Chereads / Michan Bersaudara / Chapter 47 - Bagian 45--

Chapter 47 - Bagian 45--

Sinopsis:

Makin parah....

Shion menatap sosok Aon yang kini terbaring lemah pada lantai. Mereka tidak disadari sudah 5 jam tanpa henti menangis.

Semua perasaan kehilangan ini membuat kami tidak sadar mengeluarkan air mata.

Ngilu..."

Yah, hati shion serasa sangat ngilu sakit sakit sekali. Hingga mau mati rasanya.

Shion mengangkat sosok Aon yang kini ia tatap wajahnya sembari membawanya ke sofa.

Kubaringkan dan kutatap wajahnya sepanjang waktu.

Tidak bosan bosannya kutatap wajah uke ku yang sangat manis dihadapan ku.

Aon tertidur sangat pulas dan terselip rasa takut ketika melihat Aon tidak kunjung bangun.

Segera shion berdiri dan menahan nafas ketika melihat ia sudah menghabiskan waktu sampai tengah malam.

Dan Aon sama sekali tidak menunjukkan tanda sudah bangun. Shion segera memeriksa nafasnya . Masih ada dia masih bernafas!!

Shion segera membawa Aon ke rumah sakit. Ia tidak ingin Aon kenapa Napa!!

Dokter itu lagi mengurusi hal lain. Padahal ia sudah berjanji akan mengurus adiknya itu.

"Maaf tapi dok--"

Brak

"Hoi cepat keluar dokter gadungan...."

Bentak shion wajahnya seakan hendak membunuh dokter itu.

Dokter itu tau pria itu marah dan dia menghentikan proses pemeriksaan nya dengan pasien itu.

Ia segera datang dan memeriksa Aon yang kini mulai mendingin.

Tes

Shion makin deg degan . Dokter itu meneteskan keringat dingin. Dan ia menatap pasiennya itu dengan tatapan tidak percaya.

"A-apa yang terjadi dok--a"

"Kau segera bawa ia ke ruang ICU"

Seru dokter itu nafasnya memberat . Dan shion segera membawa Aon ke ruang ICU. Dan menunggunya di luar.

Shion mengigit jarinya. Ia gemetar sekali. Apa yang terjadi pada Aon...?

Perlahan air mata shion yang dikiranya sudah mengering. Kini keluar lagi lebih deras dan panas.

Ia sangat takut dan sedih kehilangan Aon..."

Penyakit brengsek itu gak mungkin kan merebut nyawa Aon kesayangan nya...."

Shion melihat proses operasi Aon dari balik pintu. Untung saja ia tidak dilarang melihat itu dari luar.

Jika Aon sudah masuk ruang ICU dan operasi. Itu pertanda penyakit Aon sudah sangat parah.

Air mata shion terus mengalir mengisi jendela itu. Hingga beberapa kali harus di usap agar nampak.

Operasi itu berlangsung kurang lebih 2 jam. Dan selama itu shion tidak merasakan apapun. Bahkan ia belum makan seharian dan sama sekali tidak tau menahu tentang yang lain.

Bahkan orang yang lalu lalang dibelakangnya menganggapnya gila. Biar sekarang pikirkan nya hanyalah Aon!!

"Aon selamatlah...dan bersamaku lagi....."

Sendu shion , wajahnya terus berkaca kaca. Menatap uke kesayangan nya harus dioperasi dan kesakitan seperti itu.

Benar-benar aku sudah gagal sebagai kakak dan saudaranya bahkan kekasih nya!!

Kini lampu operasi sudah hijau. Dan dokter mengelap keringatnya. Tampak seunyil senyum itu membuat shion sedikit lega.

Ia menyingkir dan mengusap wajah nya yang penuh air mata.

"Ba--bagaimana Aon..."

Tanya shion ia tidak bisa mengatur kata katanya lagi. Terlalu bingung...."

"Operasi ini sudah membuat nya cukup Aman tetapi ia harus di rawat di rumah sakit mulai sekarang'...."

Shion terperangah ia tidak percaya semua kelegaan itu langsung lenyap.

"Ke-kenapa..."

"Penyakit itu tetap tidak bisa memperpanjang masa hidupnya dalam waktu dekat ia akan mati. Dan kanker itu kini hampir menyerang seperempat tubuhnya...."

Jelas dokter itu menyuruh suster membawa Aon.

Shion hanya bisa meneteskan air mata tidak percaya. Dan menatap Aon yang kini mulai menjauh darinya.

Jadi Aon akan tetap meninggalkan nya.....?

"A--a...Aon...hiks~"

Gumam shion ia sangat tidak percaya akan melihat Aon hanya dalam beberapa hari lagi.

"Eh shion kah ....jangan nangis.. aku masih ada kan....neh~"

Rayu Aon tertawa kecil melihat wajah shion sangat buruk penuh air mata..

Shion menangis lagi dan memegang tangan Aon sangat erat. Ia tidak ingin kehilangan Aon...."

Aon menanggapi itu hanya dengan senyum ramahnya.

"Aku rindu kau yang pemarah Aon....Chan...."

Blush

"Ha--hahaha, jangan gitu aku akan marah loh...hehe~"

Aon hanya menanggapi dengan semburat merah peach. Semburat itu membuat shion kembali merasakan rasa sakit teramat dalam.

Ia ingin selalu melihat semburat itu. Dan ia tidak ingin kehilangan dirinya....."