Sinopsis:
Kumohon jangan menangis..."
Shion terpaku ia sangat tidak percaya akan kehilangan sosok yang sangat dicintainya..
Tidak lama lagi..."
Shion berusaha keras menahan air mata yang kini hampir tumpah.
Aon juga melihat betapa susahnya shion menahan dirinya agar terlihat tegar dihadapannya.
Kami sudah pulang dari rumah sakit. Dengan mendapat kabar yang mengejutkan.
Memang kata ibu dia dulu pernah menderita kanker dan ayahnya juga. Mungkin karena itu didalam tubuh putranya gabungan kedua kanker itu.
Sehingga Aon tidak tau dan membiarkan kanker itu terus tumbuh.
Aon tahu betapa terpukul nya shion. Ketika mendengar kehidupan nya tinggal sebentar lagi.
Aon hanya bisa menatap shion dari jauh. Ia berpikir bagaimana harus menghibur sosok seme yang sangat romantis itu.
Shion memukul mukul dinding nya. Semua pikirannya hanya berputar soal itu. Bagaimana Aon bisa menderita penyakit itu ?
Tentu saja shion sama sekali tidak dapat menerimanya. Ia menerima kalau ia dulu hilang ingatan dan dia kakaknya Aon.
Tetapi penyakit ini , ia sama sekali tidak percaya. Meskipun itu hasil pemeriksaan Aon yang dimintanya diperiksa berkali kali.
Benar itu penyakit Aon , shion tau betul karena ia mengambil jurusan kedokteran.
Dasar...tetapi kenapa harus Aon."
Sendu shion ia tidak sadar air matanya mengalir deras sedari tadi.
Tanpa mampu ia bendung dan tampung lagi.
Dan ia baru tersadar saat kakinya menyentuh sesuatu yang becek.
Matanya sangat berair. Dasar kamu shion sungguh cengeng bagaimana mau melindungi Aon nanti!!
Shion tidak mampu membohongi perasaannya yang kini tercabik cabik. Semua kebenaran dan penyakit ini membuat ia pusing.
Terutama kenyataan Aon akan meninggalkan nya karena penyakit.
"Shion ..jangan menangis"
Shion mendongakkan kepalanya pada sumber suara. Suara yang sangat ku impikan, suara yang kini bagian dari nafasnya.
Aon hanya tersenyum ia memberikan kue dan teh yang dibuatnya.
"Shion, kau belum makan sedari tadi...."
"..."
Shion tidak berani menatap Aon. Ia tidak mau wajah menyedihkan ini dilihatnya.
Lagipula setiap ia melihat wajah Aon terasa sakit pada hatinya.
"S--shion..."
Cup
Shion terdiam ia merasakan sentuhan hangat yang kini ia sangat rindukan. Ia tidak ingin kehilangan itu. Shion menekan kepala itu untuk terus merasakan sensasi manis diulut Aon.
Aon hanya memukul-mukul shion saat dia butuh oksigen. Ia senang melihat shion berhenti memikirkan itu.
"Kumohon jangan menangis..."
Gumam Aon menyuapkan kue manis buatannya.
Air mata shion kini semakin membludak ketika melihat tingkah manis Aon.
Ia sangat sedih , hingga tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk menghilangkan perasaan sedih ini..."
"Neh , shion aku tau kau sedih karena diriku...namun lihat sekarang kan aku ada...jangan begitu kau buruk sekali loh..."
Hibur Aon tersenyum tipis. Ia menatap shion seolah ingin menghibur rasa kesedihannya.
Padahal dia sendiri yang harusnya bersedih karena ia akan mati.. apa ia tidak sedih kehilangan dirinya..."
Shion mendorong ketika Aon hendak menyuapkan kue padanya.
"Aon kau tidak sedih, jika kau akan kehilangan diriku.."
Aon terdiam dia terhanyut mendengar itu..sedih?
Tentu saja ia sedih, tetapi demi shion ia harus kuat!!
"Tidak , kita harus kuat shion"
"Aon , aku membenci mu..."
Gumam shion ia sedih sekali saat Aon mengatakan itu seolah tidak peduli apa hubungan mereka.
Aon tertegun tentu saja bukan itu maksud nya. Jadi ia menyangka Aon sama sekali tidak peduli hubungan mereka bukan bukan..."
Shion perlahan pergi , auranya begitu sedih. Jangan jangan pergi lagi..."
Aon merasakan rasa perpisahan begitu dalam dan sakit luar biasa ketika shion perlahan pergi.
"Jangan..jangan pergi...hiks"
Aon menahan shion dan memeluk punggung nya hingga tidak sadar basah oleh air matanya...
"Lalu bukankah kau tidak peduli'
Marah shion ia masih kesal ketika Aon bahkan tidak menangis untuk hubungan mereka..."
Aon terdiam , air matanya kian mengenang dan membuat panas punggung shion.
"A--aku sedih tentu saja, ber--pi.. sah membuat ku sakit..tapi aku tidak mau melihat mu menangis shion....tidak lagi...hiks~"
Aon menangis perlahan ia sedih sekali saat diacuhkan oleh shion. Ia tidak ingin lagi berpisah dengan shion. Perpisahan itu begitu sakit hingga mau mati rasanya..."
Shion meluluh ia tidak mau juga melihat ukenya menangis seperti ini. Tetapi perasaan nya kian menguat.
Air mata yang kini saling ditumpahkan. Tidak bisa dihentikan. Ia ingin menghibur Aon tetapi ia juga tidak bisa menghibur dirinya..."
Air mata ini tidak akan berhenti..."