"Jangan menatapku!" Ucap Rose ketus karena sepanjang jalan William tidak berhenti menatapnya.
"Aku tidak menatapmu, hanya memandang wajah cantikmu saja."
"Itu sama saja!"
"Menatap dan memandang... Aku rasa aku belum lupa dengan bahasaku sendiri."
Rose menoleh kesal kearah William setelah beberapa sebelumnya ia hanya membuang pandangannya kearah jendela karena William sungguh pandai bermain kata.
"Intinya kamu melihat kearah ku!"
Melihat kekesalan Rose membuat William kembali tersenyum, Rose sangat menggemaskan, jika ia belum memiliki Gwen dihatinya maka ia akan jatuh cinta dengan mudah kepada wanita galak dihadapannya ini.
"Menatap itu seperti ini sayang." Ucap William, ia tidak sungkan menangkup wajah Rose dan menatap kearah matanya dalam membuat Rose seketika merasa gugup dan menepis kedua tangan William dari wajahnya.
"Aku tidak percaya kamu melamarku karena jatuh cinta padaku! Kamu pasti memiliki niat terselubung."
William tersenyum menunduk karena tebakan Rose sangat tepat.
"Begini saja.." Rose kembali menoleh menatap William.
"Aku akan membantumu mendapatkan apa tujuanmu tapi batalkan rencana pernikahan ini." Ucapnya lagi.
"Sayang aku lebih untung jika dapat mendapatkan tujuanku sekaligus menikahimu." Jawab William, tidak lupa ia memberikan lirikan penuh arti yang membuat Rose kembali merasa kesal.
"Kamu sangat serakah." Cibir Rose.
"Keserakahan ku akan membuatmu terjebak maka berhati-hatilah." Suara William kini terdengar berat dan menyeramkan, nada suara yang sama ketika ia meminta maaf semalam, apakah ini adalah sebenarnya wajah asli William? Rose bertanya-tanya dalam hatinya yang tiba-tiba merasa gusar.
"Jatuh cinta padaku sangat berbahaya jadi jagalah hatimu baik-baik karena aku tidak akan mundur dari pernikahan ini." Sambung William, ia masih menatap Rose dengan tatapan yang dingin sebelum akhirnya kembali tersenyum tapi senyuman itu tidak mampu membuat Rose kembali bersuara karena ia sudah merasa terintimidasi dengan hanya dua kalimat yang William ucapkan baru saja.
"Tapi aku mencintai kekasihku." Rose mulai bergumam menahan tangis.
"Aku tahu." Sahut William, "Tapi itu bukan urusanku." Sambungnya.
"Hidup tidak selalu sesuai dengan rencana yang kita buat dengan sangat indah." Ucap William lagi.
Walaupun William merasa sangat bersalah tapi William harus tetap dengan jalan yang diatur oleh Jackson agar ia dapat kembali bertemu dengan adiknya dan agar Mark tidak terluka.
"Kamu adalah manusia pertama yang aku benci." Ucap Rose dengan suara yang bergetar.
William kemudian mencondongkan tubuhnya dan membuat wajahnya begitu dekat dengan wajah Rose.
Sambil menyeka air mata Rose yang menetes, William kembali berkata "Air mata yang menetes karena kebencian tapi benci dan cinta itu sangat tipis Rosie ku sayang. Mungkin nanti akulah pria yang memiliki hatimu."
"Tidak akan pernah!"
Ucapan Rose yang tegas tidak membuat William gentar, ia justru malah mencium bibir Rose tanpa aba-aba membuat Rose begitu terkejut hingga matanya terbelalak tapi tetap terdiam menerima esapan dari bibir William sebelum akhirnya tersadar dan mendorong tubuh William dengan kuat hingga tautan dibibir mereka terlepas.
Rose masih mematung tidak dapat berbicara apalagi untuk memaki sementara William kembali bergerak mendekat membuat Rose bergingsut menjauh namun jarak diantara mereka sudah sangat menipis bagaimanapun caranya Rose berusaha menjauh karena kepalanya bahkan telah menyentuh kaca jendela kini dan William terus mendesaknya.
"Semakin kamu menolak ku maka semakin aku bergerak mendekatimu." Bisik William, sebuah bisikan yang terdengar sangat menyeramkan menjadikan Rose hanya mampu menahan nafasnya yang sudah terasa tercekat sebelumnya.
Melihat ekspresi Rose yang ketakutan membuat William akhirnya merasa menyesal, ia merasa buruk karena sepertinya Jackson telah berhasil mengubahnya menjadi seorang monster yang menghalalkan segala cara dan mengabaikan rasa sakit orang lain demi kepentingannya sendiri.
Kini William menarik dirinya menjauh dan memalingkan wajahnya.
***
Rose sudah berada diruang latihannya, suasana perusahaan masih sangat sepi ketika ia datang karena saat ini masih pukul tujuh pagi dan sialnya ia hanya berdua dengan William saat ini, di ruang latihannya yang dipenuhi dengan kaca yang menempel pada dinding dengan penerangan yang cukup terang.
William duduk di kursi yang tersedia disudut ruangan sementara Rose baru saja keluar dari ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dan mengikat tinggi rambutnya.
Sepertinya Rayhan juga belum datang terlihat ketika Rose melewati ruangannya yang masih sepi dan gelap lagipula William selalu mengikutinya jadi ia tidak dapat bertemu dengan Rayhan saat ini.
"Kamu hanya sendirian?" Tanya William seraya berjalan mendekati Rose tapi Rose mengabaikan pertanyaan William.
"Kita terlihat serasi, kamu lumayan tinggi jadi aku tidak perlu terlalu membungkuk ketika menciummu nanti saat hari pernikahan kita." Celoteh William lagi membuat Rose yang awalnya sedang melakukan pemanasan kini menghentikan gerakannya hanya untuk menatap William sinis.
"Jangan coba-coba mencuri ciumanku lagi atau aku tidak akan sungkan menghajarmu!" Ancam Rose, ia bergerak kembali untuk menyalakan musik sementara William masih berdiri memperhatikan Rose dari jarak yang cukup dekat sampai ketika Rose memutar tubuhnya ia nyaris kehilangan keseimbangan tapi William dengan sigap menahan tubuh Rose dengan menarik pinggang mungil Rose.
Rose saat merasakan embusan nafas hangat William menerpa wajahnya dengan bibir William berada tepat dalam jangkauan pandangannya membuat Rose kembali mengingat bagaimana William menciumnya di perjalan tadi.
" Kamu ingin aku cium lagi?" Bisik William yang menyadari jika Rose menatap bibirnya untuk beberapa saat sebelum akhirnya Rose mendorong tubuh William dan bergerak menjauh.
"Duduklah disana Will jangan menghalangi gerakan ku." Ucap Rose berdalih karena ia sadar jika ia nyaris terjatuh tadi tapi jika seseorang melihat apa yang William lakukan padanya tadi maka akan semakin memperkeruh hubungannya dengan Rayhan.
"Rayhan..." Rose tertegun begitu melihat Rayhan berdiri diambang pintu kini, dengan wajah sembab dan tatapan nanar, Rayhan melangkah kearah Rose yang kini berdiri mematung sementara William berdiri di belakang tubuh Rose.
"Jangan salah mengerti, aku dapat menjelaskannya." Ucap Rose setelah Rayhan berada tepat dihadapannya.
Rayhan tidak menjawab, ia masih menatap Rose dengan tatapan dingin, Rose mengira jika Rayhan akan marah padanya tapi diluar dugaannya Rayhan malah menariknya dan membawanya kedalam dekapannya.
Sambil terus memeluk Rose erat, Rayhan mengangkat kepalanya dan menatap pria bertubuh tegap dihadapannya.
Sorot mata William terlihat tidak asing bagi Rayhan tapi perasaan akrab dan hangat yang tiba-tiba muncul dalam benaknya terabaikan karena perasaan cemburunya pada pria yang masih menatapnya tidak gentar.
"Apa tidurmu nyenyak semalam?" Tanya Rayhan pada Roae setelah melepaskan pelukannya.
"Aku tidak dapat tidur, kamu tidak mengangkat panggilan telepon ku. Aku takut kamu akan salah paham padaku." Jawab Rose.
"Untuk sesaat aku gentar dan putus asa tapi aku tidak akan membiarkan orang lain memilikimu jadi aku akan berada dihadapan mu dan mempertahankan mu." Rose begitu tersentuh mendengar ucapan Rayhan padanya Ingga ia kembali memeluknya erat.
"Manis sekali, hubungan kalian sungguh menggemaskan." Komentar William, sebuah komentar yang tidak pernah dapat Rose bayangkan.
Rose kemudian melepaskan pelukannya dan menoleh menatap William bingung.
"Jadi nikmatilah hubungan asmara kalian sebelum aku menghancurkannya. Karena begitu aku dan Rosie menikah, kamu bahkan tidak akan memiliki kesempatan untuk tersenyum pada istriku Rosie." Lanjut William, ia kemudian dengan santai duduk di kursi yang sebelumnya ia duduki lalu memainkan ponselnya seolah tidak ada hal yang berarti yang mengusik ketenangannya walaupun jelas-jelas calon istrinya masih memilik seorang kekasih.
"Menikah?" Rayhan terkekeh pelan, ia lantas melangkah mendekati William dan duduk tepat disebelah William.
Hati William terasa bergetar tiba-tiba ketika merasakan Rayhan duduk disebelahnya sambil menatapnya.
"Jika ada sebuah pernikahan maka itu adalah pernikahanku dengan Rose." Ucap Rayhan dengan nada menekan dan tatapan penuh ancaman tapi William malah tertawa pelan mendengar ucapan Rayhan padanya.
"Kita lihat saja nanti, Rosie hanya akan menjadi istriku, milikku. Aku bahkan sudah menciumnya dan jika aku mau malam inipun aku bisa 'menandainya'." Bisik William, dia baru saja mematik api dan membuat Rayhan terbakar dengan cepat sehingga tidak sungkan untuk mendaratkan pukulannya tepat diwajah tampan William dan membuat sudut bibir William mengeluarkan darah segar.
Rose begitu terkejut melihat Rayhan yang tiba-tiba memukul William sehingga ia segera berlari kearah William untuk membantunya bangun setelah sebelumnya jatuh tersungkur.
"Mengapa kamu memukulnya Ray?" Tanya Rose, ia tidak ingin Rayhan mendapatkan masalah jika William mungkin memperkarakan pukulan Rayhan baru saja tapi di mata Rayhan, Rose terlihat mengkhawatirkan William sehingga ia segera melangkah pergi meninggalkan ruangan.
"Rayhan!" Rose memanggil Rayhan berkali-kali tapi Rayha mengabaikan panggilannya.
"Apa yang kamu katakan sehingga Rayhan begitu marah?" Sergah Rose, matanya memancarkan amarah kini.
"Sesuatu yang menguntungkan ku!" Jawab William.
"Pria brengsek!" Umpat Rose sebelum pergi meninggalkan William untuk mengejar Rayhan.
Senyum William perlahan memudar dan menghilang, ia menyeka noda darah bibirnya dengan kasar.
Ia sangat tersiksa, menjadi pria jahat seperti ini, melukai banyak perasaan, menelan rasa bersalahnya dalam-dalam. Membiarkan hatinya yang terluka semakin terasa perih.
....