Chereads / PROMISE (a way to find a love) / Chapter 39 - Pria Antagonis

Chapter 39 - Pria Antagonis

"Aku tidak dapat berhenti mencintaimu bahkan walaupun aku tahu jika hatiku hanya merasakan rasa sakit karena mencintaimu." - Rayhan Wardana.

.....

Rayhan tidak dapat berhenti memandang kearah pintu kamar dimana Rose dan William berada di dalam sana sejak begitu lama.

Mungkin lebih dari satu jam, entah apa yang mereka lakukan di dalam sana yang pasti Rayhan hanya dapat merasakan pedih dalam hatinya karena kekasihnya sudah menikahi pria lain.

Rayhan mengangkat kepalanya menghadap langit-langit agar air matanya tidak menetes kembali.

Tubuhnya yang terasa menggigil sama sekali tidak ia hiraukan. Rasa sakit hatinya mengalahkan segalanya.

"Akan ada badai datang, sayang sekali padahal aku ingin cepat-cepat mengusir mu tapi aku tidak ingin disalahkan jika sesuatu yang buruk menimpamu di perjalanan pulang untuk itu menginaplah setidaknya sampai badai berlalu." Ucap William yang datang tanpa Rayhan sadari.

William sudah berjalan menuju dapur yang terletak tidak jauh dari tempat Rayhan duduk saat ini.

"Aku akan membuatkan sarapan, kamu bisa menggunakan kamar manapun di mansion tapi aku sarankan sebaiknya tidak memilih kamar yang berdekatan dengan kamarku dan Rosie." Ucap William lagi.

Rayhan hanya bisa menahan kekesalannya yang bercampur dengan rasa sakit hatinya karena William terus saja menyinggung tentang dirinya dan Rose.

Tidak ada pilihan lain selain tetap berada disini karena memang itulah tujuan kedatangannya, ia hanya ingin berbicara dengan Rose dan mengatakan jika ia akan tetap mengejarnya tidak perduli apa status Rose saat ini.

"Sebaiknya kamu mandi dan ganti pakaianmu, wajah lusuh mu mungkin akan mengganggu nafsu makan istriku.".

Istriku... Panggilnya itu harusnya aku yang menyebut Rose seperti itu dan bukanlah William.

****

Rose menatap dirinya pada pantulan cermin besar dihadapannya. Gaun yang dipilihkan William berwarna biru seperti jernihnya air laut di luar sana, sangat indah tapi juga memiliki kesamaan warna dengan pakaian yang William kenakan.

Pria itu sungguh licik... Gumam Rose dalam hati, ia menggigit bibir bawahnya saat rasa sesak hatinya kembali mencuat dan mendesaknya agar menangis.

Bahkan dua buah bola matanya masih sedikit memerah walaupun sudah tidak lagi sembab.

Apa artinya ia sudah boleh keluar kamar?

Sambil merapihkan posisi rambutnya, Rose menarik nafas dalam sebelum akhirnya beranjak bangun dan keluar dari dalam kamarnya.

Tepat ketika ia menutup kamarnya dan baru akan melangkah, Rayhan sudah berdiri dihadapannya dengan wajahnya yang pucat.

"Rose..." Rayhan memanggil lirih, kesedihan terlihat jelas di raut wajahnya, hati Rose teras tersayat. Ia ingin sekali berlari dan memeluk Rayhan erat dan mengatakan jika ia hanya mencintainya tapi ancaman William membuatnya merasa takut dan memilih mengabaikan panggilan Rayhan.

Rose melewati Rayhan begitu saja, dengan wajah datar seolah ia tidak perduli padahal perasaannya juga hancur lebur.

Dari lantai bawah William dapat melihat bagaimana Rose melangkah melewati Rayhan, itu membuat rasa gelisah di hatinya sedikit berkurang.

Seperti pangeran yang menyambut sang putri, William melangkah mendekati tangga lalu mengulurkan tangannya begitu Rose tiba dianak tangga terakhir dan setelah itu merangkulnya dan membawanya menuju meja makan.

Melihat kemesraan William dan Rose, Rayhan hanya dapat kembali meneteskan air matanya sebelum melangkah memasuki kamar yang terletak dibarisan yang sama dengan kamar William dan Rose.

"Tersenyumlah..." Bisik William setelah Rose duduk tepat di kursi meja makan yang telah ia siapkan.

"Aku tidak bisa." Jawab Rose dingin.

"Kenapa tidak bisa? Ada suamimu dan juga kekasih hatimu di sini. Bukankah itu luar biasa." Tanya William yang sengaja menyinggung keberadaan Rayhan di mansion ini.

Rose mendengus mendengar kalimat yang dikatakan oleh William lalu menjawabnya dengan tegas "Jangan berbicara seolah aku baru saja terpergok berselingkuh."

"Aku hanya mengingatkanmu tentang status mu sekarang, bukan tidak mungkin jika kalian akan terjebak perselingkuhan." Ucap William sambil memindahkan telur setengah matang dan sosis yang di gorengnya keatas piring laku membawa ke tiga piring itu ke atas meja makan.

"Bukan begitu? Dia mungkin akan merebut mu dariku."

"Siapa yang merebut siapa?" Ucap Rose tepat ketika William meletakan piring di hadapannya.

William tersenyum penuh makna mendengarnya lalu mendekat.

"Yang aku tahu, kamu adalah milikku sekarang." Jawab William pelan bahkan terdengar berbisik lalu sedetik kemudian ia mengecup bibir Rose tanpa seizin Rose lebih dulu.

Rose berusaha melepaskan kecupan William tapi William malah menekan tengkuknya dan mulai menyesap bibirnya penuh penekanan dan menguasainya sampai akhirnya Rose perlahan melemah, ia tidak membalas apa yang William lakukan padanya tapi juga tidak menolak dan menerima setiap esapan lembut bibir William yang terasa manis menyentuh salivanya.

Dari atas tangga Rayhan dapat melihat William dan Rose yang sedang berciuman, berada ditempat ini sama dengan meminum racun sedikit demi sedikit karena setiap detiknya terasa menyakitkan.

Tapi meratapi rasa sakit bukanlah tujuannya datang ketempat menyakitkan ini. Rayhan hanya ingin mengatakan kepada Rose jika ia tidak akan menyerah walau apapun status Rose saat ini.

Mengabaikan rasa sakitnya serta perasaan muak yang menyelimutinya saat ini, Rayhan dengan tenang melangkah melewati William dan Rose yang masih berciuman lalu memilih kursi tepat dihadapan Rose.

Perlahan William melepaskan tautan bibirbya dengan Rose, ia tahu jika bibir Rose sangat lembut dan juga manis tapi William tidak pernah mencium Rose selama ini hingga membuat jantungnya berdebar, bahkan ia masih belum bisa melepaskan kedua bola mata Rose yang bergerak gelisah.

William tidak tahu magnet apa yang Rose miliki tapi ia selalu tertarik pada Rose dan menjadikannya merasa tidak senang dengan kedatangan Rayhan yang menggangu waktu kebersamaannya dengan Rose.

Rose sendiri tidak dapat memungkiri jika William berhasil membungkamnya tanpa perlawanan dan membuatnya terbuai.

Tapi ketika William perlahan menjauh dan duduk di tempatnya yang berada di pusat meja makan dekat dengannya, Rose dapat melihat wajah Rayhan yang duduk tepat di hadapannya dan memandangnya dengan wajah datar namun semburat memerah terlihat jelas di kedua bola matanya.

Tatapan Rayhan seolah mengatakan kepada Rose tentang "Betapa kejamnya kamu kepadaku..." Dan Rose, ia tidak dapat memalingkan pandangannya dari tatapan mata Rayhan, lewat sorot matanya, Rose hanya dapat mengisyaratkan permintaan maaf kepada Rayhan "Maafkan aku..."

William yang awalnya merasa senang seketika merasa kesal kembali, ia menyandarkan tubuhnya sambil melipat kedua tangannya sambil menatap Rose dan Rayhan dengan tidak senang.

"Apa saling menatap dapat membuat kalian merasa kenyang?" Sindir William.

Mendengar William, Rose segera memalingkan wajahnya dan menunduk sedih, ia takut kalau William akan melakukan hal yang buruk kepada Rayhan jika ia tetap menatap Rayhan.

"Lihatlah wajah kalian, kalian membuatku seperti pria antagonis dalam sebuah drama percintaan kalian." Ucap William kembali dengan nada suara memelas tapi kemudian ia kembali mengangkat wajah sambil tertawa "Tapi sayang sekali, kisah cinta kalian telah berakhir dan sekarang hanya ada kisah cintaku dengan Rosie istriku." Ucap William, ridka lupa ia mengecup punggung tangan Rose dengan sengaja membuat wajha Rayhan semakin menggelap menahan amarah dan rasa cemburu.

"Sepertinya aku lupa memberitahukan tujuan kedatangan ku kemari." Ucap Rayhan tanpa terduga akhirnya ia buka suara.

Sambil memberikan potongan putih telur kepada piring miliki Rose, Rayhan kembali tersenyum.

"Aku datang bukan untuk memberikan kalian ucapan selamat ataupun menangisi hatiku yang patah." Lanjutnya seraya menoleh kearah William lalu kembali menatap Rose dalam.

"Aku kemari untuk merebutmu darinya. Bersiaplah, aku akan kembali memilikimu, Rose kekasihku."

.....