Andrew dan Clarissa sedang menikmati sarapannya. Ini adalah hari terakhir Clarissa magang di kantor Andrew. Sebenarnya Andrew merasa berat harus berjauhan dengan istrinya. Tapi mau gimana lagi, keadaan yang memaksanya.
"Mas, hari ini adalah hari terakhir magang. Besok aku akan lebih fokus pada skripsi ku," ucap Clarissa.
"Tidak bisakah kamu tetap menjadi asistenku di kantor?" tanya Andrew.
"Bersabar sebentar saja Mas. Setelah aku menyelesaikan skripsi, aku akan menjadi asisten pribadi sekaligus menjadi istrimu." Clarissa menatap lekat pada suaminya.
"Sekali-kali jika punya waktu luang, datanglah ke kantor." Andrew terlihat tidak bersemangat lagi.
Sampai di kantor Clarissa mulai membereskan barang-barang pribadinya. Dia juga berpamitan pada karyawan lain yang selama ini selalu membimbingnya. Clarissa pun menemui Nindy di mejanya.
"Kak Nindy, aku pamit ya. Terimakasih selama ini selalu membantuku dalam banyak hal. Kalau aku banyak salah tolong dimaafkan." Clarissa mengatakan dengan setulus hatinya.
"Clarissa, bagaimana dengan Pak Andrew? Beliau sudah terbiasa bekerja bersamamu. Kamu bisa mengerjakan skripsi sambil bekerja disini." Nindy sangat tahu hubungan mereka berdua, karena dia satu-satunya karyawan yang tahu bahwa atasannya telah menikahi Clarissa.
"Aku ingin menyelesaikan skripsi secepatnya, lalu fokus bekerja disini." Clarissa tersenyum menatap Nindy.
"Aku berharap skripsimu cepat selesai, dan menjadi penyemangat di kantor ini." Nindy menepuk pundak Clarissa menyemangatinya.
Di A.H Architect, Clarissa menjadi primadona. Beberapa karyawan mengidolakannya, juga mengagumi cara bekerjanya. Clarissa merupakan mahasiswi yang cerdas, dia juga menjadi menjadi mahasiswa terpandai di kampusnya.
Clarissa memasuki ruangan Suaminya, dilihatnya Andrew sedang sibuk dengan beberapa desain untuk proyek baru.
"Kemarilah, ini hasil penilaian selama magang di sini." Andrew memberikan lembar penilaian untuk istrinya.
"Mas, bukankah nilai ini sedikit berlebihan. Harusnya Mas Andrew bisa obyektif," ucap Clarissa sambil menatap nilainya.
"Bukan aku yang memberikan nilai. Bagian SDM yang mengerjakannya," jawabnya kesal.
Clarissa masih tak percaya, nilai yang diberikan mendekati sempurna. Apakah selama ini hasil kerjanya sebaik nilai yang telah diberikan. Clarissa semakin penasaran, lalu dia menemui Bagian SDM. Pak Wawan yang bertanggung jawab di Bagian SDM, menjelaskan kalau Clarissa memang pantas mendapatkan nilai itu. Seluruh karyawan juga menyetujui dengan nilai yang diberikannya. Hati Clarissa menjadi lega, dengan hasil kerja kerasnya selama bekerja di A.H Architect.
***
Keesokan harinya, sebelum ke kantor Andrew mengantarkan Clarissa ke kampusnya. Sebelum keluar dari mobil, Clarissa berpamitan kepada suaminya.
"Selamat bekerja, Mas," pamit Clarissa sambil mencium Andrew sekilas, lalu keluar dari mobilnya.
Andrew tersenyum memandangi Clarissa, kemudian dia meninggalkan halaman kampus. Clarissa pun menghampiri teman-temannya yang sedang ngobrol di depan kelas.
"Primadona kampus kita sudah datang," cetus Melani sahabat Clarissa.
Semua mata memandang Clarissa, kecantikannya telah menghipnotis seisi kampus. Keramahan dan kelembutannya melelehkan hati orang yang berjumpa dengannya.
"Hai semua, aku sangat merindukan kalian," ucap Clarissa manja.
"Clarissa, kamu kok bisa tambah cantik begitu?" tanya Amara temannya.
"Kecantikan itu bersumber dari hati." Clarissa tertawa mendengar jawabannya sendiri.
Mereka mengobrol melepaskan kerinduan, selama harus berpisah karena magang. Mereka mulai menceritakan, berbagai pengalaman bekerja di perusahaan walaupun cuma magang.
"Clarissa dosen pembimbing mu siapa?," tanya Melani.
"Kayaknya sih Pak Anton," jawab Clarissa.
"Apa ... Pak Anton duda keren itu? Wah asyik donk, aku juga mau." Amara terkesan iri dengan Clarissa karena mendapatkan Pak Anton sebagai pembimbingnya.
Clarissa mengerjakan skripsi nya semaksimal mungkin. Sudah sebulan ini, dia harus bolak-balik menemui dosen pembimbing. Hari ini Clarissa juga sudah membuat janji temu dengan Dosen itu. Begitu Andrew mengantarkannya sampai kampus, Clarissa langsung menemui Anton, dosen pembimbingnya. Wanita itu mengetuk pintu ruangan dosen itu.
"Selamat pagi Pak Anton," sapanya pada dosen pembimbing.
"Clarissa duduklah." Pak Anton tersenyum ramah menyambut Clarissa.
Mereka berdua membicarakan tentang skripsinya yang hampir selesai. Tinggal menunggu jadwal seminar proposal dan sidang skripsi. Clarissa sangat senang dengan hasil dan kerjasama antara dia dan Pak Anton membuat semua lebih cepat selesai. Diam-diam Pak Anton terus memandangi wajah cantiknya. Clarissa yang baru menyadari menjadi tidak nyaman dengan dirinya.
"Apa ada yang salah dengan penampilan saya, Pak?" tanya Clarissa.
"Clarissa kamu sangat cantik. Sudah lama saya menyukaimu," jawab Anton dengan tatapan mata yang sedikit menggoda.
"Maksud Pak Anton?" Clarissa terlihat bingung dengan pernyataan dosennya.
"Maukah kamu menjadi istri saya? Kamu juga tahu saya sudah berstatus duda." Lelaki itu tak berhenti memandangnya dan menebarkan senyuman.
"Maaf Pak, saya tidak bisa menjadi istri anda," jawabnya.
"Bukankah harusnya kamu merasa beruntung mendapatkan saya? Daripada kamu kesana kemari hanya menjadi wanita penggoda." Nada bicara Anton sedikit kesal.
"Saya tidak seperti yang anda pikirkan." Clarissa hanya bisa menahan kekesalannya mendengar ucapan dosennya.
"Kamu pikir saya tidak tahu. Di kampus kamu memang mahasiswa terbaik. Tapi di luar itu, bukankah kamu hanya seorang simpanan dari seorang pengusaha kaya. Harusnya kamu berterimakasih kepada saya karena mau menjadikanmu istri yang sah." Perkataan Anton terdengar merendahkan Clarissa.
"Saya rasa urusan saya sudah selesai. Terimakasih atas bimbingan anda selama ini. Saya permisi." Clarissa meninggalkan ruangan itu dengan hati yang terluka karena penghinaan yang sudah diterimanya.
Clarissa menelepon suaminya dan menceritakan semuanya. Andrew yang mendengar itu menjadi marah dan sedikit emosi. Dia pun meninggalkan pekerjaannya dan menjemput Clarissa di kampus.
Sampai di parkiran kampus, Andrew melihat istrinya sedang duduk dibawah pohon. Dia menghampirinya, dan duduk disampingnya.
"Jangan terlalu dipikirkan Sayang." Clarissa kaget mendengar Andrew yang tiba-tiba sudah disampingnya.
Mereka berdua mengobrol cukup lama di bawah pohon itu. Andrew berusaha menghibur istrinya yang sedang kesal karena ucapan dosennya.
Kehadiran Andrew mencuri perhatian seluruh mahasiswa di kampus itu. Mereka semua tak menyangka, hubungan Clarissa dengan pengusaha muda yang sukses itu sangat dekat. Bahkan beberapa kali Andrew terlihat mengelus kepala istrinya. Keduanya terlihat sangat mesra di mata orang yang melihatnya.
Desas-desus mulai beredar di antara group di kampus. Mereka mulai mempertanyakan hubungan Clarissa dan Andrew. Semua orang yakin, ada hubungan yang spesial di antara keduanya.
"Mas, aku tak ingin orang bergosip tentang kita," ucap Clarissa lirih.
"Tidak akan ada gosip. Secepatnya kita akan mengumumkan pernikahan kita." Andrew menyentuh pipi Clarissa dengan lembut.
"Apa Mas Andrew tidak akan malu menikahi wanita penggoda sepertiku?" tanyanya.
"Walaupun seluruh dunia menyebutmu wanita penggoda, kamu tetap menjadi bintang di hatiku. Aku tak peduli apa kata dunia tentangmu. Yang penting aku sangat mencintaimu." Andrew mengecup kening Clarissa dengan sangat lembut.
Pemandangan itu membuat heboh seisi kampus. Berita di grup kampus mendadak meledak di penuhi foto- foto Andrew dan Clarissa yang sangat mesra. Banyak yang terkejut mendengarnya. Seorang mahasiswa memiliki hubungan spesial dengan pengusaha muda terkenal. Para dosen juga heboh dengan berita itu.
Happy Reading