yang disediakan lebih banyak juga tak lupa pemandangan di sini lebih indah, hanya saja ada satu yang mengganjal, tidak ada dua kursi kosong yang berdampingan. "Bagaimana?" tanyanya.
"Hm..." Luna berpikir. "Kita bisa tetap duduk berdekatan, kau di depan, aku di belakang, atau sebaliknya... ?" sarannya.
Itu bukanlah ide yang buruk hanya saja kursi yang kosong di samping lelaki semua.
"Bagaimana kita ke lantai bawah saja?" tanya Starla. "Di sini cuma ada cowok."
"Apa?" Luna menatap Starla tidak percaya. "Duduk saja, busnya sudah jalan dari tadi." perintahnya.
Starla ingin protes lagi hanya saja diurungkan, memang niat lainnya juga ingin melihat lelaki tampan, meskipun bukan berarti harus duduk dengan mereka. Ia pun berjalan menghampiri ke seorang pemuda yang duduk sendirian di bagian depan, ia tak bisa mengira apakah pemuda itu tertidur atau tidak karena terhalang oleh topi sekolah.
'Dia rajin sekali pakai topi sekolah.' kata Starla dalam hatinya.
"Permisi," kata Starla sopan. "Bolehkah geser sebentar? Aku mau duduk." pintanya halus.
Pemuda itu membenarkan letak topinya agar bisa melihat jelas siapa yang membangunkan tidurnya, mengetahui seorang gadis, ia segera merespon cepat. "Boleh," sahutnya singkat, ia bangkit berdiri agar Starla bisa duduk di pojok.
Starla sendiri sedikit syok; perasaannya saja ataukah pemuda itu memiliki mata abu-abu seperti lelaki yang ditemuinya kemarin? Ia tidak terlalu yakin sebab tadi hanya melihat sekilas saja; ia pun duduk dengan perasaan penasaran apakah matanya benar, sayangnya pemuda itu menurunkan topinya lagi hingga membuatnya kesulitan menganalisa lebih jauh lagi.
Starla ingin bertanya pada Luna tetapi yang dibicarakan olehnya kan ada di sampingnya, pasti pemuda itu akan mendengar bahkan mungkin bisa tersinggung digosipkan.
'Kenapa lelaki yang membuatku tertarik selalu mengenakan masker?' keluh Starla dalam hati.
Mengingat masker, Starla menyadari bahwa ia tidak mengenakan juga, batuknya memang tidak separah kemarin hanya saja tetap harus berjaga-jaga.
Nasehat Gea sungguh-sungguh tertanam di kepalanya. Di mana juga temannya satu itu? Seingatnya Gea juga naik bus kalau sekolah.
Starla mengambil sisa masker di dalam tasnya, kemudian memakainya, ketika melakukannya seluruh isi tasnya jatuh karena gerakannya. "Ah,"
Lagi-lagi.
Cerobohnya dirinya.
Tidak ingin membuat pemuda di sampingnya terganggu, Starla segera mulai mengambil barang miliknya yang terjatuh, ia sukses mengoleksi semuanya hanya tinggal satu yaitu lip gloss miliknya, karena ringan jadi menggelinding di depan kaki pemuda itu.
Starla sedikit ragu mengambilnya, haruskah ia menunggu bus berhenti atau tidak, jika menunggu ada kemungkinan lip gloss-nya akan terinjak mengingat jaraknya yang dekat namun, ia juga tidak bisa mengambil tanpa bersentuhan dengan pemuda itu.
"Aku rasa, aku akan mengambilnya habis dia pergi." gumam Starla pasrah dengan keadaan.
Lip gloss itu memang tidaklah mahal hanya saja ia membelinya dengan menggunakan uangnya sendiri, sebagai kebanggan sendiri.
"Butuh bantuan?"
"Eh?" Starla terkesikap pemuda itu mengeluarkan suaranya, dan lagi ia merasa suara pemuda itu juga tidak asing, suaranya hampir sama dengan lelaki kemarin. Sebelum sempat ia merespon, pemuda itu mengambil lip gloss di antara kakinya dan menyerahkan padanya. Ia tidak buru-buru mengambilnya, ia membiarkan diri mengambil kesempatan melihat mata pemuda itu, dan dugaannya itu benar jika memang pemuda itu yang ditemui olehnya kemarin, tahi lalat di mata kiri serta mata abu-abu mengkonfirmasi dugaannya. Dengan senyum simpul, ia mengambil lip gloss di tangan pemuda itu. "Terima kasih."
Pemuda itu mengangguk, kali ini tidak melanjutkan tidurnya justru menatap ke depan, memandang pemandangan di luar.
Pipi Starla memanas. tidak menyangka akan bertemu lagi dengan lelaki kemarin dan mereka satu sekolah, ia berpikir-pikir dari kelas mana pemuda itu, ia belum pernah mendengar ada orang Eropa di sekolahnya.
'Apakah dia itu anak baru yang dibicarakan?'
Bukankah anak baru itu dari Jepang bukan Eropa?
Mungkin pemuda itu adik kelasnya mengingat ia tidak terlalu mencari tahu soal mereka.
Apa pun itu, pemuda itu berhasil mendapat perhatian darinya.
Misi ini tidak berakhir terlalu buruk juga...