Sebelum membaca novel ini. Tolong baca ya.
Novel ini ada 2 volume, dengan cerita berbeda & karakter yang berbeda.
Volume 1 itu bercerita tentang Starla & Aozora, kehidupan SMA, berlatar belakang Indonesia
Volume 2 itu bercerita tentang Sakura & Reon, kehidupan dewasa, berlatar belakang di Jepang
Saya sendiri akan melanjutkan cerita Starla di volume 3
Jadi, kalian bisa pilih sendiri, tinggal cek tulisan bab-babnya, nanti ada volume-nya
Terima kasih,
nona_ge
***
Seorang gadis memandang sendu keluar jendela mobil yang ditumpanginya, memandang iri segerombolan anak sekolah berseragam SMA sama sepertinya tengah naik ke dalam bus sekolah.
Biasanya orang-orang akan iri dengannya yang setiap kali berangkat atau pulang sekolah menggunakan mobil pribadi namun, ia justru sama sekali tidak menikmatinya.
Gadis itu bisa saja naik kendaraan umum namun, orang tuanya tidak mengijinkan dengan alasan demi keselamatan dirinya.
Kedua tangannya yang berada di pangkuan pahanya terkepal sementara napasnya mulai tersengal-sengal mengingat kejadian yang membuatnya trauma itu.
Kedua orang tuanya melarangnya naik bus sekolah semenjak kejadian tersebut, ia yang kala itu masih berumur delapan tahun tentu bahagia tiada tara akan keputusan tersebut sebab ia ditemani oleh Ayahnya yang super sibuk berangkat sekolah namun, sudah tujuh tahun berlalu, kejadian itu tidak lagi terlalu berefek baginya, Ayahnya juga sudah berhenti mengantar ke sekolah ketika ia menginjak kelas tiga SMP jadi seharusnya ia diperbolehkan lagi naik angkutan umum, nyatanya tidak semudah itu.
Entah ia harus bersyukur atau tidak akan sisi perlindungan berlebihan orang tuanya yang tetap tidak mengijinkan dirinya naik angkutan umum.
Ia mengerti bila tidak diijinkan naik angkutan umum namun, setidaknya ia ingin diperbolehkan naik bus sekolah, ia ingin sekali merasakan rasanya berangkat bersama teman-temannya, dan yang terpenting dari itu ia ingin teman-temannya berhenti memanggilnya 'Tuan Putri'.
Memang bagi orang kebanyakan pastilah akan senang dipanggil 'Tuan Putri' apalagi oleh lelaki akan tetapi baginya tidak sama sekali baginya sebutan itu sebagai ejekan karena definisi 'Tuan Putri' baginya seorang perempuan yang hanya bergantung pada orang lain walaupun ada yang tidak begitu juga.
Ia hanya ingin teman-temannya memanggil namanya.
"Nona Starla, kita sudah sampai di sekolah." kata supir sopan.
Gadis bernama Starla kembali dari lamunannya, mata cokelatnya melirik keluar; memang benar, sudah sampai di sekolah. "Terima kasih, Arthur." katanya lembut kemudian keluar dari mobil, dan melambaikan tangannya barulah masuk ke dalam sekolah.
Starla melangkah melewati lapangan olah raga dengan wajah sedikit tertunduk agar sinar matahari tidak mengenai wajahnya secara langsung, ia memang sudah memakai pelindung tabir surya tapi tetap berjaga-jaga, salahnya juga lupa memakai topi.
"Starla!"
Starla otomatis berhenti melangkah mendengar namanya dipanggil, ia menoleh ke arah suara tersebut; seorang gadis berambut hitam dikuncir ekor kuda tengah berlari ke arahnya. "Luna. Selamat pagi." sapanya hangat begitu gadis bernama Luna sampai di depannya.
Luna menarik napas sejenak memenangkan dirinya. "Selamat pagi juga, La." katanya. "Aku lihat, kau masih belum berhasil membujuk orang tuamu." katanya.
Starla menggembungkan pipinya jengkel mengingatnya. "Aku sudah berusaha tapi kau tahu Mama sama Papaku seperti apa," jelasnya.
"Ouch," Luna bersimpati mendengarnya, ia tahu betapa sulitnya membujuk Ayah Starla. "Kau tahu kan kedua orang tuamu melakukan ini demi dirimu juga, dan lagi kau itu kan anak perempuan satu-satunya."
Starla memutar bola matanya, dan melanjutkan perjalanannya menuju kelas. "Jangan ingatkan aku." katanya ketus.
Luna justru tertawa kecil. "Aku tidak mengerti kenapa kau begitu terobsesi ingin naik bus sekolah, padahal naik mobil lebih enak, bebas tidak usah berdesakan dengan orang-orang." katanya. "Walaupun menyenangkan juga bisa melihat kakak kelas yang tampan-tampan di sana." jelasnya riang lalu teringat kejadian di bus tadi. "Oh, aku dapat lotre! Kau tahu tidak Kak Rendy dari kelas 3 IPS 4? Pasti tahu dong! Dia meminta nomor ponselku! Nomor ponselku!" serunya syok, masih tidak percaya.