"Jika mencintaimu adalah kesalahan, aku ingin melakukan ribuan kesalahan agar tetap bersamamu." Andrew memandang Clarissa dengan tatapan yang dalam, dan menghujam jantung setiap mata yang memandang.
Rasa cinta yang sangat besar begitu menyesakkan dada. Kata-kata cinta mampu menyihir setiap insan yang mendengarnya, seolah menjadi mantra yang memabukkan. Tak mungkin untuk bisa melepaskannya, sekali melepas pastilah mati seketika itu juga
Entah itu rasa bahagia atau rasa haru, Clarissa tak mampu lagi menahan perasaan yang semakin menderu sudut hatinya yang paling dalam. Derai air mata mulai mengalir dari sudut matanya. Andrew memeluknya dengan erat, tak ada lagi jarak yang memisahkan mereka.
Siang harinya, setelah percintaan dengan penuh cinta yang menggelora. Andrew sudah berangkat ke kantornya. Didalam apartemennya, Clarissa kebingungan harus melakukan apa. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman sekitar komplek apartemen. Banyak anak-anak yang sedang berlarian bersama temannya. Mereka semua terlihat lucu dan sangat menggemaskan. Clarissa tersenyum melihat pemandangan itu.
"Cantik-cantik begini kok senyum-senyum sendiri." Joe tiba-tiba ada di depannya.
"Hai Joe. Kok bisa ada disini?" tanya Clarissa dengan wajah terkejut.
"Tadi aku sedang lewat sini, kebetulan melihat seorang wanita cantik yang menarik hatiku. Ternyata itu Kak Clarissa," jawabnya.
"Kamu tidak sekolah?" tanya Clarissa.
"Tak ada kegiatan di sekolah setelah ujian. Ayo Kak ikuti aku." Joe menarik tangan Clarissa menuju kedai ice cream tak jauh dari taman.
Tanpa penolakan Clarissa mengikuti lelaki muda didepannya itu. Clarissa duduk di kursi depan kedai yang menghadap ke taman. Tak lama setelah itu, Joe keluar membawa 2 cup ice cream coklat.
"Makanlah Kak, ice cream disini sangat enak." Joe langsung melahapnya dengan cepat.
"Benar-benar enak. Darimana kamu tahu ice cream disini sangat enak?" tanya Clarissa.
"Sebenarnya aku juga tinggal di Sun Rise Apartment, mungkin sudah 3 tahun ini." Clarissa langsung tersedak mendengar jawaban Joe.
Takdir apa lagi yang akan dijalani Clarissa. Tiba-tiba seorang yang terlalu baik hadir dalam hidupnya. Bahkan mereka berdua tinggal di gedung yang sama.
Joe terus saja memandangi wanita cantik di hadapannya. Hatinya mulai berdesir, mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin. Jantungnya berdegup kencang, memerhatikan bibir Clarissa menikmati ice cream coklat yang sangat lezat. Dilihatnya ice cream Clarissa menempel di area sekitar bibirnya. Joe mengambil sebuah tissue, dan membersihkan mulut Clarissa dengan sangat lembut. Tanpa ada rasa curiga sedikitpun, Clarissa hanya bisa menerima perlakuan manis Joe. Sedangkan Joe semakin merasakan sesak di dadanya, dia takut tak bisa mengendalikan perasaannya. Sekuat tenaganya, Joe berusaha mengontrol hatinya yang semakin tak bisa kompromi dengan Clarissa didepannya.
"Aku akan mengantarmu kembali ke apartemen," kata Joe sambil berdiri mau pergi.
"Baiklah. Kamu tinggal di unit berapa?" tanya Clarissa.
"707," jawab Joe singkat.
"Kebetulan sekali, 707 tepat di depan apartemenku 703." Clarissa tersenyum senang mengetahui tetangga depannya ternyata pemuda yang sudah dikenalnya.
Mereka berdua bersamaan memasuki lift. Sampai di lantai 7, Clarissa keluar dari lift duluan. Lalu Clarissa bermaksud langsung masuk ke apartemennya.
"Tunggu Kak, Kakak tidak ingin mampir ke tempatku dulu." Joe sangat berharap Clarissa tak menolaknya.
"Tapi hanya sebentar ya, sebentar lagi Mas Andrew akan pulang," jawabnya.
Joe merasa senang atas kehadiran Clarissa ke apartemennya. Kebahagiaan yang sederhana seperti itu sudah cukup baginya. Di dalam apartemen Joe, Clarissa melihat-lihat foto yang terpajang di dinding ruang tamu. Sekilas dia menatap sebuah foto keluarga.
"Mengapa wanita itu terlihat familiar?" tanyanya dalam hati.
Clarissa mulai memikirkan tentang wanita muda di foto itu. Saking seriusnya berpikir, dia tak menyadari Joe sudah berdiri di sampingnya.
"Dialah kakak perempuan yang pernah aku ceritakan kepada mu. Mungkin sekarang dia sedang di luar negeri atau entah di tempat yang jauh, sehingga aku sangat sulit bertemu dengannya." Nada bicara Joe terdengar menyedihkan.
Clarissa membalikkan badannya menghadap lelaki muda yang terlihat sedih.
"Banyak kebahagiaan yang bisa kamu dapatkan di luar sana. Jangan hanya bertumpu pada satu orang yang selalu tak menginginkan kehadiranmu " Clarissa memeluk Joe dengan hangat.
Joe merasakan kedamaian yang sangat luar biasa, yang tak pernah didapatkannya dari siapapun. Hanya Clarissa yang berhasil membuat hati Joe merasa damai, seakan dunia terasa indah saat bersamanya. Kekuatan hati semacam apa yang dimiliki wanita yang sekarang sedang memeluknya? Bagaimana mungkin wanita ini bisa menguasai hati sekaligus pikirannya? Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak Joe, namun tak ada jawaban yang bisa ditemukannya.
"Aku harus pulang sudah terlalu sore." Clarissa melepaskan pelukannya dengan sangat pelan.
Clarissa berjalan ke arah pintu, dan memegang handle pintu untuk membukanya.
"Tunggu Kak." Suara Joe menghentikan langkah Clarissa.
"Apa aku boleh bertemu Kakak lagi?" tanyanya penuh harap.
"Tentu saja," jawabnya sambil tersenyum mencubit pipi Joe.
Cubitan Clarissa begitu terasa sampai kedalaman hati Joe. Sedikit sentuhan saja dari wanita itu sudah membuat jiwa Joe bergejolak sangat hebat. Dengan senyuman menghiasi wajahnya, Joe masuk ke kamarnya. Bayangan Clarissa begitu nyata di dalam matanya. Mungkinkah Joe jatuh cinta pada wanita yang tinggal di depan rumahnya? Hanya Tuhan dan Joe sendiri yang tahu.
Memasuki apartemennya, Clarissa langsung tiduran di atas ranjang kamarnya. Hingga tertidur tanpa sadar, dengan posisi ponsel masih ditangannya. Tak berapa lama, Andrew sudah datang dan langsung mencari istrinya. Didalam kamarnya, terlihat Clarissa tertidur nyenyak. Andrew hanya bisa mengecup keningnya, karena tak ingin membangunkannya. Sedikit kecupan saja sudah berhasil membangunkannya.
"Mas Andrew sudah datang?" tanya Clarissa masih dalam rasa kantuknya.
" Tidurlah lagi. Aku akan menyiapkan makan malam kita." Andrew kembali mencium istrinya.
Dengan sangat cepat, Andrew menyiapkan bahan yang akan dimasaknya. Dia mulai memasak beberapa macam sayur dan lauk. Clarissa yang tak mau berpangku tangan, justru mengganggu Suaminya yang sedang memasak.
"Mas, biar aku yang memasak," ucapnya sambil memeluk suaminya dari belakang.
"Biarkan aku memasak di dapur sekarang. Nanti malam aku akan memasakmu di atas ranjang." Andrew sengaja menggoda istrinya yang bergelayut manja di belakangnya.
"Mas Andrew semakin nakal ya. Aku pasti akan membalasmu," ucap Clarissa sambil memainkan tangannya di bawah perut suaminya.
"Sayang, apa kamu sudah tak sabar untuk dimasak sekarang?" Andrew membalikkan badannya lalu menarik pinggang Clarissa hingga tak ada jarak.
Clarissa terlihat cukup gugup, wajahnya memerah menahan gejolak jiwanya. Dia kemudian mengalungkan tangannya di leher Andrew. Dengan lembut dilumatnya bibir mungil milik Andrew. Pria itu pun membalas ciumannya dengan cara yang berbeda. Diciuminya leher Clarissa hingga turun ke dadanya. Clarissa selalu saja menikmati setiap sentuhan Suaminya. Ditengah permainan, tercium bau masakan gosong.
"Mas masakannya?" Clarissa sedikit terkejut dengan bau gosong yang tercium.
"Ya ampun, Sayang!" Andrew langsung mematikan kompornya dan kembali memeluk istrinya.
"Ini hukuman mu karena membuat masakanku gosong," ucapnya sambil menciumi dan meremas payudara istrinya dengan sedikit kasar.
Clarissa hanya tersenyum melihat wajah kesal Suaminya yang terlihat semakin menggemaskan.
Happy Reading