Semenjak Andrew terlihat mesra bersama Clarissa di halaman kampus, seluruh mahasiswa menjadi gempar. Bahkan para dosen juga membicarakan kedekatan mereka. Apalagi Clarissa adalah mahasiswa paling berprestasi di kampusnya. Setiap orang yang bertemu Clarissa langsung berbisik-bisik di belakangnya. Mereka semua sangat penasaran, hubungan apa yang sedang dijalani Clarissa dengan pengusaha kaya itu.
Hari ini Clarissa sengaja datang ke kampusnya, untuk mengatur jadwal sidang skripsi juga menyelesaikan semua administrasi yang harus dipenuhinya. Setelah selesai, dia berjalan menuju kantin. Seluruh orang yang berada dalam kantin langsung memandang ke arahnya. Sorot mata mereka seolah ingin menghakimi Clarissa. Dalam kegelisahan hatinya, Clarissa berusaha untuk terlihat setenang mungkin. Sampai ada seseorang wanita menghampirinya.
"Aku tak menyangka, wanita berprestasi sepertimu rela menjual tubuhnya hanya demi uang," cetus Fenita adik tingkatnya.
Clarissa tak merespon perkataan Fenita, dia tetep tenang dan terus menghabiskan makanannya. Fenita semakin geram melihat sikap Clarissa yang terlalu acuh.
"Hei wanita murahan! Kamu pikir aku tidak tahu. Kamu sudah menggoda Andrew kekasih Lanny sahabatku. Aku yakin kamu dengan sengaja menawarkan tubuhmu, agar Andrew mau denganmu. Secara Lanny adalah model terkenal, dan kamu ... Hanya wanita biasa yang beruntung memiliki wajah cantik." Seluruh pasang mata memperhatikan mereka berdua, ucapan Fenita kali ini sudah sangat keterlaluan.
Clarissa berdiri dari tempat duduknya, lalu membayar makanannya. Sebelum pergi dia mendekati Fenita dan mengatakan hal yang membuatnya tak lagi berkata.
"Sayangnya Lanny tak ada apa-apanya denganku. Apalagi kamu, berdirilah di depan kaca dan lihatlah dirimu sendiri." Clarissa langsung meninggalkan Fenita begitu saja.
Fenita benar-benar tak mampu berkata-kata lagi. Secara fisik, tubuh Clarissa sangat sempurna dibandingkan dengan dirinya. Soal otak, tentu saja Clarissa lebih cerdas darinya. Fenita merasa dipermalukan di hadapan banyak mahasiswa lain. Tak ingin lebih malu lagi, Fenita langsung pergi meninggalkan kantin.
Ucapan Clarissa benar-benar melukai harga dirinya. Fenita sangat kesal dan langsung menemui Lanny sahabatnya di apartemennya.
"Fenita, tumben datang ke apartemenku?" tanya Lanny.
"Lagi kesal dengan wanita murahan yang merebut Andrew darimu," jawabnya.
"Emang ketemu dimana?" tanya Lanny lagi.
"Ternyata wanita itu, mahasiswi berprestasi di kampusku. Kebetulan tadi ketemu dia di kantin. Clarissa itu terlalu sombong kalau di kampus. Aku labrak sekalian aja," jelas Fenita.
"Aku sangat penasaran, apa yang sudah diberikan Clarissa. Hingga Andrew meninggalkan aku." Lanny terlihat kesal, mengingat hubungannya dengan Andrew yang harus berakhir.
Lanny dan Fenita cukup lama mengobrol, mereka merencanakan untuk mengganggu hubungan Andrew. Bagi Lanny, Clarissa tidak pantas untuk mantan kekasihnya itu. Lanny yakin kalau Clarissa mendekati Andrew untuk menguras uangnya saja. Dia tak rela jika sumber uangnya di kuasai wanita lain. Lanny pun memikirkan berbagai cara untuk mendapatkan Andrew lagi.
Sepulang dari kampus, Clarissa langsung menuju kantor Suaminya. Hatinya sangat kesal, mendengar kata-kata yang diucapkan oleh wanita di kampus tadi. Sampai di depan ruangan Suaminya, Nindy menyambutnya dengan gembira.
"Apa kamu sudah mulai merindukan kantor ini Clarissa?" tanya Nindy dengan senyuman.
"Aku hanya merindukan Suamiku saja," jawabnya terkekeh geli.
"Dia sedang ada tamu. Tapi kalau mau masuk, masuklah," jawab Nindy.
Clarissa langsung memasuki ruangan. Tanpa sadar dia lupa mengetuk pintu. Apa yang dilihat sungguh membuatnya lemas seketika. Seorang wanita sedang duduk di pangkuan Suaminya. Seolah dunianya runtuh saat itu juga. Clarissa tidak tahu apa yang harus dikatakan, dia hanya bisa menahan air matanya. Lalu tersenyum pedih menatap suaminya itu.
"Maaf, aku lupa mengetuk pintunya." Clarissa menutup pintu itu kembali dan berlari ke jalanan.
Hatinya hancur, kecewa dan terluka telah melebur jadi satu. Clarissa tak ingin membenci Andrew, namun dia belum bisa menerima kenyataan yang dilihatnya. Clarissa akhirnya mendatangi rumah yang disewanya, sebelum dia menikah dengan Andrew. Di dalam rumah, Clarissa meratapi hidupnya. Dia merasa sangat beruntung memiliki Andrew, tapi kejadian ini seolah sudah merobek hatinya. Clarissa ingin menangisi dirinya sendiri, dia merasa di kecewakan. Karena rasa cintanya kepada Andrew teramat besar dan dalam.
Andrew yang mendapati istrinya di pintu ruangannya, langsung mendorong wanita yang duduk di pangkuannya.
"Pergi dari hadapanku," ucap Andrew sadis.
Andrew mengejar istrinya, namun Clarissa sudah tak terlihat lagi. Dia sangat menyesal, kenapa Nadine cinta pertamanya tiba-tiba datang ke kantor. Nadine mencoba merayunya, dan memaksakan duduk di pangkuannya. Saat itu juga, kenapa Clarissa harus muncul disaat seperti itu. Andrew memukul kepalanya sendiri. Apa yang akan dipikirkan istrinya, Andrew tak mau membayangkan itu. Dia pun kembali ke ruangannya. Nindy melihat Clarissa berlari keluar lalu Andrew mengejarnya. Nindy yakin, pasti ada yang terjadi diantara pasangan itu.
"Nadine! kuharap kamu pergi dari sini. Jangan pernah menemui ku lagi," ucap Andrew tanpa perasaan.
Nadine memandang Andrew dengan tatapan menggoda, lalu mendekatinya. Dengan gerakan yang lihai Nadine menciumi bibir Andrew dengan sangat menggairahkan. Andrew ingin sekali menolak, namun jiwa kelelakiannya memberontak. Nadine adalah wanita yang pernah dicintainya, bahkan dengannya lah dia merasakan kenikmatan wanita untuk pertama kalinya. Tak bisa mengendalikan dirinya, Andrew membalas ciuman itu dengan kasar. Nadine seolah mendapatkan lampu hijau, langsung melepaskan dress yang dipakainya. Wanita itu setengah bugil di hadapan Andrew. Tubuhnya tinggal memakai bra dan underwear warna senada. Andrew sempat tergoda dengan pemandangan itu. Nadine menarik tangan Andrew dan menaruhnya di dadanya.
"Mainkanlah ini untukku," ucap Nadine begitu menggoda disertai desahan di mulutnya.
Andrew meremas dada Nadine dengan kuat, hingga dia menjerit kesakitan tapi juga bergairah. Melihat Andrew yang tak mau melepaskan pakaian dalamnya, Nadine melepaskannya sendiri. Terpampang tubuh bugil tanpa sehelai benang pun di depan Andrew. Dipandanginya wanita dari masa lalunya itu.
"Andrew puaskan aku. Aku merindukan sentuhanmu disini." Nadine mulai menggoda Andrew dengan menyentuh bagian bawah perutnya sendiri.
Sejenak Andrew tergoda untuk menyentuhnya. Andrew mulai meremas-remas payudaranya dengan tangan kanannya, tangan kirinya menyusuri lubang kenikmatan yang pernah memuaskannya dulu. Saat Andrew memasukkan jarinya, Nadine mendesah penuh gairah. Tiba-tiba bayangan Clarissa seolah hadir di pelupuk matanya. Andrew tersadar dan berlari keluar, meninggalkan wanita yang sudah bugil di ruangannya.
Nadine yang merasa dipermainkan, membanting vas bunga di meja Andrew. Dia tak terima dengan perlakuannya. Beberapa ucapan kotor keluar dari mulutnya. Setelah kekesalannya sedikit mereda, dia pun keluar dari kantor seolah tak terjadi apapun.
Andrew yang sudah sampai di apartemennya, tak mendapati Clarissa dimana pun. Dia mencoba menghubunginya, namun tak ada jawaban. Andrew mulai menyalahkan dirinya sendiri. Dia terlalu bodoh, karena sudah tergiur rayuan mantan kekasihnya. Andrew tak tahu lagi harus mencari istrinya dimana lagi. Rasanya frustasi, menyesal dan kecewa terhadap dirinya sendiri.
Happy Reading