"Karena kamu sudah terlanjur berada disini bagaimana jika kamu ikut makan malam sekalian mendengar rencana pernikahan Rose dan William yang akan diselenggarakan akhir Minggu ini?"
Hati Rayhan seketika mencelos, apa maksud dari perkataan ibunya Rose baru saja? Apakah Rose akan benar-benar dinikahkan dengan pria lain?
"Ibu jangan bergurau, aku hanya akan menikah dengan Rayhan." Ucap Rose tegas dan tanpa sungkan ia kembali kesisi Rayhan.
Perkataan Rose yang cukup lantang mampu membuat William dapat mendengarnya dengan cukup jelas walaupun saat ini ia sudah duduk di meja makan bersama dengan Adam.
Dugaan William benar jika Rose sudah memiliki kekasih hati dan melihatnya bertengkar dengan ibunya saat ini membuat William merasa tidak nyaman, tapi Adam langsung mengalihkan perhatian William dengan mengajaknya berbicara.
"Aku senang begitu menerima telepon dari Ayahmu Jackson, katanya kamu menyukai putriku tapi malu untuk mengungkapnya."
William menoleh, menyukai putrinya? Omong kosong apalagi sekarang.
"Jackson dan aku sudah bersahabat cukup lama, aku begitu senang ketika ia melamar Rose untukmu."
Kini William mengerti, pria iblis itu sekali lagi menjebaknya. Pernikahan ini bukanlah syarat untuk masuk partai politik milik Adam tapi hanya akal-akalan Jackson agar membuatnya tidak dapat munundur dalam keadaan apapun.
Atau mungkin Jackson tidak menyetujui hubungannya dengan Gwen? Apa mungkin karena Mark? Apapun alasannya, semua ini adalah akal busuk Jackson untuk mengikatnya dan sialnya ia terjebak dengan mudah.
"Sepertinya Rose telah memiliki kekasih." Ucap William, baguslah Rose memiliki kekasih jadi ia memiliki alasan untuk menghindari pernikahan ini.
Wajah Adam seketika menggelap, ia terlihat tidak senang tapi kemudian Nisa datang dengan sedikit menyeret Rose bersamanya.
Sepertinya pertengkaran diantara mereka dimenangkan oleh Nisa dan Rayhan dia pulang dengan keadaan marah bercampur kecewa.
"Maaf karena membuatmu tidak nyaman William." Ucap Nisa setelah sedikit mendesak Rose agar duduk tepat disebelah William.
"Rose dan pria tadi tidak memiliki hubungan apapun, mereka hanya sebatas berteman. Rose kami sangat lugu, dia tidak dapat membedakan apa itu kasih sayang yang diberikannya kepada kekasih atau rasa kasihan." Jelas Nisa.
"Perasaanku bukanlah bentuk kasihan Bu!" Sela Rose dengan tegas.
"Rose jaga bicaramu." Adam menggeram dan satu kalimat yang mampu membuat Rose terdiam seketika.
William lantas menoleh dan menatap Rose sesaat, ia seperti melihat Rose dalam Kungkungan yang sama dengan dirinya, hidup dengan dikendalikan.
"Lihatlah, betapa William benar-benar telah jatuh cinta padamu, dia bahkan menatapmu tanpa berkedip." Ucap Nisa.
William tersenyum malu, ia tidak mengira tatapannya kepada Rose akan disalah artikan oleh kedua orangtua Rose.
Rose lantas menoleh sinis, ia tanpa sungkan memberikan tatapan peringatan yang malah membuat wajahnya terlihat menggemaskan bagi William dan mampu membuatnya tersenyum tanpa ia sadari.
Melihat William tersenyum semua itu malah membuat Rose semakin geram hingga ia tanpa sungkan menginjak sepatu William dengan sepatu heelsnya yang lancip dan seketika wajah William memerah karena menahan sakit.
Tapi William bukanlah pria yang mudah di tindas, perlawanan Rose membuatnya tertarik untuk bergerak mendekat dan berbisik.
"Kamu sudah tidak sabar untuk menarik perhatianku ya."
Mata Rose membulat sempurna, ia lantas menarik kakinya dan melengos kesal.
William kembali tersenyum, ia lantas kembali mengalihkan pandangannya kearah kedua orangtua Rose yang ternyata masih menatapnya dengan cara seolah mereka tengah melihat anak anjing kecil yang menggemaskan.
Mereka lantas membahas masalah pernikahan yang akan diselenggarakan satu Minggu lagi tepatnya dua hari setelah Rose menyelenggarakan konsernya.
Dan karena penolakan Rose yang terkesan menantangnya membuat William akhirnya memutuskan untuk tetap menerima pernikahan diantara mereka, jiwa liarnya seolah tertantang untuk menaklukkan keangkuhan Rose padanya.
Acara makan malam pun hampir selesai dengan Rose yang memasang cemberut wajahnya setiap saat, ia bahkan selalu menjawab pertanyaan William dengan ketus.
"Kamu akan tinggal dimana setelah ini?" Tanya Adam, menginggat William langsung datang kerumahnya begitu ia sampai di negara ini.
"Karena sudah malam, aku mungkin akan menginap di hotel." Jawab William tanpa basa-basi.
"Besok aku baru akan mencari rumah." Sambungnya.
"Kalau begitu mengapa tidak menginap saja malam ini nak William." Saran Nisa.
"Benar, kalian bisa sedikit berbincang-bincang malam ini." Sahut Adam setuju.
Rose tampak tidak senang, tapi ia terlihat tidak mampu mengutarakan pendapatnya dan itu malah membuat William semakin senang menggodanya.
"Baiklah kalau begitu."
"Pria gila!" ya, itu adalah ucapan yang tepat untuk arti ucapan Rose saat ini dan senyuman William seolah menjawab "Benar."
***
Acara makan malam telah selesai, Rose segera berdiam diri dikamarnya bukan hanya untuk menghindari pembicaraan menyebalkan dengan William tapi untuk mencoba menghubungi Rayhan. Sambil berdiri di balkon kamarnya, Rose terus mencoba menghubungi Rayhan.
Tadi ketika ibunya mengajak Rayhan ikut makan malam bersama hanya untuk sekedar mendengarkan rencana pernikahan antara dirinya dan William tanpa perlu berkata apapun, wajah murung yang menunjukan kesedihan dan rasa kecewa Dimata Rayhan dapat menjawabnya, ia bahkan segera pergi tanpa berucap apapun dan ketika Rose mencoba mencegahnya tapi Nisa malah menghalanginya hingga ia tidak sapat menghentikan kepergian Rayhan.
Rencana lamaran yang telah dibuat Rayhan untuknya kacau-balau hanya karena kehadiran William yang entah darimana. Pria asing yang sellau tersenyum menggoda kearahnya seolah ia jatuh cinta pada pandangan pertama dan itu membuat Rose semakin muak ketika tiba-tiba saja bayangan wajah William terlintas dipikirannya bahkan suara bidikannya mampu membuat bulu kuduknya merinding.
Sambil menggigit ujung kukunya, Rose mengabaikan bayangan wajah William yang tiba-tiba menyusup dan kembali mencoba menelepon Rayhan yang sama sekali tidak mengangkat panggilan teleponnya walaupun ia telah mencoba meneleponnya hingga puluhan kali.
Rose sudah hampir menangis saat ketika ia merasakan seseorang berdiri dibelakang tubuhnya.
Apa mungkin ad hantu dikamarnya? Dengan hati-hati Rose menoleh dan ya haruskah ia menjerit sekarang karena bukan hantu yang berada di belakang tubuhnya melainkan William.
"Mau apa kamu?" Tanya Rose dengan galak, tidak lupa ia membalikkan tubuhnya agar menghadap kearah William.
William tersenyum tipis, ia tidak menjawab dan malah melangkah semakin mendekat membuat Rose merasa gentar dan akhirnya memundurkan langkahnya hingga tanpa ia sadari pinggangnya menyentuh besi penjaga di ujung balkon kamarnya.
"Jangan berani macam-macam denganku! Aku ini pemegang sabuk hitam taekwondo asal kamu tau!" Gertak Rose, ia meninggikan nada suaranya sebagi ancaman tapi William smaa sekali tidak terpengaruh.
"Kamu sangat galak." Ucapnya singkat dan sedetik kemudian kedua tangannya telah menyentuh pagar balkon dan membuat Rose terjebak dintara kedua tangan William yang berotot itu dan bodohnya Rose malah terperangah sesaat karena melihat otot-otot lengan William yang terlihat karena ia menggulung lengan kemeja putihnya.
Menyadari itu, William lantas terkekeh pelan lalu berbisik "Melihat lenganku sudah membuatmu terperangah, apa kamu ingin merasakannya?" Goda William.
Wajah Rose seketika memerah.
"Omong kosong!" Pekiknya gusar.
"Hey, semakin kamu galak dan menolaku semakin aku bersemangat menaklukkan mu."
"Kamu pikir aku anjing peliharaan yang harus selalu penurut!"
"Kamu terlihat seperti kucing bagiku."
"Menggemaskan tapi aku tidak menyukainya." Lanjut William, dia memuji lalu menjatuhkan. Oh Tuhan, Rose sungguh ingin memiliki kekuatan teleportasi saat ini juga.
"Kalau tidak menyukaiku mengapa kamu datang melamarku?" Tanya Rose galak, ya galak adalah satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa gugupnya terlebih ia dapat mencium aroma parfum dari tubuh William mengingat posisi mereka sangat dekat saat ini bahkan Rose yang tingginya sebahu William dapat mengintip otot kekar dada William dari balik kancing kemejanya yang terbuka.
"Kalau kamu tidak menyukaiku mengapa kamu mengintip tubuhku?"
Skakmati! Rose tertangkap basah dan William mempermalukannya dengan mudahnya.
"Aku tidak mengintip mu! Siapa suruh kancing bajumu terbuka!" Elak Rose.
"Begitukah? Jadi aku boleh melihat kearah tubuhmu hanya karena memang sudah terbuka dan aku dapat sedikit mengintip kedalam?" Bisik William dan tidak lupa mata nakalnya bergerak melihat kearah gaun tidur Rose yang memiliki belahan dada cukup rendah.
"Dasar mesum!" Rose segera menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.
"Untuk apa ditutupi, nanti juga kamu akan memperlihatkannya sendiri padaku." Ucap William, ia mengecup singkat pipi Rose sebelum melangkah pergi.
Untuk sesaat Rose mematung, kecupan yang sungguh tidak pernah diduganya tapi itu tidak lama karena Rose segera mendapatkan kesadarannya.
"Aku bukanlah wanita yang akan tidur dengan pria yang tidak aku cintai!" Ucap Rose kesal dan membuat langkah William berhenti.
"Jadi kamu sudah tidur dengan kekasihmu?" Tanya William tanpa menoleh sambil melihat sekeliling kamar Rose yang bernuansa merah muda. Sungguh menggambarkan gadis yang feminim tapi kegalakkan Rose sama sekali tidak menggambarkan kelembutan gadis feminim.
Rose sedikit berpikir, haruskah ia berbohong dan mengatakan jika ia sudah pernah tidur dengan Rayhan agar William mundur dari pernikahan ini?